• Berita Terkini

    Rabu, 30 Agustus 2017

    Sapi Bertimbal Turunkan IQ Anak

    DAMIANUS BRAM/RADAR SOLO
    SOLO – Sekilas, sekitar 700 sapi yang dilepas untuk mencari makan di tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) Putri Cempo terlihat sehat. Tapi, hasil penelitian dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS DR Pranoto bisa mengubah pandangan tersebut hingga 360 derajat.

    Setiap tahun, dosen di FMIPA UNS itu mengadakan penelitian mengenai kualitas daging sapi yang biasa mencari makan di TPSA Putri Cempo selama enam tahun berturut-turut.
    Hasilnya, di dalam daging sapi tersebut mengandung timbal (Pb) tinggi. Di atas ambang batas normal yang ditentukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bahkan setiap tahunnya mengalami peningkatan kadar timbal.

    “Ambang batas kandungan Pb yang ditentukan BPOM adalah 1 ppm (part per million). Sedangkan dari penelitian kami menunjukkan hasil 13 ppm hingga 17 ppm untuk sapi yang mengoonsumsi sampah lama. Sedangkan untuk sampah baru sekitar 1,46 ppm-1,7 ppm,” terang Pranoto di kampusnya, Selasa (29/8).

    Penelitian yang dilakukan pada Januari 2017 itu jauh meningkat dari penelitian serupa yang dilakukan pada 2016. Setahun lalu, untuk sampel daging sapi yang memakan sampah lama mengandung timbal 15 ppm, sedangkan untuk sampah baru 1,4 ppm. Hanya saja metode yang digunakan sedikit berbeda.

    “Kalau tahun lalu menggunakan metode AAS (Atomic Absorbtion Spectophotometry) sedangkan tahun ini menggunakan UV-VIS (Ultra Violet Visible Spectophotometry),” terangnya.

    Dia menjabarkan secara sederhana, timbal merupakan logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan. Lazimnya, timbal berada dalam kandungan endapan sulfit yang dicampur mineral-mineral lain terutama seng dan tembaga.

    Tak hanya daging, Pranoto juga melakukan penelitian dengan mengambil sampel urine sapi. Hasilnya tak jauh berbeda, yakni melebihi ambang batas. Dengan hasil penelitian demikian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sapi di Putri Cempo tidak layak konsumsi karena mengandung timbal di atas ambang batas dan dapat membahayakan kesehatan.
    Jika dibandingkan sapi ternak, kandungan timbalnya hanya 0,05 ppm, sangat jauh dari ambang batas. “Bila dikonsumsi maka akan berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan (IQ) pada anak-anak hingga menimbulkan pembengkakan hati dan kemungkinan merusak organ tubuh lainnya,” beber dia.

    Lalu, apakah sapi Putri Cempo tidak bisa dikonsumsi? Pranoto mengatakan masih bisa. Dengan syarat harus dilakukan sterilisasi makanan sapi setidaknya tiga bulan. Sapi tersebut harus dikandang dan diberikan makan rumput selama tiga bulan agar pencernan kembali normal.

    “Karena ada kasus ekstrem dan saya pernah menjumpai, sapi di sana disembelih, ditemukan plastik di perutnya,” ungkap Pranoto.

    Sementara itu, mendekati Hari Raya Idul Adha, dinas pertanian ketahanan pangan dan perikanan (dispertan) menggencarkan pemeriksaan hewan kurban guna memastikan layak konsumsi. Termasuk memperketat pantauan sapi-sapi di TPSA Putri Cempo.

    Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispertan) Surakarta Weni Ekayanti menegaskan, pemantauan itu agar sapi di TPSA Putri Cempot tidak dijual sembarangan untuk hewan kurban.

    Masyarakat juga diminta menanyakan surat keterangan kesehatan hewan kepada pedagang sebelum melakukan transaksi. Sapi dari TPSA Putri Cempo juga dapat dikenali dari kotorannya berwarna lebih hitam dibandingkan sapi pada umumnya.

    “Jika ditemukan daging tidak layak, pihaknya akan menyarankan panitia (kurban, Red) tidak mengedarkan daging tersebut. Tim pemantau hewan kurban akan terus berkeliling ke tempat penyembelihan,” beber dia.

    Selain itu, tim tersebut juga mengintensifkan pemeriksaan fisik hewan kurban, kandang, dan sebagainya. "Segala persyaratan baik itu syar'i maupun teknis harus terpenuhi secara keseluruhan agar hewan  kurban bisa maksimal untuk Idul Adha," tegas Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmavet Dispertan Kota Surakarta Evi Wulandari.
    Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo mengatakan, masyarakat sudah jauh lebih jeli ketika memilih hewan kurban.
    "Saya pikir pengawasan dari dinas terkait sudah cukup baik. Dirinya yakin saat ini memang tidak ada sapi cempo (TPSA Putri Cempo,Red) beredar di pasaran untuk Idul Adha,” ungkapnya.
    Salah seorang penjaga tempat penjualan hewan kurban Muhson menuturkan, pihaknya bisa menjual ratusan ekor hewan kurban baik sapi maupun kambing. Dia memastikan hewan kurban tersebut layak konsumsi.
    "Tahun ini ada kenaikan harga. Untuk sapi naik sekitar Rp 1 Juta per ekor, kambing Rp 100 ribu per ekor,” jelasnya. (irw/ves/wa)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top