• Berita Terkini

    Rabu, 02 Maret 2016

    Sendratari Bedhayan Sakralkan Jumenengan Tjokronagoro

    andi/ekspres
    PURWOREJO- Pagelaran Sendratari Bedhayan Tjokronegoro yang ditampilkan dalam prosesi Peringatan Jumenengan RAA Tjokronegoro I, menciptakan suasana sakral dan sarat muatan spriritual dalam prosesi penobatan tokoh penting di sebuah kerajaan.

    Sendratari menceritakan peristiwa bersejarah prosesi penobatan atau pelantikan RAA Tjokronegoro I sebagai Bupati Purworejo pertama pada tanggal 27
    Februari 1831 silam. Digarap oleh Darmawan Dadijono MSn, sendratari ini melibatkan sekitar 60 seniman, meliputi  penari, para peraga, pengrawit, penari prajurit, dan kru artistic.

    Adegan diawali dengan masuknya sejumlah prajurit bersenjata tombak, disusul RAA Tjokronegoro I yang diperankan oleh Ngadiman, didampingi oleh istri dan
    pengawalnya.

    Dari arah berlawanan datang rombongan ulama dan pejabat dari Belanda yang diperankan oleh Rudy Hartung, warga negara Belanda. Lalu RAA Tjokronegoro menerima serat kekancingan dari Keraton Surakarta dan diakhiri dengan Tari Bedhayan oleh 7 penari putri.

    Tidak kurang dari 400 tamu undangan hadir malam itu. Bupati Purworejo Agus Bastian SE MM bersama wakilnya Yuli Hastuti SH tampak duduk di bangku paling depan. Sementara kursi lainnya diisi para pejabat Pemkab, seluruh Trah (keturunan.red), serta sejumlah masyarakat umum.

    “Tarian ini menggambarkan ruh kewibawaan, kearifan, ketakwaan, semangat, dan karya RAA Tjokronegoro I untuk Purworejo,” ungkap F Untariningsih SE, koordinator lapangan Tim Jumenengan.

    Menurut Bupati Purworejo, Agus Bastian SE MM, Peringatan Jumenengan merupakan wujud kecintaan, penghormatan, dan  terima kasih kepada RAA Tjokronegoro I yang telah berjuang bagi Kabupaten Purworejo. Hingga kini, masih banyak peninggalannya yang dapat dinikmati dan bermanfaat bagi masyarakat, di antaranya Pendopo, Masjid Agung, Alun-alun Purworejo, dan Sungai Kedung Putri.

    “Kedepan, peringatan seperti ini mungkin dapat dikemas lebih meriah sehingga menjadi daya tarik wisata. Misalny,a sebelum prosesi Jumenengan kita adakan dulu kirab di Alun-alun Purworejo,” ungkap Agus Bastian. (ndi)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top