 |
| IMAM/EKSPRES |
Para siswa yang berjumlah sekitar 70 an orang itu, disambut dengan kesenian kuda lumping atau ebeg. Wisata kuliner lokal juga disajikan untuk menyambut kedatangan para pengunjung. Setelah sesaat menikmati hiburan, acara kunjungan kemudian dilanjutkan dengan anjang kriya yakni pembuatan tudung.
Pendamping Desa Grujugan Triyanto menyampaikan, meski hingga kini wisata Kampung Tudung belum dilaunching, namun telah mendapat kunjungan. Bukan hanya oleh perorangan kunjungan justru dilaksanakan oleh instansi pendidikan yakni SD Negeri 1 Kutosari Kebumen. “Adanya kunjungan diharapkan menjadi awal yang baik untuk perkembangan Kampung Tudung,” tuturnya.
Triyanto menyampaikan kerajinan anyaman sangat banyak variannya dan menfaatnya. Bahkan pada zaman dulu banyak perabotan rumah tangga yang dibuat menggunakan ayaman. Hal itu dapat dilihat dari tudung, tempat nasi, alat mengukus makanan hingga tampah dan cepon untuk membawa barang-barang. Seiring berjalannya waktu, barang-barang tersebut kemudian digantikan oleh besi, almunium, plastik dan bahan lainnya.
“Maka Kampung Tudung perlu untuk terus dikembangkan sebagai warisan budaya. Selain berwisata di kampung ini pengunjung juga dapat banyak belajar,” paparnya.
Semetara itu Ketua Pokdarwis Bambu Aji Desa Grujugan Petanahan Waris menyampaikan adanya Kampung Tudung diharapkan dapat menjadi wahana untuk menigkatkan pembangunan di Desa Grujugan. Baik itu pembangunan fisik maupun non fisik. Tudung merupakan barang yang umumnya menjadi kebutuhan pokok bagi petani sebagai penutup kepala. “Kita mencoba mengangkat desa dari potensi yang ada,” jelasnya.
Waris berharap adanya Kampung Tudung juga dapat meningkat perekonomian masyarakat. Adanya peningkatan perekonomian akan berujung pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat. “Mudah-mudahan dari hal yang kecil dapat meningkat dan berdampak luas bagi kesejahteraan masyarakat,” ucapnya. (mam)
