• Berita Terkini

    Minggu, 20 Maret 2016

    Jelajah Budaya Kenalkan Potensi Lokal

    IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Sebanyak 130 peserta yang merupakan perwakilan dari 18 kabupaten/kota eks Karesidenan Kedu, Surakarta dan Banyumas, mengikuti jelajah budaya yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Tengah.   Kegiatan dilaksanakan di Benteng Van Der Wijck Gombong, Selasa (15/3/2016) malam.

    Pantauan Ekspres, suasana pembukaan pun berlangsung meriah dengan suguhan kesenian yang dibawakan oleh komunitas budaya dari kabupaten berslogan Beriman ini. Dalam kesempatan itu, juga dipaparkan karya tulis tentang potensi lokal dari para peserta yang diambil dari siswa dan guru pendamping. "Selain presentasi, peserta juga  melakukan survei lapangan dengan menjelajah benteng, Roemah Martha Tilaar, dan Adipala Cilacap," kata Kepala Dinas Pariwisata dan kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kebumen Drs Hery Setyanto di sela-sela pembukaan jelajah budaya.


    Kabid Nilai Budaya Seni dan Film Disbudpar Provinsi Jawa Tengah Drs Mulyono MPd menyampaikan, generasi muda saat ini belum tertarik terhadap budaya milik sendiri. Apresiasi terhadap budaya nusantara bahkan datang dari luar negeri.  Ia laantas mencontohkan perhelatan Weekend London yang menyuguhkan budaya lokal Indonesia dengan kemasan klasik dan kontemporer.


    Mulyono melanjutkan, betapa bangsa Inggris dan Eropa itu mengagumi budaya Indonesia. Dan ironisnya, justru masyarakat saat ini malah belum bisa mengambil peran. "Kita ternyata masih melaksanakan peran dan diperankan. Ini artinya masih seperti budak," tandasnya.

    Dijelaskan, keindahan di Bali seperti Pantai Kuta, Sanur, dan Ubud hanyalah sebagian kecil. Dan keindahan tersebut hanya berlaku sekejap. Yang mengagumkan pada wisata Bali justru pada budayanya sehingga wisatawan berduyun-duyun mendatangi Pulau Dewata tersebut.
    Di samping kejujuran, masyarakat Bali juga melakukan ritual dengan khusuk. Pun demikian Yogyakarta. Wisatawan berduyun-duyun ke Yogya bukan karena kondisi alamnya Yogyakarya melainkan lebih karena kearifan lokal dan kesenian yang melekat di masyarakat tersebut masih terasa kental.

    "Mestinya di Jawa Tengah bisa lebih dari itu semua, karena kita punya Candi Borobudur yang merupakan salah satu keajaiban dunia dan Sangiran yang diyakini merupakan asal muasal manusia di Indonesia bahkan dunia serta kawasan pesisiran lainnya. Tapi mengapa kita kalah dari Jogja," terangnya.

    Beruntung Jateng masih memiliki Solo Raya yang penjiwaan budayanya lebih kuat dibandingkan dengan lainnya. Lebih lanjut, Mulyono mengatakan, depan, perekonomian bergantung pada sektor pariwisata dan budaya. Mengingat, menurunnya harga serta menipisnya persediaan minyak dunia serta pesatnya perkembangan industri. "Untuk itu, nilai-nilai budaya seperti asah, asih, dan asuh. Begitu juga gotong royong dan kebersamaan harus ditumbuhkan kembali," katanya.

    Kegiatan yang menggandeng Inti Tour Semarang itu lantas ditindaklanjuti dengan meringkas hasil kunjungan. Selanjutnya presentasi kembali untuk diambil 12 peserta terbaik. Peserta yang terpilih akan diadu kembali dengan 12 peserta lainnya yang telah diseleksi dari daerah lain di Jateng. Antara lain Brebes yang sebelumnya telah melakukan kunjungan di Pati dan Rembang. "Kegiatan tersebut rutinitas setiap tahun untuk mengenalkan budaya lokal kepada generasi muda sekarang," kata Pemandu dari Inti Tour Semarang Juwahir. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top