• Berita Terkini

    Rabu, 07 September 2016

    Mengenal Putut Ahmad Su'adi, Penggiat Teater Kebumen

    sudarnoahmad/ekspres
    Kenal Teater karena Kecelakaan, Kini Sabet Banyak Penghargaan 

    Teater bukan hanya sekedar bermain akting, teater itu merupakan puncak kebudayaan dimana manusia menyadari bahwa dialah membentuk kebudayaan. Dan membentuk kebudayaan di dunia itu adalah tugas setiap manusia.
    -----------------------
    SUDARNO AHMAD NASHORI, Kebumen
    ----------------------
    ANTUSIASME masyarakat untuk berkesenian, khususnya seni teater, sebenarnya cukup besar di Kebumen. Hal ini bisa dilihat dari bermunculannya kelompok dan komunitas teater, baik dilingkungan sekolah, perguruan tinggi maupun umum. Wadah bagi para pegiat teater juga sudah ada, yakni Forum Pekerja Seni Teater (FOPSET) Kebumen yang dirintis oleh penggiat teater asal Kebumen di Jogjakarta. Salah satunya Putut Ahmad Su'adi.

    Kabupaten Kebumen yang mengusung slogan Beriman sampai saat ini belum memiliki gedung kesenian atau sejenisnya. Karena itu agar bisa menghadirkan panggung yang bisa memenuhi tuntutan artistik dan efek pencahayaan bagi sebuah pementasan teater, gedung yang dijadikan tempat pertunjukkan dindingnya mesti ditutup dengan kain hitam. Dan lagi-lagi fasilitas seperti ini juga belum semuanya ada di Kebumen. Alhasil setiap kali membuat pementasan teater mesti meminjam peralatan dan perlengkapan panggung sampai ke Purworejo dan bahkan Yogyakarta.

    Kendala ini tak menyurutkan langkah Putut untuk menghadirkan media berekspresi bagi komunitas teater yang ada di Kebumen. Festival Teater Kebumen (FTK) digagasnya bersama Fopset beberapa tahun lalu. Sebagai sarana unjuk kemampuan para pekerja teater Kebumen dan sekitarnya. Respon masyarakat Kebumen cukup bagus terhadap pementasan teater. Hal inilah yang membuatnya semangat mengembangkan teater.

    Pria kelahiran 30 September 1982 ini bergabung di teater sejak 2002 ketika masih dibangku kuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta. Awalnya, dia bergabung sebagai pemusik. Namun karena ditantang temannya untuk mencoba seni keaktoran, dia pun akhirnya memenuhi tantangan temannya tersebut. Uniknya, perkenalannya dengan teater yang awalnya "kecelakaan" itu kini menjadi anugerah.

    "Setelah saya coba ternyata saya menikmatinya. Sejak saat itu, saya jatuh cinta pada teater," ujar lulusan Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Jogjakarta 2008 ini.

    Berbagai prestasi telah diraihnya, mulai dari sukses menampilkan pementasan teater di tiga kota, Kebumen, Purworejo dan Pekalongan hingga mengantarkan teater Sanggar Ilir meraih Juara pertama Lomba Drama Bahasa Jawa Tingkat Jawa tengah. Bahkan, pria asli warga Desa Jatisari Kecamatan Kebumen ini juga didaulat menjadi pengampu teater di Lampung.  "Di teater ini saya  mengenal lebih jauh diri saya dan orang lain. Sebenarnya bukan hanya sekedar berteater, tapi dengan teater saya lebih mengenal lingkungan sekitar," tuturnya.

    Menurutnya, teater merupakan puncak kebudayaan manusia.Bukan hanya sekedar bermain-main, dengan teater berarti sedang melakukan tugas sebagai manusia karena manusia diturunkan kedunia untuk membentuk kebudayaan.  "Bagi saya di teater ini diajarkan kepedulian. Dimana kita harus menyadari diri kita sendiri, kita harus menyadari orang-orang disekitar kita, kita harus menyadari seting yang ada,  pada akhirnya kita akan tahu Tuhan," ungkap pria yang juga pengurus Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kebumen ini.(*)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top