• Berita Terkini

    Sabtu, 01 April 2017

    28 BRT Trans Semarang Koridor V dan VI Diluncurkan

    ADITYO DWI/JAWA POS RADAR SEMARANG
    SEMARANG - Meski sempat mendapat penolakan dari paguyuban sopir angkutan kota (angkot) dan Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Kota Semarang, Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang Koridor V (Meteseh-PRPP) sebanyak 14 armada dan VI (Undip-UNNES) 14 armada, akhirnya tetap diluncurkan di halaman gedung Widya Puraya Kampus Undip Tembalang, Jumat (31/3) kemarin.

    Dalam peluncuran ini, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Semarang sekaligus melakukan sosialisasi Kartu Semarang Hebat yang menggandeng Bank BNI dan Bank BRI. Kartu ini digunakan sebagai transaksi pembayaran penumpang BRT secara elektronik.

    ”Setelah diluncurkan, BRT Koridor V dan VI ini kami gratiskan selama 3 hari, mulai 31 Maret-2 April,” kata Plt Kepala Dinas Perhubungan Kota Semarang, Tri Wibowo, kemarin.

    Atas diluncurkannya BRT Koridor V sebanyak 14 kendaraan dan VI sebanyak 14 kendaraan, dia berharap akan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Terutama masyarakat di sekitar Meteseh dan para mahasiswa. ”Ini sekaligus menjawab permintaan para mahasiswa untuk melakukan aktivitas dari kampus ke kampus. Mari galakkan ayo naik BRT, tinggalkan kendaraan pribadi,” katanya.

    Selain memberikan kenyamanan dan keamanan, tarif BRT juga sangat murah. Hanya diperlukan merogoh kocek Rp 3.500 untuk umum, dan Rp 1.000 untuk pelajar/mahasiswa. ”Tapi ini tidak berlaku bagi para dosen. Dosen tetap Rp 3.500. Dengan tarif Rp 1.000. Sehingga para mahasiswa bisa menikmati BRT yang aman, nyaman, dan murah. Untuk mahasiswa, nanti menggunakan kartu mahasiswa,” katanya.

    Kendati demikian, lanjutnya, shelter BRT yang disediakan saat ini baru 2/3 dari kebutuhan. Hal ini masih akan terus dilakukan evaluasi melihat potensi penumpang. ”Jalur ini adalah jalur baru. Sehingga masih memerlukan penyesuaian. Untuk pembayaran BRT, masyarakat saat ini sudah bisa menggunakan kartu Semarang Hebat yang diterbitkan oleh BNI dan BRI,” katanya.

    Tri menjelaskan, pada 2009, Kota Semarang baru memiliki 1 koridor dengan 20 kendaraan. Sekarang, di 2017 telah memiliki sebanyak 6 koridor dengan jumlah 110 armada BRT. ”Jadi, 5 kali lipat dibanding 2009. Awalnya kami belajar dari Kota Jogja, Pekanbaru, dan Bandung. Tetapi sekarang, mereka belajar di Semarang,” katanya.
    Menurutnya, perkembangan tersebut menunjukkan bahwa angkutan masal BRT telah diterima dan dibutuhkan masyarakat Kota Semarang. Sehingga hal ini menjadi komitmen Pemkot Semarang di dalam mengembangkan moda transportasi masal. ”BRT mengedepankan pelayanan sistem buy the service kepada masyarakat. Jadi bukan semata-mata profit oriented,” katanya.

    Progres angkutan kota di Kota Semarang, kata dia, mendapatkan penilaian dari Kementerian Perhubungan RI, dinyatakan baik. Sehingga pada 2016, pihaknya mendapat bantuan hibah sebanyak 50 kendaraan BRT. ”Saat ini, jumlah penumpang yang menggunakan penumpang kurang lebih 21.730 penumpang per hari. Diprediksi atas penambahan koridor V dan VI menjadi 23.740 penumpang per hari. Sehingga mengalami peningkatan 21,13 persen dari tahun 2016. Ini menunjukkan bahwa BRT mampu menggeser penggunaan kendaraan pribadi beralih menggunakan BRT,” bebernya.

    Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang Supriyadi meminta agar dua jalur baru yakni Koridor V dan VI, PRPP Meteseh dan Undip UNNES ini bisa memenuhi pelayanan. ”Tadi kami juga sudah koordinasi dengan operator, terkait pelibatan sopir angkot yang kemarin protes. Waktunya perlu diatur agar tidak mengganggu angkutan yang sebelumnya ada,” katanya.

    Dia juga meminta agar pemenang lelang Koridor V dan VI ini melibatkan para pelaku transportasi yang sebelumnya beroperasi di jalur tersebut. Dia mengakui, sebelumnya para sopir angkot dan Organda memprotes adanya jalur ini. ”Jika tidak diakomodasi, tentu rawan masalah,” katanya.
    Komisaris PT Minas Makmur Jaya, selaku operator pemenang lelang BRT Koridor V dan VI, Tutuk Kurniawan mengatakan bahwa pihaknya telah melibatkan pihak-pihak yang selama ini merasa dirugikan. ”Sesuai pesan Pak Wali Kota, orang-orang yang merasa pekerjaannya berkurang atas adanya BRT ini disuruh bergabung. Kami sudah melibatkan kurang lebih 40 orang yang terkena dampak adanya BRT ini,” katanya.

    Dia mengaku telah memiliki pengalaman cukup lama di bidang transportasi di Kota Semarang. ”Kami bekerja di bidang transportasi sudah 30 tahun sejak tahun 1990. Saat itu, PO Nasima, naik siang malam. Ganti nama menjadi Minas (Milik Nasima) juga narik siang malam. Jadi pengalaman kami sejak 1990 sampai sekarang ini, moga-moga nggak ada masalah,” katanya.

    Tutuk juga mengakui, sejauh ini, grup perusahaan PT Minas Makmur Jaya terlibat menjadi operator baik di Koridor I, II, III, IV, V, dan VI. ”Dari semua koridor, paling berat adalah Koridor II, karena jarak dan medannya horor. Naiknya tinggi. Penumpangnya 70. Jadi ring seker mudah kena, kami ganti, kena lagi, kami ganti kena lagi. Sehingga masyarakat harus maklum bahwa rute koridor ini berat,” katanya.

    Rute horor berikutnya adalah Koridor VI. Sebab, mulai jembatan besi sampai kampus UNNES, kondisi jalannya menanjak dalam jarak sangat jauh. ”Saya dulu 1993-1996, bus sebanyak 15 armada hancur semua di jalur itu. Saat itu, non AC lho. Apalagi ini pakai AC. Masyarakat kan nggak mau tahu, pokoknya naik harus AC. Jadi ini yang masih menjadi kendala,” katanya.

    Untuk mengantisipasi masalah tersebut, Tutuk mengatakan telah menyiapkan reserve bus. ”Ada 14 armada yang dioperasikan, reserve-nya 6. Jadi, kalau 1 armada rusak, langsung ganti armada baru. Maka lelang Koridor VI ini lebih tinggi karena rutenya horor. Kalau yang paling enteng itu koridor 1 dan 5. Kami menang karena berani paling murah, paling profesional, clean and clear,” klaim dia. (amu/ida/ce1)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top