• Berita Terkini

    Jumat, 18 November 2016

    "Mendem Film Saru", Bocah Kelas V SD Cabuli Adik Kelas

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Miris. Kata itulah yang mungkin tepat untuk menggambarkan kejadian di sebuah desa di Kecamatan Buluspesantren ini. Betapa tidak. Seorang anak belasan tahun yang masih duduk di kelas V SD, sebut saja Tole (11), gelap mata dan nekat mencabuli adik kelasnya sendiri, sebut saja Cempluk (10).

    Kejadian tersebut tentu menjadi peringatan keras bagi para orang tua di Kebumen untuk dapat menjaga anak-anak mereka dari pengaruh negatif. Sebab belakangan diketahui, kelakuan Tole itu gara-gara dia kecanduan film porno yang bebas dia akses dari ponsel.

    Penelusuran Kebumen Ekspres,  kejadian tersebut terjadi di rumah Tole, 4 November lalu sekitar pukul 15.00 WIB. Kejadian berawal saat korban tengah berangkat mengaji. Sesampai di depan rumah pelaku, korban dihentikan. Entah apa di benaknya, Tole mengajak Cempluk menonton film dewasa dari ponsel pribadinya.

    Tak sekedar mengajak menonton, Tole lantas mengajak Cempluk menirukan adegan "saru" dalam ponsel. "Awalnya korban gak mau, tetapi karena dipaksa-paksa terus akhirnya ya terjadi," kata salah satu warga yang enggan disebut nama, Kamis (17/11/2016).

    Dia mengatakan, korban yang masih di kelas III dikenal warga sebagai anak yang lemah dalam mengikuti pelajaran atau IQ rendah. Sementara, Tole meski masih kelas V SD, sudah bergaul dengan orang-orang dewasa. "Pelaku memang sudah sering bergaul bebas dengan para pemuda sini. Pelaku juga sulit dinasihati," ujarnya.


    Baca juga:
    (OTT Belum Rampung, Kini Tari Erotis Gegerkan Kebumen)

    Dijumpai terpisah, Kepala Desa Banjurmukadan Lupito (54) mengaku tidak tahu apa yang terjadi dengan Tole dan Cimpluk. Dia malah kaget mendengar berita itu. Apalagi, tak ada laporan masuk ke desa. "Saya malah baru dengar lo, Mas...Soalnya gak ada laporan ke desa," kata Kades yang rumahnya hanya berjarak sekitar 50 meter dari sekolah Tole dan Cempluk.

    Dari penelusuran koran ini lebih jauh, memang peristiwa tersebut tak dilaporkan kepada pihak-pihak terkait, apalagi polisi. Orang tua korban dan pelaku sudah menyelesaikan masalah tersebut secara kekeluargaan. Adapun pelaku sudah dinasihati guru BP sekolah.

    Kapolsek Buluspesantren, AKP Surono pun mengakui tak mendapat laporan kejadian tersebut. Pun demikian,Kepala UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Buluspesantren, Sururudin mengaku baru mendengar informasi tersebut dari wartawan. "Saya malah belum tahu. Gak ada laporan juga. Tapi nanti akan kita tindak lanjuti," ujar Sururudin kemarin.

    Kapolres Kebumen, AKBP Alpen SH SIK MH melalui Kasatreskrim AKP Willy Budiyanto SH MH mengatakan akan menelusuri kejadian di Buluspesantren tersebut. Dia mengatakan, akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti unit penanganan anak Polres dan Komisi Perlindungan Anak (KPA). "Namun bahwa adanya kejadian ini kita sebagai orang tua tetap harus waspada terhadap pergaulan anak-anak kita. Apalagi di tengah makin mudahnya mengakses informasi dan teknologi karena internet. Jangan sampai anak-anak terkena dampak buruknya bukan manfaat dari adanya teknologi," kata Perwira Menengah yang juga ayah dari tiga anak tersebut.

    Sebelumnya, Kasubid Peningkatan Kualitas Hidup Anak pada BPPKB Kabupaten Kebumen Joko Widodo SH mengatakan, kasus kekerasann terhadap perempuan dan anak di Kebumen memang cukup tinggi. Dari data tahun 2015, disebutkan ada 140 kasus. Dari jumlah tersebut mayoritas korban kekerasan adalah anak-anak.


    Baca juga:
    (Miras Beredar Bebas di Tempat Hiburan Malam)


    Sampai saat ini, pihaknya terus mengupayakan agar angka tersebut mengalami penurunan sekaligus mencegah potensi kejadian serupa. Apalagi Kebumen adalah Kabupaten yang sudah empat tahun berturut-turut menyandang status Kabupaten Layak Anak.  "Saat ini sudah terbentuk Komisi Perlindungan Anak (KPA) hingga tingkat desa. Yang sudah terbentuk 254. Keberadaan KPA hingga tingkat desa diharapkan akan mengurangi angka kekerasan terhadap anak dan perempuan. Saat ini (kekerasan) memang masih banyak ditemukan, tapi kalau nantinya akan menyusut drastis," ujarnya. (saefur/cah/mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top