• Berita Terkini

    Minggu, 22 Januari 2017

    2017 dari Sisi Supranatural: Jadi Tahun Politik dan Bencana Mengancam

    Sisi Lain Berita, Boleh Percaya Boleh Tidak
    TAHUN 2017 dari sisi supranatural dipandang menjadi tahun politik. Dari sisi ekonomi pun bakal sulit dan penegakkan hukum akan berjalan tanpa ampun. Demikian disampaikan Pelaku Supranatural asal Gombong, Raden Tejo Pamungkas.

    Ki Tejo Pamungkas mengatakan, tahun 2017 akan menjadi "tahun politik" mengacu akan berlangsungnya sejumlah Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) di sejumlah wilayah Indonesia. "Tahun 2017 bila dihitung ketemunya angka satu (sri). Itu menjadi tahun politik," katanya.

    Tahun politik, ujarnya, juga akan berpengaruh terhadap situasi perekonomian. Baik secara makro maupun mikro dunia ekonomi akan lesu, investasi lesu dan masyarakat akan kesulitan mencari sandang pangan (rejeki).  "Di tahun ini OJK (Otoritas Jasa Keuangan), PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) akan menerapkan pajak secara ganas, sehingga para pengusaha akan 'mumet'," katanya.

    Hal tersebut juga akan berlaku di Kebumen. Lantaran ekonomi sulit, sebagian warga Kebumen akan memilih merantau ke luar kota atau bahkan luar provinsi untuk berburu kebutuhan perut. Sulitnya perekonomian, juga membuat sikap individualis meningkat, toleransi berkurang. Dampaknya, angka kriminalitas meningkat. Di tahun ini pula, menurut Ki Tejo Pamungkas, akan ada teroris yang ditangkap di Kebumen.  "Pembunuhan akan meningkat. Ini menjadi pekerjaan berat bagi Polres Kebumen," ujarnya.

    Kemudian yang patut diwaspadai, adanya peningkatan angka kecelakaan lalu lintas akibat jalan-jalan (infrastruktur) yang rusak. Ini terjadi lantaran para elit politik tengah sibuk menghadapi persoalannya sendiri dan melupakan program-program masyarakat. " Proyek-proyek pemerintah amburadul. Angka kecelakaan meningkat, karena proyek perbaikan dan pemeliharaan jalan amburadul. Ini juga akan berdampak buruk pada lingkungan," ujarnya.

    Adanya ancaman bencana baik longsor, banjir, maupun wabah penyakit juga menjadi catatan penting di tahun ini. Menurut Ki Tejo, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) serta HIV/Aids akan mengalami peningkatan signifikan tahun ini.

    Tejo Pamungkas juga meramalkan Bupati Kebumen, HM Yahya Fuad serta para elite DPRD. Menurut Ki Tejo, Bupati yang kelahiran (weton) Sabtu Pahing itu dalam hitungan jawa memiliki nilai 9. "Hitungan weton Bupati itu sabtu 9 Paing 9 yang bila dijumlahkan 18 dan jatuhnya 9. Ini angka yang angker," ujarnya.

    Namun demikian, Ki Tejo juga mengatakan pelantikan para pejabat yang dilakukan pada Sabtu Kliwon lalu dinilai tak bijaksana. Dalam perhitungan Jawa, Sabtu (9)dan Kliwon (8) ketemu angka 17 atau bila dijumlah 8. Sementara yang dilantik adalah 897 pejabat. "Delapan itu angka tanpa putus. Ini jatuhnya "wirang" dan akan selalu dirundung masalah. Para pejabatnya saling suudzon (saling curiga), gegeran wae (gegeran terus) dan cuma cari selamat sendiri," ujarnya.

    Kurang lebih sama juga terjadi di kalangan legislatif atau (dewan). "Tahun ini banyak anggota dewan yang kena PAW (Pergantian Antar Waktu)," katanya.

    Situasi antar lembaga negara juga tidak harmonis. Selain hubungan eksekutif dan legislatif hal sama juga terjadi pada lembaga penegakan hukum. "Kejaksaan, kepolisian tidak akur,"ujarnya.

    Namun di balik itu, tahun 2017 juga menjanjikan hal positif. Seperti dalam dunia usaha, tahun ini diramalkan amat menjanjikan bagi bisnis kuliner, pariwisata termasuk perhotelan. "Ketiga sektor usaha tersebut akan cemerlang tahun ini," katanya.

    Dan terpenting, kata Ki Tejo, warga masyarakat di Kebumen diminta lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Namun demikian, warga juga diminta tidak melupakan akar budaya yang selama ini menjadi elemen penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.


    "Setiap pribadi seharusnya tafakur dan jujur. Juga sayang dengan luhur. Jangan lupa dengan leluhur. Senengane nang gon Syekh utawa Wali, tapi kuburan mbahe lanang wadon ora tau diambah..." wejangnya.

    "Kelahiran bangsa Indonesia ini tak lepas dari para pendahulu kita yang nguri-uri budaya. Meski berbeda budaya, mereka bersatu padu berikrar bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," pungkas dia.

    Sekedar catatan, wawancara ini dilakukan pada tanggal 30 Desember 2016 lalu. (*)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top