• Berita Terkini

    Senin, 21 Agustus 2017

    Pemkab Diminta Peduli Kepada Sejarah Kebumen, Bukan Malah Meributkan Sejarah Hari Jadi Setiap Tahun

    hakamforekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Seorang peneliti asal Belanda, Azarja Daniel Harmanny, Sabtu (20/8/2017) datang ke Kebumen untuk melakukan penelitian masa dekolonisasi, kekerasan dan perang di Indonesia pada periode 1945-1950, khususnya  peristiwa "Canonade of Candi" pada 19 Oktober 1947. .


    Sejarawan Kebumen, Ravie Ananda mengatakan, kedatangan Azarja ini seharusnya membuka mata masyarakat dan Pemkab Kebumen soal sejarah. Apalagi, kedatangan warga negara Belanda ke Kebumen bukan kali pertama.

    Sebelumnya, sudah ada Sejarawan Belanda dan masih keturunan Direktur Mexolie pada masa kolonial, Conrad Worldring menulis sejarah tentang Kebumen. Bersama Ravie Ananda dan para pemerhati sejarah Kebumen, Conrad Worldring menuliskan peristiwa bersejarah di Kecamatan Karanganyar atau disebut "Canonade of Candi" pada 19 Oktober 1947 yang mengungkap perjuangan pejuang Kebumen mempertahankan kemerdekaan RI.

    Tulisan yang mengungkap kebrutalan pasukan artileri Belanda yang membobardir pasar Candi, Desa Candi Karanganyar dan menewaskan 786 korban itu pula yang kemudian direspons serius oleh Pemerintah Belanda dengan mengirimkan Azarja Daniel Harmanny melakukan investigasi serius di Kebumen.

    "Masyarakat dan pemerintah harusnya lebih perduli sejarah kebumen apalagi peristiwa yang terjadi di Kebumen bukan berskala lokal saja," kata Sejarawan muda asal Panjer, Kecamatan Kebumen yang juga pendiri Museum Pancasila tersebut.

    Selain itu, lanjut Ravie, Pemkab Kebumen seharusnya memberikan materi pelajaran sejarah yang berbobot di sekolah-sekolah.  "Hal ini penting untuk menguatkan karakter generasi penerus di Kebumen daripada hanya ribut sejarah hari jadi Kebumen setiap tahun," katanya.

    Tak kalah penting, Pemkab diminta lebih meningkatkan kepedulian terhadap keberadaan monumen-monumen perjuangan yang banyak dijumpai di Kebumen. Selama ini, perawatan monumen hanya dilakukan di tingkat desa. Itupun tidak semuanya mau melakukannya.

    "Padahal monumen-monumen ini penuh sejarah kebanggaan dan nilainya tak terhingga. Pemkab seharusnya lebih peduli dan bukan malah memperhatikan monumen baru yang notabene tidak ada kaitannya dengan sejarah dan kebanggaan," ujar Ravie.

    Ungkapan senada dilontarkan Pemerhati Sejarah Kebumen, Hakam Syatibi. Dia mengaku menyambut baik kedatangan Azarja sekaligus memberi apresiasi pemerintah Belanda. Momen semacam ini, katanya, bisa menjadi kebanggaan bagi warga Kebumen dimana para pejuang dulu turut merebut kemerdekaan, bahkan mengorbankan nyawa.

    Sayangnya, belum terlihat ada perhatian yang lebih serius dari Pemkab. "Beberapa kali kami sounding (hubungi) lewat medsos dan lewat beberapa media cetak juga media online namun tidak ada yang merespon serius. Makanya ketika pihak dari Belanda datang, kami coba untuk menyediakan waktu kami membantu sebisa yang kami mampu," ujar Hakam.(cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top