• Berita Terkini

    Rabu, 14 November 2018

    Delapan Desa di Cilacap Terendam Banjir

    RAYKADIAH/RADARMAS
    CILACAP-Hujan dengan intensitas tinggi, mulai memicu terjadinya banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah di Kabupaten Cilacap. Delapan desa di dua kecamatan yakni Nusawungu dan Patimuan, terendam banjir.

    Tujuh desa di Kecamatan Nusawungu yang terendam banjir meliputi  Desa Nusawungu, Nusawangkal, Klumprit, Banjareja, Kedung Benda, Purwodadi, serta Karangsembung.

    Banjir diakibatkan hujan lebat yang melanda daerah ini, Senin (12/11) hingga Selasa (13/11/2018) pagi pukul 05.00. Sedangkan di Kecamatan Patimuan, banjir juga merendam ratusan rumah warga Desa Patimuan Kecamatan Patimuan.

    Sementara dua desa di Kecamatan Dayeuhluhur, yakni Desa Bingkeng dan Matenggeng, dilanda tanah longsor. Sedangkan di Desa Patimuan Kecamatan Patimuan, ratusan rumah warga terendam air dengan kedalaman hingga puluhan sentimeter.

    Pantauan Radarmas, ratusan rumah warga di tujuh desa di Kecamatan Nusawungu, terendam banjir antara 10 hingga 70 sentimeter. Warga Banjareja, Parman mengatakan, akibat banjir tersebut aktivitas warga desa tersebut lumpuh. Selain itu, banyak ternak warga yang juga ikut hilang bahkan mati karena terendam air.

    "Banyak  unggas yang mati karena kedinginan terendam air. Karena kami dekat sawah, takut juga kalau ada ular, karena bisa membahayakan warga," ujarnya.
    Di Desa Klumprit, genangan air mencapai 70 sentimeter. Akibat banjir tersebut warga menitipkan beberapa barang-barang berharga ke tempat sanak saudara yang tidak terkena banjir.

    Warga khawatir apabila hujan kembali datang, ketinggian air akan terus bertambah mengingat cuaca kali ini mendung.

    "Sudah kita amankan, karena kita takut akan meluas banjirnya. Cuacanya saja mendung seperti ini, takutnya akan kembali hujan lebat nanti malam," ujar salah satu warga Desa Klumprit, Biru.

    Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) wilayah Kroya, Gunardi mengatakan, di wilayah Kecamatan Nusawungu terjadi lantaran daerah cekungan dan datar dengan Sungai Jambe dan Sungai Sibelis yang mengalami pendangkalan serta tanggul sungai yang tidak berfungsi.

    "Klep yang mengatur keluar masuknya air di kedua sungai tersebut tidak berfungsi, sehingga ketika hujan intensitas tinggi maka sungai sungai yang ada di daerah tersebut meluap dan membanjiri rawa,  sawah serta pemukiman yang ada,"jelasnya.

    Menurut dia,  untuk memperlancar arus sungai agar tidak terjadi luapan, harus dilakukan pengerukan dan peninggian tanggul serta perbaikan klep pintu air.
    Selain mengenai pemukiman warga, banjir juga menggenangi beberapa sekolah di Desa Klumprit, jalan raya serta area persawahan.

    "Ada setidaknya 230 hektare sawah yang terendam banjir. Meskipun begitu belum ada kerugian akibat terendamnya sawah tersebut. Hal ini dikarenakan musim tanam belum dimulai di Kecamatan Nusawungu," ungkap Gunardi.

    Meskipun air menggenangi MTs  dan SD 2 Klumprit, namun aktivitas belajar mengajar tetap dilakukan. Kepala MTs Klumprit, Anis mengatakan, genangan air yang terjadi di sekolahnya dinilai sudah biasa.

    "Di sini memang setiap musim penghujan pasti selalu tergenang air, jadi kita selalu antisipasi. Murid-murid juga tetap berangkat ke sekolah. Hanya ada dua murid yang izin karena di desanya juga terkena banjir dan susah untuk kemana-mana," ungkap Anis.

    Di Desa Bingkeng Kecamatan Dayeuhluhur, dua  keluarga terpaksa mengungsi karena rumah rusak dan retak-retak. Keduanya adalah Carsih dan Darso. Kepala Desa Bingkeng, Wartono, rumah milik Carsih rusak parah karena ambruk.

    Sementara rumah Darso, retak di berbagai tempat, sehingga sudah tidak layak dihuni.  "Kedua keluarga ini mengungsi ke rumah kerabat terdekat," ujarnya, Selasa (13/11).
    Dia mengaku khawatir jika hujan kembali turun, rumah Darso akan ambruk. Karena retakan sudah menjalar ke seluruh bagian. Pasca kejadian, warga setempat sudah melakukan kerja bakti untuk membersihkan puing dan menyelamatkan barang yang masih bisa dipakai.

    "Sudah ada kerja bakti. Laporan sudah kita kirim ke kecamatan, Koramil, Polsek dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah," kata dia.
    Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap, Tri Komara, memastikan tidak ada korban jiwa atas kejadian ini. Pihaknya langsung mengirimkan bantuan berupa bahan bangunan rumah untuk memperbaiki kerusakan.
    "Tidak ada korban jiwa," kata dia melalui Kepala UPT BPBD Majenang, Edi Sapto Prihono, kemarin.
    Sementara itu, hujan deras mengakibatkan saluran yang ada di Desa Patimuan Kecamatan Patimuan meluap, Senin (12/11) malam. Air ini sempat menggenangi perumahan warga di wilayah RW 04,05, 07 dan 08. Ketinggian air mencapai 70 sentimeter dan sebagian rumah tergenang.

    "Ketinggian air sampai 70 sentimeter," ujar Kepala Desa Patimuan, Icuk Sudiarto. Dia mengatakan, air baru surut sekitar pukul 04.00, pagi kemarin. Dia menjelaskan, setidaknya ada 268 keluarga yang terdampak.

    Penyebab genangan ini karena saluran pembuangan yang tidak berfungsi maksimal. Akibatnya, tiap hujan deras air selalu meluap ke perkampungan warga."Ini kejadian tiap musim hujan. Tiap tahun makin parah," tandasnya. (ray/har/din)



    Berita Terbaru :


    Scroll to Top