![]() |
IMAM/EKSPRES |
Ya, terlihat unik memang, pagar pekarangah yang terbuat dari bambu ternyata mengindikasikan hajatan yang dimaksud. Beda hajatan tentunya akan berbeda pula bentuk pagarnya. Setidaknya terdapat dua bentuk pagar yakni kotak dan belah ketupat atau jajaran genjang.
Dalwan (50) salah satu warga RT 6 RW 2 Desa Pandanlor Kecamatan Klirong menyampaikan telah menjadi adat bagi keluarga yang melaksanakan mantu pertama kali harus membuat pagar pekarangan. Pagar dibuat menggunakan bambu dan berbentuk kotak. “Ini telah menjadi adat dan budaya, tujuannya pasti baik,” tuturnya, Jumat (6/7/2018).
Dijelaskanya, jika zaman dulu maka pembuatan pagar dilaksanakan dengan mengelilingi rumah dan pekarangan. Sehingga semua batas tanah yang ada dikelilingi menggunakan pagar bambu. Untuk akses jalan dibuat pintu pagar.
Dengan demikian diharapkan proses hajatan mantu akan berjalan dengan aman dan lancar tanpa ada halangan yang melintang. “Itu yang saya pahami dari filosofis tersebut, selain itu hal tersebut telah menjadi budaya yang telah turun temurun,” jelasnya.
Pagar yang telah dibuat, lanjutnya, tidak akan dibongkar hingga rusak dengan sendirinya. Maka dari itu adanya pagar dengan bentuk kotak setidaknya dapat menjadi indikasi jika pemilik pekarangan terkait telah atau akan menjalankan hajat mantu pertama. “Kalau untuk hajat mantu selanjutnya, tidak lagi membuat pagar tidak apa-apa. Selain itu jika hajatnya adalah sunatan, tidak membuat pagar juga tidak apa-apa,” paparnya.
Selain hajat mantu, pembuatan pagar juga dilaksanakan bagi, rumah yang tengah menjalankan hajat mencalonkan diri sebagai kepala desa. Meski sama-sama terbuat dari bambu namun, betuk pagarnya lain yakni jajaran genjang. “Bagi calon kepala desa yang jadi, biasanya pagar akan dibiarkan hingga rusak dengan sendirinya. Namun bagi calon yang gagal pagar akan segera dibongkar,” ucapnya,” (mam)
Dijelaskanya, jika zaman dulu maka pembuatan pagar dilaksanakan dengan mengelilingi rumah dan pekarangan. Sehingga semua batas tanah yang ada dikelilingi menggunakan pagar bambu. Untuk akses jalan dibuat pintu pagar.
Dengan demikian diharapkan proses hajatan mantu akan berjalan dengan aman dan lancar tanpa ada halangan yang melintang. “Itu yang saya pahami dari filosofis tersebut, selain itu hal tersebut telah menjadi budaya yang telah turun temurun,” jelasnya.
Pagar yang telah dibuat, lanjutnya, tidak akan dibongkar hingga rusak dengan sendirinya. Maka dari itu adanya pagar dengan bentuk kotak setidaknya dapat menjadi indikasi jika pemilik pekarangan terkait telah atau akan menjalankan hajat mantu pertama. “Kalau untuk hajat mantu selanjutnya, tidak lagi membuat pagar tidak apa-apa. Selain itu jika hajatnya adalah sunatan, tidak membuat pagar juga tidak apa-apa,” paparnya.
Selain hajat mantu, pembuatan pagar juga dilaksanakan bagi, rumah yang tengah menjalankan hajat mencalonkan diri sebagai kepala desa. Meski sama-sama terbuat dari bambu namun, betuk pagarnya lain yakni jajaran genjang. “Bagi calon kepala desa yang jadi, biasanya pagar akan dibiarkan hingga rusak dengan sendirinya. Namun bagi calon yang gagal pagar akan segera dibongkar,” ucapnya,” (mam)
Berita Terbaru :
- Ahmad Luthfi Lepas Penerbangan Perdana Semarang–Karimunjawa
- Gubernur Jateng Diapresiasi Media Lewat Forum Rembug
- Dibully Soal Rob Sayung, Ahmad Luthfi Fokus Kinerja Jangka Pendek dan Panjang
- Warga Nigeria Jadi Penghuni Rutan Kebumen
- PSHT Kebumen Kukuhkan 238 Pendekar Baru
- Perbaikan Jembatan Weton Kulon Ditarget Selesai Akhir 2025
- Bupati Kebumen Tinjau Perbaikan Jalan, Tekankan Pentingnya Kualitas