 |
| SYAMSUL FALAK/RATEG |
Perwakilan mahasiswa dan mahasiswi Akper Pemkot, Nur Haifa Lina mengungkapkan, dipilihnya aksi mogok belajar (kuliah-red) merupakan bentuk keprihatinan semua mahasiswa dan mahasiswi karena belum jelasnya kelanjutan proses merger ke Kemenkes. Menurutnya, jika dipaksakan untuk mengikuti proses Kegiatan Belajar Mengajar hasilnya juga tidak akan maksimal mengingat kebijakan Pemkot Tegal dinilai belum konsisten terkait desakan merger yang hanya tinggal menunggu tanda tangan dari wali kota.
"Aksi mogok belajar, kami lakukan hingga ada jaminan dari wali kota untuk menyetujui permohonan merger," jelasnya.
Hal senada, juga disampaikan mahasiwa Akper Pemkot lainnya Arif untuk mendesak direalisasikannya proses merger seperti yang disampaikan DPRD dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Senin (6/3) lalu. Tak hanya itu, melalui aksi mogok belajar semua mahasiswa dan mahasiswi juga mendesak dikembalikannya mobil inventaris Akper Pemkot yang hingga kini masih dipakai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Wiharto.
"Mobil BR-V, itu bukan fasilitas mobil dinas Plt Direktur sehingga kami minta segera dikembalikan," terangnya.
Lebih lanjut Arif menambahkan, rencananya aksi mogok belajar akan dilakukan dengan kegiatan beruntun hingga Pemkot Tegal memenuhi tuntutan merger ke Kemenkes sebagai peluang mengembangkan Akper Pemkot menjadi Perguruan Tinggi Negeri yang bisa menjadi icon Kota Tegal. Bahkan, puncak aksi mogok belajar juga disesuaikan dengan jawaban wali kota dalam RDP jilid 2 pada Senin (20/3) mendatang. (syf)
