![]() |
AFIT RUFIADI SH |
Bukan Dinasti
Ihwal tidak bersedianya Buyar Winarso untuk berkompetisi kembali dalam Pilkada Kebumen konon karena alasan keluarga, yaitu tidak diijinkan oleh istri dan anak-anaknya. Sesuatu yang jarang terjadi di Indonesia. Oleh karenanya, terlepas dari plus minus kepemimpinan Buyar Winarso selama menjabat sebagai Bupati Kebumen periode 2010-2015, tentu sikap dan pendiriannya tersebut patut dihargai dan diapresiasi. Karena pada umumnya di banyak daerah di Indonesia, Kepala Daerah, baik Gubernur/Bupati/Wali Kota yang akan habis masa jabatannya dan masih dimungkinkan untuk maju kembali, akan berjuang all out untuk mempertahankan jabatannya pada periode kedua, bahkan tidak jarang dengan jalan dan cara yang tidak elok, seperti dengan menyalahgunakan jabatan dan kewenangannya kemudian mencuri start kampanye atau pun dengan jalan memobilisasi birokrat agar memberikan dukungan kepadanya.
Dan tidak jarang pula, apabila ternyata Kepala Daerah tersebut telah menjabat dua periode, oleh karena sesuai dengan ketentuan tidak diperbolehkan lagi mencalonkan diri, maka ia akan mengajukan anggota keluarganya untuk meneruskan tampuk kepemimpinannya, seperti misalnya istri/suami, anak/menantu, adik/kakak dari yang bersangkutan. Kondisi seperti inilah yang sering disebut sebagai Politik Dinasti. Efek negatif dari politik dinasti antara lain dapat mematikan demokrasi, kalau pun tumbuh demokrasi hanyalah merupakan demokrasi yang bersifat semu, dimana tidak ada kesamaan hak dan kesempatan bagi setiap warga masyarakat untuk menjadi pemimpin di suatu daerah serta menyuburkan praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
UU tentang Pilkada Gubernur/Bupati/Walikota yang baru telah meminimalisir adanya politik dinasti, yaitu dengan mensyaratkan kepada Bakal Calon Kepala Daerah untuk tidak mempunyai kepentingan dengan pejabat sebelumnya, dan yang dimaksud dengan kepentingan adalah mempunyai hubungan keluarga, baik sedarah maupun semenda dengan pejabat lama. Tetapi ternyata politisi tidak kehilangan akal. Oleh karena anggota keluarganya akan diorbitkan menggantikan posisinya, untuk menghindari adanya syarat kepentingan tersebut, Sang Kepala Daerah mengajukan pengunduran diri. Hal ini telah terjadi di Kota Pekalongan, Jawa Tengah dan Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Sejauh ini, kita patut bersyukur, di Kebumen tidak terjadi politik dinasti.
Bukan Kroni
Hal lain yang patut dicermati, adalah politik kroni. Tidak tertutup kemungkinan meskipun pejabat lama tidak mencalonkan diri kembali atau mengorbitkan anggota keluarganya untuk menggantikan posisinya sebagai Kepala Daerah, akan tetapi Kepala Daerah yang bersangkutan menyokong salah seorang calon lain dan tentu dalam politik tidak ada yang gratis. Sokongan tersebut dilandasi oleh berbagai kepentingan, baik karena kepentingan politis sendiri, ekonomi/finansial atau pun aspek hukum. Tentu meskipun Kepala Daerah tersebut tidak lagi menjabat dan yang menjabat juga bukan anggota keluarganya, namun oleh karena Calon Kepala Daerah terpilih merasa berhutang budi atas sokongan Kepala Daerah lama, sehingga tentu ia akan memberikan imbal balik kepada Kepala Daerah lama dengan bermacam cara dan bentuk.
Sebenarnya sah-sah saja, apabila seorang Kepala Daerah akan habis masa jabatannya, yang bersangkutan mempersiapkan calon penggantinya, sepanjang calon penggantinya benar-benar layak dan mumpuni untuk menduduki jabatan tersebut dan bukan dengan tujuan lain, seperti halnya untuk menjaga dan mengamankan kepentingan pribadi atau keluarga dari Kepala Daerah yang lama.
Menurut saya, adanya politik kroni juga cenderung berakibat buruk bagi tumbuhnya demokrasi dan cenderung menyuburkan korupsi dan kolusi. Semoga di Kebumen tidak terjadi hal demikian.
Bukan (Semata-Mata) Materi
Mencalonkan diri sebagai pejabat publik, dalam hal ini Bupati, tentu diperlukan nyali dan keberanian yang luar biasa, karena memang resikonya sangat besar. Jika terpilih, tentu dimungkinkan segala biaya politik (kampanye dan lain sebagainya) dapat dikembalikan dari penghasilan sah sebagai Bupati, dengan catatan apabila pengeluaran biaya politiknya terlalu besar, yang bersangkutan akan sangat potensial melakukan hal-hal yang menyimpang dari rel dan menabrak rambu yang ada untuk mengembalikan modal politiknya. Dan sebaliknya, apabila tidak terpilih, jurang kehancuran telah menganga lebar di depan mata, kehancuran perekonomian keluarga, bahkan bisa mengakibatkan kehancuran keluarga.
Idealnya, seseorang yang berani mencalonkan dirinya sebagai Bupati, adalah orang yang telah paripurna hidupnya. Paripurna dari segala kebutuhan hidup, sehingga seharusnya niat yang ada adalah bentuk komitmen untuk mengabdi kepada masyarakat dan melayani masyarakat. Sehingga apabila tidak siap untuk mengabdi dan melayani masyarakat, sejak awal sebaiknya mundur saja.
Calon Bupati yang dipandang telah cukup secara materi, diharapkan apabila telah menjabat ia tidak akan mencari dan mengumpulkan materi lagi. Namun barangkali karena telah menjadi sifat dasar manusia untuk selalu berusaha lebih dan merasa tidak cukup, sehingga tidak ada jaminan apabila Calon Bupati yang kaya raya apabila terpilih, untuk tidak menyimpang. Sehingga menurut saya, memilih Bupati juga sebaiknya jangan hanya dilihat dari segi kemampuan materinya saja.
Kompetensi Paling Utama
Seorang Calon Bupati idealnya mempunyai bekal yang cukup memadai tentang penguasaan wilayahnya, mengerti dan memahami kondisi sosiologis dan psikologis serta perekonomian masyarakatnya. Tidak mutlak untuk menguasai seluruh bidang karena keterbatasan kemampuan manusia, lagi pula Bupati memiliki banyak anak buah (birokrasi) dengan berbagai ragam keahlian. Karena Bupati akan menjadi nakhoda selama 5 tahun ke depan, sehingga akan sangat menentukan arah dan tujuan pembangunan di suatu daerah. Sebagai seorang Nakhoda, Bupati harus mempunyai kompetensi dan mempunyai kelebihan di bidang kepemimpinan (leadership) dan bidang manajerial. Bagaimana dia akan menggerakkan mesin birokrasi agar dapat bekerja lebih optimal untuk kemajuan daerah dan kemakmuran rakyatnya.
Kembali ke Pilkada Kebumen, dari berseliwerannya Calon Bupati/Wakil Bupati yang telah mengemuka di masyarakat, Anda-lah yang dapat menilai mana Calon Bupati/Wakil Bupati yang berkompetensi bagus, dan tidak mengandalkan materi semata, apalagi mengandalkan sebagai kroni.
Kepada masyarakat Kebumen, selamat menimang dan menimbang serta memilah dan memilih Calon Pemimpinnya. Semoga tidak salah pilih.
.
Oleh : Afit Rufiadi*)
Penulis adalah Praktisi Hukum di Kebumen
Alumni SMAN 1 Gombong
Tulisan adalah pendapat pribadi dan tidak terkait dengan profesi
Sebenarnya sah-sah saja, apabila seorang Kepala Daerah akan habis masa jabatannya, yang bersangkutan mempersiapkan calon penggantinya, sepanjang calon penggantinya benar-benar layak dan mumpuni untuk menduduki jabatan tersebut dan bukan dengan tujuan lain, seperti halnya untuk menjaga dan mengamankan kepentingan pribadi atau keluarga dari Kepala Daerah yang lama.
Menurut saya, adanya politik kroni juga cenderung berakibat buruk bagi tumbuhnya demokrasi dan cenderung menyuburkan korupsi dan kolusi. Semoga di Kebumen tidak terjadi hal demikian.
Bukan (Semata-Mata) Materi
Mencalonkan diri sebagai pejabat publik, dalam hal ini Bupati, tentu diperlukan nyali dan keberanian yang luar biasa, karena memang resikonya sangat besar. Jika terpilih, tentu dimungkinkan segala biaya politik (kampanye dan lain sebagainya) dapat dikembalikan dari penghasilan sah sebagai Bupati, dengan catatan apabila pengeluaran biaya politiknya terlalu besar, yang bersangkutan akan sangat potensial melakukan hal-hal yang menyimpang dari rel dan menabrak rambu yang ada untuk mengembalikan modal politiknya. Dan sebaliknya, apabila tidak terpilih, jurang kehancuran telah menganga lebar di depan mata, kehancuran perekonomian keluarga, bahkan bisa mengakibatkan kehancuran keluarga.
Idealnya, seseorang yang berani mencalonkan dirinya sebagai Bupati, adalah orang yang telah paripurna hidupnya. Paripurna dari segala kebutuhan hidup, sehingga seharusnya niat yang ada adalah bentuk komitmen untuk mengabdi kepada masyarakat dan melayani masyarakat. Sehingga apabila tidak siap untuk mengabdi dan melayani masyarakat, sejak awal sebaiknya mundur saja.
Calon Bupati yang dipandang telah cukup secara materi, diharapkan apabila telah menjabat ia tidak akan mencari dan mengumpulkan materi lagi. Namun barangkali karena telah menjadi sifat dasar manusia untuk selalu berusaha lebih dan merasa tidak cukup, sehingga tidak ada jaminan apabila Calon Bupati yang kaya raya apabila terpilih, untuk tidak menyimpang. Sehingga menurut saya, memilih Bupati juga sebaiknya jangan hanya dilihat dari segi kemampuan materinya saja.
Kompetensi Paling Utama
Seorang Calon Bupati idealnya mempunyai bekal yang cukup memadai tentang penguasaan wilayahnya, mengerti dan memahami kondisi sosiologis dan psikologis serta perekonomian masyarakatnya. Tidak mutlak untuk menguasai seluruh bidang karena keterbatasan kemampuan manusia, lagi pula Bupati memiliki banyak anak buah (birokrasi) dengan berbagai ragam keahlian. Karena Bupati akan menjadi nakhoda selama 5 tahun ke depan, sehingga akan sangat menentukan arah dan tujuan pembangunan di suatu daerah. Sebagai seorang Nakhoda, Bupati harus mempunyai kompetensi dan mempunyai kelebihan di bidang kepemimpinan (leadership) dan bidang manajerial. Bagaimana dia akan menggerakkan mesin birokrasi agar dapat bekerja lebih optimal untuk kemajuan daerah dan kemakmuran rakyatnya.
Kembali ke Pilkada Kebumen, dari berseliwerannya Calon Bupati/Wakil Bupati yang telah mengemuka di masyarakat, Anda-lah yang dapat menilai mana Calon Bupati/Wakil Bupati yang berkompetensi bagus, dan tidak mengandalkan materi semata, apalagi mengandalkan sebagai kroni.
Kepada masyarakat Kebumen, selamat menimang dan menimbang serta memilah dan memilih Calon Pemimpinnya. Semoga tidak salah pilih.
.
Oleh : Afit Rufiadi*)
Penulis adalah Praktisi Hukum di Kebumen
Alumni SMAN 1 Gombong
Tulisan adalah pendapat pribadi dan tidak terkait dengan profesi
Berita Terbaru :
- Peradi Kebumen Cetak Advokat-advokat Tangguh dan Berintegritas
- Tugu Lawet (masih) Langganan Banjir saat Hujan Deras
- Aksi Balap Liar Digagalkan Polisi
- Santri Bisa Kuliah Gratis Bahkan Dapat Uang Saku
- MAN 2 Kebumen Sabet Juara 3 Dari Ajang O2SN Tingkat Kabupaten
- Jangan Khawatirkan Loyalitas, Bupati Kebumen Diminta Kedepankan Meritokrasi,
- Estafet Kepemimpinan di SMK Gasmeka: Haru Melepas, Semangat Menyambut