• Berita Terkini



    Sabtu, 12 September 2015

    Warga Purwokerto Jadi Mucikari AS

    PURWOKERTO-Tertangkapnya dua mucikari Anggita Sari (AS), yaitu Alen Saputra, 25, warga Purwokerto, dan Alfania Tiarsusila, 23, asal Semarang menguak fakta baru. Dalam menjalankan bisnis bisnis prostitusi online tersebut, Alen dan Alfania memiliki tugas  dan  peran  masing-masing.

    Kasatreskrim  Polrestabes  Surabaya  AKBP  Takdir Mattanete mengatakan Alen menjadi operator handphone dari grup BBM Princess  Management  yang member-nya adalah  para  cewek  cantik yang  siap  dipesan  oleh para hidung belang.

    ”Grup tersebut  sengaja  dikelola oleh  tersangka  untuk  memudahkan  berkomunikasi dengan  anak  buahnya. Khususnya ketika ada pelanggan  yang  membooking mereka,” kata Takdir seperti yang dilansir Radar Surabaya (Jawa Pos Group), Jumat (11/9).

    Selain untuk memudahkan komunikasi, grup BBM itu digunakan Alen untuk menentukan  tarif.

    Sebab,  tarif  baru  akan  ditawarkan  kepada  pelanggan ketika Alen dan anak buahnya sudah deal. ”Grup BBM juga  memudahkan tersangka untuk mendata anak  buahnya  dari  tiap daerah sehingga tersangka tidak perlu repot-repot mencarikan gadis bagi pelangganya yang berada di setiap daerah,” kata Takdir.
    Kendati baru sebulan beroperasi, Alen Saputra, dan Alfania Tiarsusila, cukup populer di kalangan model dan artis.

    Lewat grup BBM Princess Management, jasa prostitusi online tersebut menyediakan stok 80 cewek cantik dengan tarif kencan Rp 1,5 juta–Rp 7,5 juta.
    Profesi 80 cewek tersebut beragam, mulai sales promotion girl (SPG), mahasiswi, hingga artis dan model, seperti Anggita Sari.
    Cewek koleksinya tersebar di beberapa daerah, seperti Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Bali, Purwokerto, dan Cirebon.

    Yang cukup mengejutkan, ternyata Alfania berstatus mahasiswi perguruan tinggi negeri di Jogjakarta. Fakta tersebut terkuak setelah Satreskrim Polrestabes Surabaya menangkap keduanya di dua hotel di kawasan Menteng, Jakarta, pada Rabu lalu (9/9).

    Usut punya usut, keduanya memang rapi dalam menawarkan jasa esek-esek ke para pria hidung belang. Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Takdir Matanette mengungkapkan, duet muncikari itu menggunakan kedok manajemen model. Namanya Princess Management.
    Princess Management pula yang  selalu digunakan untuk merekrut PSK, kemudian menjualnya ke pria hidung belang. Di dunia prostitusi online, nama Princess Management cukup beken.

    Layanan mereka dikenal memuaskan. Jika tawaran itu mendapat respons, sang mucikari langsung memasang tarif dan memberikan nomor rekening.

    "Pelaku menyuruh pelanggannya untuk mentransfer uang tanda jadi dan sisanya dibayar setelah main," ujar Takdir di Surabaya, Kamis (10/9).
    Tarif yang ditawarkan antara Rp 1,5 juta-Rp 3 juta. Khusus Anggita Sari yang memiliki embel-embel model dan artis, pelaku membanderol Rp 8 juta.
    Alen dan Alfin, dua muncikari yang menjajakan model Anggita Sari dalam prostitusi online ternyata cukup lihai mengelola bisnis haram itu. Mereka bahkan memiliki koleksi 85 perempuan cantik yang siap melayani syahwat pria.
    Alen dan Alfania merupakan mahasiswa perguruan tinggi swasta di Semarang. Sebelum menjadi muncikari, Alfania ternyata juga nyambi bekerja sebagai PSK di daerah kampusnya.

    Sementara Alen dikenal sebagai teman dekat Alfania. Setelah sekian lama melanglang buana sebagai PSK, Alfania memiliki relasi yang luas di dunia esek-esek. Dia lalu mengajak Alen mendirikan Princess Management.

    Itu adalah nama semacam koordinator bisnis prostitusi. Mereka membuat akun di media sosial dengan nama itu pula. Kemudian Princess Management merekrut perempuan-perempuan cantik yang bersedia menjadi PSK. Alen dan Alfania pula yang mencarikan pelanggannya.
    Nama Princess Management memang selalu digunakan untuk merekrut PSK, lalu menjualnya ke pria hidung belang. Di dunia prostitusi online, nama Princess Management cukup beken. Layanan mereka dikenal memuaskan.

    Menurut Takdir, dua muncikari itu memiliki koleksi 65 PSK tetap -termasuk Anggita Sari- dan 20 orang freelance. Status freelance diberikan kepada mereka yang bergabung melalui koneksi anggota sebelumnya.

    "Jadi, mereka merekrut PSK dari mulut ke mulut pekerja sebelumnya," katanya di Polrestabes Surabaya Kamis(10/9).
    Penangkapan dua muncikari tersebut berawal dari keterangan para saksi yang diperiksa sebelumnya. Polisi mengetahui bahwa dua pelaku sempat berada di sekitar kampusnya di Semarang.

    Namun, pelaku ternyata cukup cerdik. Mereka tidak pernah menetap dalam waktu lama di satu lokasi. Dari Semarang, dua mucikari tersebut pindah ke Jogjakarta, lalu bergeser ke Cirebon, setelah itu menuju Jakarta.

    Untuk mengelabui polisi, mereka sering mengganti nama akun media sosial.

    "Saat kami cek kemarin, akun Princess Management sudah ganti nama menjadi Angel," kata polisi berpangkat dua melati di pundak itu.
    Di Jakarta, polisi mendapat informasi bahwa Alen dan Alfania menginap di sebuah hotel di kawasan Jakarta Pusat. Tanpa perlawanan, dua orang itu dibekuk. Polisi juga mengamankan 3 handphone, 1 buku rekening, uang Rp 9 juta, 3 kondom, dan 1 kunci kamar hotel.
    Kepada polisi, Alen dan Alfania mengaku memiliki jaringan prostitusi online di kota-kota besar. Yakni, Jakarta, Jogjakarta, Bali, Bandung, Solo, Semarang, dan Surabaya.

    Hingga kemarin, polisi terus memeriksa dua mucikari tersebut. Polisi juga menelusuri kemungkinan adanya artis atau model lain yang bergabung dalam prostitusi online tersebut. Caranya dengan melacak nomor rekening, nomor telepon, dan BBM dua pelaku.

    Sementara itu, Alfania enggan berkomentar banyak saat ditanya wartawan. Dia hanya mengatakan bahwa Princess Management baru sebulan berdiri. Perempuan-perempuan yang direkrutnya berusia 20-26 tahun. Kebanyakan perempuan tersebut bekerja sebagai model dan sales promotion girl (SPG).
    Namun, ada juga yang masih berstatus mahasiswi. "Anggota direkrut kenalan sebelumnya. Karena itu, saya tidak mengenal mereka langsung," kilahnya.(ian/c7/oni)

    Berita Terbaru :