• Berita Terkini

    Senin, 13 Februari 2017

    Kaum Ibu di Kecamatan Grabag Uri-uri Gejog Lesung

    PURWOREJO- Musik tradisional Gejog Lesung semakin tergeser oleh music-musik modern. Keberadaannya kini terancam punah. Namun, di wilayah pesisir selatan Kabupaten Purworejo, tepatnya di Desa Patutrejo Kecamatan Grabag, musik yang kental budaya leluhur tersebut masih eksis. Gejog Lesung mampu berperan menjadi media penghibur kaum lansia.

    Perpaduan antara Alu dan Lesung yang dimainkan menciptakan irama harmoni sarat kedamaian. Raut kegembiraan terpancar dari para pemainnya. Semangat  terlihat saat ibu-ibu Lansia kompak bernyanyi dan menampilkan gerak-gerak rancak mengikuti irama musik.

    Sri Awalni, Kades Patutrejo yang menjadi pendamping kelompok Gejog Lesung Ibu-ibu Lansia di desa setempat, pada zaman dahulu Gejog Lesung sering dimainkan saat terang bulan purnama. Gejog Lesung dimainkan sebagai wujud syukur atas melimpahnya hasil panen. Para petani berterima kasih kepada Dewi Sri sebagai dewi padi. Namun, kini Gejog Lesung hanya dimainkan jika ada upacara-upacara tertentu atau menyambut tamu.

    "Dulu kalau mau mantu atau menikahkan anak untuk yang pertama kali, warga memainkan Gejog Lesung, tapi sekarang sudah jarang yang seperti itu. Hanya
    beberapa orang saja,” katanya.

    Sesekali, Gejog Lesung juga dilombakan untuk menyambut perayaan tertentu, seperti HUT Kemerdekaan Indonesia. Kelompok Gejug Lesung Lansia Sejahtera di Desa Patutrejo menjadi langganan juara.  "Agustusan kemarin kita juara 2, sebelumnya juara 1 tingkat Kecamatan Grabag. Kita juga rutin mengikuti karnaval," jelasnya.

    Gejug Lesung memang masih eksis di desa tersebut. Sayangnya, hanya kaum Lansia yang aktif memainkannya. "Musik ini menjadi media penghibur kaum Lansia agar tidak jenuh. Untuk anak-anak muda belum banyak yang aktif, hanya sedikit itu pun baru tahap belajar," ungkap Parinten (67), salah satu anggota yang bertugas menyanyi sambil menari dalam setiap penampilan Gejug Lesung.

    Jenis music Gejug Lesung terbagi atas beberapa iringan lagu. Beberapa diantaranya gojek solawatan, gojek jiduran, gojek kutut manggung, gojek tek dung, dan gojek jaran kepangan. Memainkannya tidaklah sulit jika dilandasi dengan rasa suka. Kekompakan menjadi kunci utamanya.

    Untuk menciptakan sebuah irama yang elok dibutuhkan sedikitnya 5 pemain alu dengan jumlah penyanyi dan penari  2 hingga 3 orang."Bunyi yang tercipta dari ketukan alu bermacam-macam, ada gendung, kotek, sopit, trinting, dan tek dung.  Satu regu inti biasanya terdiri atas 7 orang," jelasnya.

    Upaya melestarikan Gejug Lesung sebagai warisan nenek moyang terus dilakukan oleh puluhan anggota Lansia Sejahtera dengan rutin melakukan latihan. Namun, upaya mereka masih kerap terganjal dengan minimnya prasarana. Kini hanya tersisa 1 alat yang dipakai secara bergantian.

    "Sekarang hanya tinggal satu Lesung, ini buatan nenek moyang ratusan tahun lalu. Rencananya kita akan membuat lagi biar musik ini tidak punah dan banyak generasi muda yang tertarik dan mau melestarikannya," ucapnya. (ndi)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top