• Berita Terkini

    Selasa, 28 Maret 2017

    Bupati Pati Promosikan Sego Gandul dan Batik Bakaran

    ABDUL ROCHIM/RADAR KUDUS
    PATI – Kuliner dan cenderamata menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dari dunia kepariwisataan. Secara khusus, Pemkab Pati memperomosikan kuliner khas dalam rangkaian pameran wisata di pendapa kabupaten pada Sabtu (27/3) malam lalu.

    Promosi kuliner itu dikemas dalam gala dinner bertajuk Malam Silaturahim. Para tamu undangan dari berbagai daerah dan pusat disuguhi aneka ragam kuliner khas Kota Bumi Mina Tani.

    Para tamu jadi mengenal kuliner Pati tak hanya nasi gandul. Namun sajian nasi soto kemiri, kepala manyung, nasi tewel, tempe pedas yang khas Pati juga menjadi santapan para tamu pada malam tersebut.

    Tak hanya kuliner khas, olahan makanan kaki lima di tempat-tempat wisata maupun keramaian juga dihadirkan. Di antaranya, bakso sapi, gado-gado, ayam bakar dan masih banyak lainnya.

    Berbagai minuman khas Pati juga melengkapi khasanah kekayaan kuliner Pati. Di antaranya, Kopi Jolong (Gembong), olahan daun kelor yang jarang dijumpai di daerah lain hingga kunir asem. Minuman kaki lima yang dihadirkan di antaranya, es dawet, aneka jus, es kopyor, es rumput laut dan lainnya.
    Bupati Pati Hariyanto yang mengenakan batik tulis Pesantenan warna merah terlihat menikmati nasi gandul dan es dawet didampingi pejabat dan pengurus Association Indonesia Tour and Travel Agencies (Asita).

    Dalam pidatonya usai gala dinner, orang nomor satu di Pati ini menjadi juru promosi kuliner Pati tamu yang datang tak hanya dari Jateng dan pusat. Tapi juga perwakilan dari pelaku wisata Bali, Solo, Lombok, dan lainnya.

    ”Mungkin nasi gandul juga dijumpai di Jakarta atau di Semarang. Kalau ditanya rasanya, saya bilang enak. Tapi kalau ditanya enak mana. Jauh. Enak bikinan tangan orang Pati,” ujar Haryanto yang disambut renyah tawa dan tepuk tangan audiens.

    Hariyanto juga sempat mendengar komentar makanan Pati enak-enak. Dia mengharapkan itu tak hanya lips service semata. ”Yang jelas saya sendiri merasakan makanan khas Pati memang enak. Apalagi Anda yang jarang makan, wong saya yang sering makan nasi gandul dan soto kemiri saja tidak pernah bosan, karena saking enaknya,” imbuhnya.

    Belum lagi sego (nasi) tewel. Yang asli Pati disajikan di atas daun jati membuat aroma tersendiri. ”Ngangeni,” katanya. Hariyanto juga tidak lupa menceritakan batik tulis Pesantenan yang dikenakannya malam itu.

    Dia bercerita, batik itu sengaja dibikin dengan warna merah karena kegunaan awalnya untuk menghadiri agenda-agenda bersifat politis. ”Batik ini saya desain sendiri. Selanjutnya saya serahkan pada perajin. Hasilnya seperti ini. Desain ini yang punya saya saja. Walaupun ada banyak yang menginginkan untuk digandakan. Tapi saya bilang nanti saja,” katanya.

    Dia menyatakan, para pegawai diwajibkan memakai batik Bakaran dan batik tulis pada hari-hari tertentu. Tujuannya, membantu para perajin agar terus survive. ”Sekarang banyak yang memilih fokus buat batik (sebelumnya nyambi jualan ikan) karena kewalahan. Batik Bakaran Pati sudah menjamah pasar internasional,” katanya.

    Ia berharap, acara Pati Tourism Expo itu tidak hanya seremonial. Lebih jauh lagi dapat mengangkat pariwisata setempat. Acara tersebut dihadiri Association Indonesia Tour and Travel Agencies (Asita) pusat dan Jateng, Forkopinda se-Jateng, Komisi B DPRD Jateng serta para pelaku wisata dari Bali, Lombok, Solo, dan lainnya. (him/lil)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top