• Berita Terkini

    Sabtu, 30 September 2017

    Nyleneh, Warga Wonogiri ini Pilih Tinggal di Rumah Batu

    PEMDES GENENGHARJO FOR RADAR SOLO
    Jadi Tontonan Warga, Sekaligus Tempat Selfie Favorit

    Bagaimana ya rasanya tinggal di dalam “batu”? Hanya Nurwono, 38, dan keluarganya yang bisa menjawabnya. Mereka memiliki omah watu atau rumah batu di Dusun Nglebeng, Desa Genengharjo, Kecamatan Tirtomoyo.
    -------------------------
    Laporan Radar Solo
    -------------------------

    Rumah dengan model unik tersebut terletak hanya beberapa ratus meter dari balai desa setempat. “Ini menjadi salah satu potensi yang kami miliki,” ujar Kepala Desa Genengharjo Wirid Andriyadi.

    Rumah nyeleneh tersebut membuat penasaran warga hingga luar desa. Mereka berduyun-duyun mendatangi Dusun Nglebeng untuk memastikan bentuknya. Setelah puas menikmati, berswafoto (selfie) menjadi pelengkap.

    Si empu rumah tak keberatan dengan hal tersebut. "Dari dulu memang sudah terkenal. Orang menyebutnya omah watu, begitu. Banyak yang datang. Tapi bagi saya rumah kayak begitu saja dibuat foto-foto," ujar Nurwono.

    Saat ini, omah watu ditempati Suti, ibu Nurwono. Hanya selemparan batu dari omah watu, berdiri rumah model joglo yang ditempati kerabat Nurwono dari garis keturunan sang ibu.

    Pria yang berprofesi sebagai di bidang pertamanan mengatakan, omah watu mulai dibangun sejak 1997. "Dulu habis sekitar Rp 70 jutaan. Itu rumah belum jadi kok mas," jelasnya.

    Ide awal membangun omah watu, imbuhnya, hanya terlihat berbeda dengan model rumah pada umumnya. Selain itu, rumah di desain berbentuk batu agar tidak perlu banyak perbaikan di kemudian hari.


    Omah watu memiliki panjang sembilan meter, lebar sembilan meter, dan tinggi sekitar tujuh. Konstruksi bangunan menggunakan besi cor dengan kawat ayakan diperkuat campuran semen dan pasir. Karena konsepnya adalah batu, rumah tersebut tidak menggunakan genting dan kayu.

    "Di dalam ruangan itu los saja, hanya ada tiang. Lalu di belakangnya ada lantai dua. Di atas ada satu ruangan lagi," terang Nurwono.

    Untuk sirkulasi udara, omah watu mengandalkan lubang yang dipercantik dengan pipa paralon. Bentuknya yang bulat membuat kesan natural sebuah batu. Apalagi di teras rumah banyak tumbuhan. "Rumah ini baru dasar. Mau dibikin taman. Aslinya bukan seperti itu. Mau melanjutkan (pembangunan, Red) belum punya biaya," ucapnya.

    Sekadar informasi, Desa Genengharjo berjarak tujuh kilometer (km) dari ibu kota kecamatan, dan 32 km dari ibu kota kabupaten. Luas wilayah 339 hektare yang mayoritas topografinya berupa perbukitan seluas 325 hektare. (kwl/wa)






    Berita Terbaru :


    Scroll to Top