![]() |
DWI AGUS/radar Jogja |
Isyanto tidak menyangka tanaman di halaman rumahnya itu jenis bunga bangkai. Tanaman ini muncul sejak lima tahun lalu. Awalnya hanya muncul dua hingga tiga tangkai berdaun dengan warna hijau cerah.
“Saya sudah tinggal di sini sejak sembilan tahun lalu, dan baru kali ini muncul. Awalnya hanya daun hijau dengan batang coraknnya totol putih itu sejak lima tahun lalu. Tangkai hijau ini muncul hanya dua kali dalam setahun,” kata pria yang berprofesi sebagai desainer ini, Sabtu (28/11).
Tanaman ini mulai mencuri perhatian Isyanto Rabu siang (25/11). Ketika kuncup bunga mulai memperlihatkan kelopak dan mahkota bunga. Mekarnya bunga yang dikenal dengan nama Suweg ini terjadi setelah sebelumnya diguyur hujan.
Isyanto mengaku awal mula mekarnya bunga ini tidak berbau. Bahkan ketika bunga ini mekar, dirinya menyempatkan diri mengabadikan melalui ponsel. Barulah menjelang sore hari, tepatnya pukul 16.00 tercium bau bangkai dari bunga ini.
“Saya kira awalnya cuma tangkai biasa, tapi pertumbuhannya kok sangat cepat. Bunga ini awalnya tertutup kandang merpati. Tapi begitu mekar, kandang saya singkirkan. Nah sekitar jam 16.00 tercium aroma tak sedap, saya kira dari parit depan rumah, ternyata dari bunga ini,” kata Isyanto.
Setelah mekar, Isyanto segera mencari tahu informasi melalui internet. Pasalnya dari beberapa tetangga, dia mengetahui bahwa tanaman ini termasuk bunga bangkai. Namun untuk wilayah perkotaan, bunga ini tergolong langka, karena bukan wilayah endemik tanaman ini.
“Waktu keluar bau, banyak lalat beterbangan di sekitarnya. Aroma ini tercium hingga rumah-rumah tetangga. Saya juga sempat pusing, karena saking senangnya saya foto terlalu dekat. Mungkin karena tidak kuat mencium aroma dari bunga ini,” imbuhnya.
Bunga ini sendiri memiliki istilah Amorphophallus Paeoniifolius. Tanaman langka ini tergolong kerabat bunga bangkai raksasa (Amorphophallus Titanum) dan iles-iles (Amorphophallus muelleri). Wilayah endemic tumbuhnya bunga ini pun daerah perhutanan yang masih lebat.
Kepala Bidang Pertanian Peternakan dan Perikanan Disperindagkoptan Kota Jogja Benny Nurhantoro mengatakan, mekarnya bunga ini sebagai fenomena unik. Pasalnya bunga ini lebih cocok berkembang di daerah lembab dan di hutan.
“Bisa dikategorikan unik dan langka, karena tumbuhnya di daerah kota. Jika tumbuh di daerah hutan lebat, seperti Sumatera dan Kalimantan mungkin wajar. Ini tentunya menarik untuk dikaji,” ungkapnya.
Benny menambahkan, fenomena ini bisa terjadi setelah proses vernalisasi alami. Proses ini adalah perlakuan suhu, sehingga bakal bunga bisa berbunga. Cuaca Jogjakarta yang kerap hujan dan tiba-tiba panas, menurutnya dapat mempercepat proses ini.
“Ini menumbuhkan proses vernalisasi secara alamiah. Di hutan mungkin suatu hal yang biasa, adanya kelembaban seperti ini. Vernalisasi secara alamiah juga bisa terjadi pada beberapa jenis bunga lainnya,” imbuhnya.
Menurutnya, lamanya waktu berbunga karena masih dalam masa vegetatif. Sedangkan untuk saat ini Suweg di halaman Isyanto sudah masuk fase generatif. Masuknya fase ini memungkingkan munculnya bunga di tahun ke depan.
Penjelasan secara ilmiah, karena tanaman ini tergolong tanaman muda. Sehingga memerlukan vase vegetatif yang cukup lama. Fase ini terus berubah seiring usia dari tanaman ini. Artinya semakin tua, fase pertumbuhan semakin cepat.
“Wajar jika lama dan butuh waktu lima tahun baru berbunga. Tahun depan mungkin akan muncul bunga seperti itu lagi. Istilahnya latihan berbunga, ini juga terjadi di bunga anggrek di awal masa berbunga. Bunga bangkai ini tidak berbahaya, sehingga tidak perlu didramatisir. Hanya saja memang aromanya tidak sedap menyerupai bau bangkai,” jelasnya. (dwi/jko)
“Waktu keluar bau, banyak lalat beterbangan di sekitarnya. Aroma ini tercium hingga rumah-rumah tetangga. Saya juga sempat pusing, karena saking senangnya saya foto terlalu dekat. Mungkin karena tidak kuat mencium aroma dari bunga ini,” imbuhnya.
Bunga ini sendiri memiliki istilah Amorphophallus Paeoniifolius. Tanaman langka ini tergolong kerabat bunga bangkai raksasa (Amorphophallus Titanum) dan iles-iles (Amorphophallus muelleri). Wilayah endemic tumbuhnya bunga ini pun daerah perhutanan yang masih lebat.
Kepala Bidang Pertanian Peternakan dan Perikanan Disperindagkoptan Kota Jogja Benny Nurhantoro mengatakan, mekarnya bunga ini sebagai fenomena unik. Pasalnya bunga ini lebih cocok berkembang di daerah lembab dan di hutan.
“Bisa dikategorikan unik dan langka, karena tumbuhnya di daerah kota. Jika tumbuh di daerah hutan lebat, seperti Sumatera dan Kalimantan mungkin wajar. Ini tentunya menarik untuk dikaji,” ungkapnya.
Benny menambahkan, fenomena ini bisa terjadi setelah proses vernalisasi alami. Proses ini adalah perlakuan suhu, sehingga bakal bunga bisa berbunga. Cuaca Jogjakarta yang kerap hujan dan tiba-tiba panas, menurutnya dapat mempercepat proses ini.
“Ini menumbuhkan proses vernalisasi secara alamiah. Di hutan mungkin suatu hal yang biasa, adanya kelembaban seperti ini. Vernalisasi secara alamiah juga bisa terjadi pada beberapa jenis bunga lainnya,” imbuhnya.
Menurutnya, lamanya waktu berbunga karena masih dalam masa vegetatif. Sedangkan untuk saat ini Suweg di halaman Isyanto sudah masuk fase generatif. Masuknya fase ini memungkingkan munculnya bunga di tahun ke depan.
Penjelasan secara ilmiah, karena tanaman ini tergolong tanaman muda. Sehingga memerlukan vase vegetatif yang cukup lama. Fase ini terus berubah seiring usia dari tanaman ini. Artinya semakin tua, fase pertumbuhan semakin cepat.
“Wajar jika lama dan butuh waktu lima tahun baru berbunga. Tahun depan mungkin akan muncul bunga seperti itu lagi. Istilahnya latihan berbunga, ini juga terjadi di bunga anggrek di awal masa berbunga. Bunga bangkai ini tidak berbahaya, sehingga tidak perlu didramatisir. Hanya saja memang aromanya tidak sedap menyerupai bau bangkai,” jelasnya. (dwi/jko)
Berita Terbaru :
- Perbaikan Jembatan Weton Kulon Ditarget Selesai Akhir 2025
- Bupati Kebumen Tinjau Perbaikan Jalan, Tekankan Pentingnya Kualitas
- Dinsos Kebumen Bakal Kawal Aktifasi Data BPJS Yang Dinonaktifkan
- Peserta Geofest Bakal Diajak Wisata Tubing dan Jelajah Pesisir Selatan
- Bank Jateng Kebumen Dapat Laba Rp 35,1 Miliar
- PBH Peradi Kebumen Tolak Tegas Implementasi KRIS Program JKN
- 34,8 Ribu JKN KIS Warga Kebumen Dinonaktifkan