• Berita Terkini

    Rabu, 13 Mei 2020

    Kisah Ibnu Mas'ud Memilih Masuk Islam

    Melihat Bintang di Langit, Bertekad Buka Lembaran Hidup Baru



    Datangnya Bulan Ramadan, tentu disambut dengan penuh kegembiraan oleh Umat Islam. Tak terkecuali bagi seorang Ibnu Mas’ud (64) ini. Ramadan makin istimewa karena bagi Ibnu Mas'ud karena perjalanan spiritualnya memeluk agama Islam. Ya, Ibnu  Mas’ud ini seorang mualaf. Bagaimana kisahnya?
    --------------------------
    CAHYO KUNCORO, Alian
    -------------------------
    Ibnu Mas’ud sehari-hari tinggal di  Pondok Pesantren Alhasani Desa Jatimulyo Kecamatan Alian. Bagi warga setempat, sosok Ibnu Mas’ud sudah tak asing lagi. Suara merdunya selalu  terdengar saat melantunkan adzan dari masjid di ponpes tersebut.

    Ditemui kemarin (11/5), Ibnu Mas’ud mengakui datangnya bulan Ramadan selalu istimewa. Itu mengingatkan kisah hidupnya saat awal memeluk agama Islam pada tahun 2000 silam.

    Ibnu Mas’ud yang juga Abraham Agus Setiono menyampaikan, ia dulu pemeluk Kristen. Hingga pada suatu saat, ia melihat sebuah fenomena alam yang menakjubkan. "Saya ingat, itu terjadi pada malam Jumat. Saat itu, saya melihat ke langit. Di sana saya melihat kumpulan bintang yang berjalan dan kemudian membentuk lafaz Allah dengan huruf Arab," ujarnya mengawali kisahnya.

    Kumpulan bintang membentuk lafaz Allah itu tak hanya menerangi langit malam itu. Namun, juga menerangi kalbunya. "Saat itulah, saya sadar dan membulatkan diri untuk mengimani Islam," ujarnya.

    Ibnu Mas’ud lantas meminta bimbingan KH Idris Marzuki, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur untuk mendalami Islam.

    Diakuinya, pindah keyakinan dan memeluk agama lain bukan hal mudah. Sempat ada penolakan dari orang-orang terdekatnya. Bahkan, teror dari pihak yang menentang keputusannya itu.

    Meski begitu, Ibnu mengaku sudah membulatkan diri dan siap menghadapi risiko apapun untuk mempertahankan imanya itu. "Hidayah itu adalah anugerah terbesar dalam hidup. Sampai kemudian, saya rela meninggalkan pekerjaan dan karir saya yang dengan susah payah saya raih. Saya juga terpaksa menalak istri dan meninggalkan anak yang sudah berbeda keyakinan," kenangnya.

    Apapun itu, Ibnu Mas’ud tak menyesali keputusannya itu. Bagi dia, memeluk Islam adalah lembaran baru dalam kehidupannya. Dan, ia berbahagia dan menemukan kedamaian hidup dengan Islam. Ibnu Mas’ud juga enggan berambisi merebut dunia yang pernah diraihnya.

    "Di sisa umurnya yang menua, saya hanya ingin mengabdikan diri untuk Islam hingga akhir hayat. Sekarang saya memulai hidup lembaran baru, " ujarnya.

    Sementara itu, Pengasuh Ponpes Al Hasani Gus Asyhari Muhammad Alhasani atau akrab disapa Gus Hari mengatakan, dialah yang mengajak Ibnu Mas'ud ke Kebumen karena menjalankan amanat KH Idris. "Dia saya ajak ke Kebumen dua tahun lalu. Ia mulai dari nol. Ditinggalkan semua, harta, keluarga. Yang dibawa hanya baju," ujar Gus Hari.

    Di mata Gus Hari, Ibnu Mas’ud sangat taat beribadah. Selain mengumandangkan adzan, Ibnu Mas'ud juga rutin membersihkan masjid. Selain itu, Ibnu Mas'ud juga rutin membersihkan Makam umat Islam di lingkungan pesantren.

    Meski begitu, Ibnu cukup disegani masyarakat di lingkungan pesantren lantaran totalitasnya beribadah membuat orang kagum hingga menaruh hormat padanya. "Setiap harinya ia selalu rajin membersihkan masjid dan komplek makam, "imbuh Gus Hari.

    Terkait metode pembelajaran selama Ibnu di Pesantren, Gus Hary menambahkan, meski dengan cara khusus, namun sejauh ini Ibnu bisa mengikutinya dengan baik dan lancar. "Untuk cara belajar mengajinya memang kita bedakan tapi sejauh ini ajaran yang kita beritan bisa ia terima dan bisa dijalankan dengan baik. Tentunya sesuai panduan agama yang kita amalkan sehari hari," pungkas Gus Hari. (*)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top