• Berita Terkini

    Selasa, 18 Februari 2020

    Pengalaman Yessy, Mahasiswi Asal Kebumen yang Ikut Dikarantina di Natuna

    Sempat Nyaris Kehabisan Stok Makanan, Berniat Kembali ke Tiongkok


    Tak ada bayangan sama sekali di benak Yessy harus menjalani karantina di Natuna menyusul wabah virus corona yang melanda Tiongkok. Berikut pengalaman Yessy, mahasiswi asal Kebumen yang tengah menempuh pendidikan di Kota Wuhan, kota yang belakangan dikenal seluruh dunia karena virus corona.

    --------------------------
    A SAEFURROHMAN, Kebumen
    -------------------------
    YA, Yessy Liana Putri (20) yang warga RT 6 RW 5 Jl Pramuka, Kelurahan/Kecamatan Kebumen tersebut menjadi satu-satunya warga Kebumen yang harus menjalani karantina di Natuna.  Ditemui kemarin (18/2), Yessy menyambut ramah kedatangan awak media. Iapun tak keberatan pengalamannya itu dibagikan kepada pembaca.

    Yessy, sudah hampir 2 tahun berada di negeri Tirai Bambu. Selepas lulus SMAN 1 Kebumen tahun 2018, Yessy memutuskan "terbang" ke Tiongkok. Ketertarikannya kepada dunia industri, membuat mantap kuliah S 1 di Geosciende Universty Wuhan.

    Kehidupan kampus menjadi aktivitas sehari-hari di Wuhan. Hingga kemudian, pada Desember 2019, Yessy mendengar kabar mengenai merebaknya virus corona di Tiongkok. Khususnya Wuhan. "Tapi saat itu, aktivitas masih normal. Hanya beberapa orang terlihat menggunakan masker. Tetapi secara umum, aktivitas seperti biasa," katanya.

    Situasi itu kemudian memburuk memasuki Januari 2020. Seiring dengan meningkatnya jumlah penderita virus corona, pemerintah Tiongkok memberlakukan aturan ketat kepada warganya. Tak terkecuali kampus tempat Yessy belajar.

    "MUlai tanggal 25 Januari semua aktivitas dihentikan. Transportasi berhenti dan warga dihimbau tidak banyak beraktivitas di luar rumah. Kampus juga memberikan sosialisasi sal corona dan kami diharuskan melakukan cek suhu tubuh untuk mengetahui terkena virus corona atau tidak," ujarnya.

    Mencegah penyebaran cororna, Yessy dkk tinggal di asrama. Tidak keluar rumah. Untuk kebutuhan makan sehari-hari, Yessy memasak sendiri. Kabar baiknya, kampus menyediakan fasilitas pusat perbelanjaan di sekitar asrama.

    Hanya kemudian, situasi Wuhan nyaris lumpuh karena  banyaknya aktivitas perekonomian terhenti. "Stok bahan makanan kami menipis. Apalagi bahan kebutuhan sulit dicari dan harganya naik sampai 2 sampai 3 kali lipat karena warga lain juga melakukan aksi borong," katanya.

    Seperti sudah diketahui, Pemerintah RI kemudian memutuskan mengevakuasi WNI yang tinggal di Tiongkok. Yessy, menjadi salah satu yang harus dievakuasi. Yessy menuturkan, evakuasi dilakukan melalui Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT). Secara bertahap, mereka dievakuasi dari asrama untuk dikembalikan ke tanah air mulai tanggal 1 Februari 2020.

    Kali pertama, Yessy dan teman-temannya dievakuasi ke bandara. Proses evakuasi ini melibatkan sejumlah bus. "Saya dievakuasi ke bandara bersama mahasiswa 5 universitas lain. Kami naik bis," kenang Yessy.

    Dari bandara, mereka diterbangkan ke Batam menggunakan Batik Air. Seingat Yessy ada sekitar 200 WNI yang dievakuasi. Baru dari Batam, Yessy dan WNI lainnya diterbangkan ke Kepulauan Natuna menggunakan pesawat Boeing milik TNI dan Hercules.

    Selama dalam perjalanan, mereka mendapat pantauan dari Kemenkes bahkan TNI yang menggantikan fungsi pramugara dan pramugari. "Petugas TNI ini menggunakan baju full face tertutup. Kami juga dilakaukan screening dan diminta mengganti masker setiap 4 jam sekali," imbuh Yessy.

    Selanjutnya, para WNI yang dievakuasi dikarantina di Natuna selama dua pekan. Selama masa itu, Yessy mengatakan, tinggal di perumahan milik TNI. Sebagian lain di tenda-tenda yang didirikan TNI Kemenkes.

    Seluruh kebutuhan mereka ditanggung pemerintah. Selebihnya, mereka mendapat pantauan terus menerus dari dotker. "Setiap usai sarapan pagi kami diperiksa suhu tubuh oleh dokter. Pemeriksaan kembali dilakukan setelah makan malam. Kalau ada yang suhu tubuhnya lebih dari 37 derajat mendapat perlakuan khusus dari dokter. Mereka diikuti dokter," ujar Yessy.

    Meski begitu, Yessy tidak merasa terganggu dengan perlakuan itu. Apalagi, mereka juga diberi banyak kegiatan seperti olahraga. "Karena virtus corona kan menyerang bila ketahanan tubuh lemah. Jadi kami diajak banyak berolahraga atau melakukan aktivitas. Selain itum, banyak beristiarahat dan mengonsumsi makanan sehat," ujarnya.


    Di sela masa karantina, Yessy masih bisa kuliah dengan model online. Selain itu, Yessy sempat mengabarkan kepada keluarga bahwa mereka baik-baik saja di Natuna.

    Selepas menjalani masa karantina, Yessy dan yang lain mendapat pemeriksaan akhir. Dari hasil screening, Yessy dinyatakan sehat dan boleh pulang ke kampung halaman. Sebagai tanda bahwa Yessy tidak terpapar Corona, pemerintah juga membuatkan sertfikat sehat.

    Yessy menyampaikan, ada 10 orang termasuk dirinya, yang dipulangkan dari Natuna ke rumah masing-masing di Jawa Tengah. Setelah dari Natuna, mereka ke Bandara Halim Perdanakusuma untuk kemudian dilanjutkan ke bandara  Adisucipto Jogjakarta.

    Tak hanya itu, Yessy diantar hingga ke rumah dengan difasilitasi dari pemprov Jawa Tengah. "Dari Jawa Tengah 10 orang. Saya diantar ke rumah bersama rekan d ari Purbalingga dan Wonosobo. Kami satu mobil diantar petugas dari Pemprov Jawa Tengah," katanya.

    Yessy tiba di Kebumen Sabtu (15/2). Selama di Kebumen, Yessy masih dipantau oleh Dinas Kesehatan Kebumen. Yessy berharap, masyarakat tidak memperlakukannya secara khusus. "Saya berharap masyarakat bisa sepenuhnya menerima kami karena saya pulang sudah dinyatakan sehat dan tidak terpapar Corona," harapnya.

    Yessy mengaku tak kapok menempuh pendidikan di Tiongkok. Ia bahkan sudah berniat kembali ke sana begitu pihak kampus kembali menggelar perkuliahan. Sembari menunggu, Yessy mengaku masih dapat kuliah. "Sejak 10 Februari perkuliahan sudah mulai. Saya kuliah via online," ujarnya.

    Ibu Yessy, Lestari Wijaya (44)  mengaku menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada anak tercintanya tersebut. Terkait penanganan virus corona, ia mengaku percaya sepenuhnya kepada pemerintah, baik pemerintah Tiongkok, Indonesia hingga Pemprov Jawa Tengah termasuk Pemkab Kebumen.

    "Awalnya sempat khawatir. Tapi dari awal saya sudah percaya kepada pemerintah. Soal nanti kuliah lagi disana saya serahkan sepenuhnya kepada Yessy. Sejak dulu, kami tidak pernah memaksa anak untuk jadi apa. Itu terserah mereka," ujar dia.  (*)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top