• Berita Terkini

    Kamis, 26 Oktober 2017

    Bau Busuk Limbah Pabrik Bikin Puluhan warga Sukoharjo Mengungsi

    RYANTONO P.S./RADAR SUKOHARJO
    SUKOHARJO – Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Itu dialami warga Dukuh Tawang Krajan RT 1 dan 2 RW 8, Desa Gupit, Kecamatan Nguter. Sudah sepekan ini mereka diteror bau busuk yang diduga berasal dari limbah PT RUM.

    Dampaknya, warga, terutama anak-anak mengalami sesak napas, mual dan muntah. Khawatir dengan kondisi kesehatannya, mereka memutuskan mengungsi ke rumah tetangga dan kerabat di beda dukuh.

    Salah seorang pengungsi Atik, 35, warga Dukuh Tawang Krajan, Desa Gupit mengatakan, bau tak sedap seperti septictank dan telur busuk itu mulai mengganggu Kamis malam (19/10). Namun, puncaknya pada dua hari terakhir.

    Takut terjadi hal tak diinginkan, warga memutuskan mengungsi ke rumah tetangga dan kerabat berbeda dukuh.  ”Saya ngungsi di rumahnya Pak Lasiyono di Dukuh/Desa Gupit. Ada 30 orang ngungsi di sini sejak Selasa malam (24/10, Red),” ujarnya kemarin (25/10).

    Sebelum memutuskan mengungsi, warga berusaha meminimalkan teror bau busuk dengan menggunakan masker. Tapi, usaha itu sia-sia. Aroma tak sedap tetap tercium. Fenomena tersebut, lanjut Atik, baru kali pertama terjadi di dukuhnya.

    Di rumah Lasiyono yang dijadikan tempat pengungsian, anak-anak dan perempuan tidur di kamar. Sedangkan para laki-laki dewasa di ruang tengah. Siang kemarin, sebagian dari mereka pulang ke rumah untuk memeriksa hewan ternaknya.

    Kiki, warga yang ikut mengungsi mengkhawatirkan kondisi anak dan bayinya berusia tujuh bulan. Sebab selama diganggu bau busuk, mereka menjadi rewel, tidak betah di rumah.

    Dampak cukup parah dirasakan Paidi warga Tawang Krajan. Anaknya mengalami muntah-muntah karena tak kuat terpapar bau busuk. “Kami meminta ada tindak lanjut (dari Pemkab Sukoharjo dan manajemen pabrik, Red),” tandasnya.

    Gangguan bau busuk tersebut juga dikeluhkan warga Dusun Ngerapak, Desa Gupit. Dampaknya, mereka sulit tidur. ”Kami tidak nyaman sama baunya. Kalau ada pabrik, kami tidak masalah. Itu baunya limbah kayak septictank tolong dihilangkan,” pintanya.

    Keluhan warga tersebut langsung direspons manajemen pabrik pengolahan benang tersebut. General Manager (GM) Human Resources Development (HRD) PT RUM Hariyo Ngadiyono menyatakan telah melakukan evaluasi internal.

    ”Saat ini ternyata memang mesin (pengolahan limbah, Red) belum sempurna, Masih ada trouble. Setelah ada keluhan dan kita evaluasi, kita menghentikan proses uji coba mesin ini dulu. Mudah – mudahan kalau mesin normal tidak ada bau lagi,” bebernya di hadapan petugas dinas lingkungan hidup (DLH).

    Hariyo memastikan segera melakukan penyempurnaan pengolahan limbah hingga bau tak sedap hilang. PT RUM, imbuh dia, sudah memiliki sistem instalasi pengolahan air limbah (Ipal). ”Kita akan fasilitasi warga. Semoga bisa kita tangani dan sosialisasikan,” kata dia. (yan/wa)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top