• Berita Terkini

    Senin, 26 Maret 2018

    Ribuan Warga Ikuti Kirab Ruwat Bumi di Magelang

    foto : wiwid arif/magelang ekspres
    MAGELANG TENGAH – Ribuan umat Tridharma yang terdiri dari Konghucu, Buddha, dan Tao dari 57 kota/kabupaten di Pulau Jawa dan Bali mengikuti kirab akbar yang diselenggarakan Tempat Ibadah Tri Dharma (TTID) Kelenteng Liong Hok Bio, Kota Magelang, Minggu (25/3/2018). Mereka mengikuti kirab ”Ritual & Budaya Ruwat Bumi Magelang 2018” yang sekaligus rangkaian Taoist Day dan Hari Lahir Nabi Lao Tse.

    ”Ruwat bumi ini kita laksanakan dengan kirab mengelilingi Kota Magelang. Tujuannya meminta kepada dewa bumi supaya manusia sejahtera. Tidak hanya umat Tridharma saja, namun seluruh umat manusia,” kata Pembina TITD Liong Hok Bio Kota Magelang, David Herman Jaya, di sela karnaval.

    David menambahkan, kegiatan sudah diawali dengan ritual pagi tadi pukul 07.00 WIB. Dilanjutkan dengan peresmian Kelenteng Liong Hok Bio yang baru saja dipugar dan telah berusia 154 tahun, oleh Sekjen Kementerian Agama Nur Syam.

    Selain ribuan orang dari kota dan kabupaten se-Indonesia, kirab itu juga diikuti oleh 9 kelompok kesenian tradisional. Kirab diawali dari halaman Kelenteng TITD Liong Hok Bio menuju Masjid Agung, Gereja St Ignatius, PDAM, CPM, Jalan Pemuda, Jalan Tentara Pelajar dan kembali ke kelenteng.

    Sebelum kirab, peserta dari kelenteng satu per satu memberi penghormatan kepada dewa yang ada di TITD Liong Hok Bio sambil membawa dewa/dewi mereka. Mereka memberi hormat dengan berputar satu kali dan mengibaskan bendera.

    Selanjutnya mereka mengkirab para dewa dengan disaksikan ribuan penonton yang berjubel di pinggiran jalan. Warga pun antusias menyaksikan ritual dan budaya ruwat bumi ini, mengingat hal ini merupakan momen langka yang baru kali kedua diadakan di Kota Magelang.

    David menambahkan, selain memperingati hari kelahiran Nabi Lao Tse, juga sekaligus menjadi sejarah baru bagi kelenteng terbesar di Kota Magelang. Kelenteng itu baru saja direnovasi, setelah empat tahun lalu ludes terbakar.

    Meski bangunan Kelenteng Liong Hok Bio tersebut dipugar total, namun dalam pembangunannya diyakini tidak sampai menghilangkan bentuk aslinya. Ornamen-ornamen pun masih seperti yang dulu.

    ”Bangunan kelenteng lebih megah dan kokoh. Tidak hanya itu, karena kelenteng yang baru juga memperindag Kota Magelang,” imbuhnya.

    Dia mengatakan jika kirab budaya dan ruwat bumi ini memiliki satu tujuan, yakni sejahtera untuk semua manusia. Kirab ini juga menunjukkan keharmonisan yang sangat kental, mengingat berbagai macam etnis, budaya, agama, dan bahasa ada semua di kesempatan ini.

    Sementara itu, Sekjen Kemenag, Nur Syam mengapresiasi adanya kirab budaya dan ruwat bumi ini. Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan pesta budaya, karena berbagai suku hadir untuk bersama-sama ikut kirab.

    ”Kami harap hal ini tetap dipertahankan, bahkan bisa dikembangkan menjadi wisata,” ungkapnya. (wid)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top