• Berita Terkini

    Rabu, 15 Juni 2022

    Petani Diimbau Beralih ke Pertanian Organik


    KEBUMEN(kebumenekspres.com)- Harga gabah yang hanya Rp 410 ribu hingga Rp 420 ribu perkwintal, tentunya belum dapat menguntungkan petani. Sebab untuk biaya pertanian sendiri tergolong tinggi. Dimana kini ongkos tenaga dan harga pupuk juga kian melambung.


    Untuk menyiasati hal tersebut, petani digarapkan mandiri dalam pemenuhan pupuk. Ini dapat dilaksanakan dengan membuat pupuk organik sendiri. Selain lebih sehat, penggunaan pupuk organik juga dapay menekan biaya. 


    Ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Sinar Mutiara Kelurahan Panjatan, Karanganyar Ir Purnomo Singgih saat ditemui baru-baru ini menyampaikan setiap tahun para petani, utamanya di Kebumen memang selalu dihadapkan dengan permasalahan klasik. Baik itu mahalnya pupuk maupun murahnya hasil panen di tingkat petani. 


    Sebenarnya, lanjutnya,  permasalahan tersebut bisa diatasi. Ini apabila petani mau beralih ke pupuk organik. Pupuk tersebut, juga mudah dalam pembuatanya. Hanya dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar kemudian dijadikan pupuk. Ini seperti dedaunan, pohon pisang yang telah mati, maupun kotoran hewan ternak yang dipelihara. 


    Menurutnya, dengan pertanian organik meski harga gabah diangka Rp 410 ribu per kwintal, para petani sudah bisa mendapatkan untung. Karena memang, biaya produksi bisa turun hingga 30 sampai 40 persen. 


    “Saya tidak pakai pupuk kimia, sehingga nggak ada keluar untuk biaya produksi pemupukan. Penyemprotan hama juga nggak pakai kimia. Sehinga kalau pake organik jauh lebih murah hasilnya sama. Jika dapat menciptakan pasar sendiri, tentu harga lebih menguntungkan,” katanya. 

    Dikatakan, petani yang menggunakan pupuk kimia paling tidak perhektar lahan menghabiskan sebanyak 150 kilogram urea dan NPK 150 kilogram. Kalau dihitung biaya satu hektarnya mencapai sekitar Rp 1.500.000. Itupun masih menggunakan pupuk subsidi dari pemerintah. Apabila tidak menggunakan pupuk subsidi makan pengeluaran bisa mencapai tiga kali lipatnya, hanya untuk biaya pupuk. 


    “Seektar untuk biaya perawatan menggunakan pupuk kimia mencapai Rp 6 sampai Rp 7 juta modalnya. Satu hektar keluar 7 ton, kalau dijadikan beras paling sekitar 3,5 ton beras,” jelasnya. 


    Diceitakannya, untuk beralih ke pupuk organik di awal-awal memang memakan waktu cukup lama. Karena harus membentuk unsur hara di dalam tanah. Paling tidak memakan waktu sekitar 1,5 tahun agar tanah kembali menjadi gembur. Ini ditandai dengan dalamnya lumpur di areal pertanian. 

    Selain pupuk, pemerintah kini juga memiliki program Climate, Smart and Agricultur (CSA) terkait dengan perubahan iklim. Sehingga petani diarahkan untuk pertanian yang ramah lingkungan. “Berdasarkan kondisi alam saat ini bagaimana petani dapat mengikuti dan beradaptasi dengan iklim,”  ucapnya. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top