KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Sebagian besar warga di Kabupaten Kebumen punya tradisi tersendiri usai panen selesai. Seperti halnya yang dilakukan warga Desa Kaligending, Kecamatan Karangsambung ini.
Usai musim panen padi tahun ini, warga setempat menggelar tradisi Barit yang merupakan kependekan kata dari "bubar ngarit" atau selesai menyabit padi, sebuah istilah lain untuk panen padi.
Dalam tradisi barit ini, setiap kepala keluarga membuat tumpeng yang kemudian disantap bersama-sama di areal persawahan.
Kepala Desa Kaligending, Lukman Hakim mengatakan, untuk tahun ini ada sekitar 650 tumpeng yang tersaji pada kegiatan yang digelar pada Sabtu (14/6/2025) tersebut. "Tradisi Barit ini warisan leluhur kami. Selain wujud syukur, juga mempererat kebersamaan warga," ujar Lukman Hakim.
Setelah didoakan, warga kemudian menyantap tumpeng secara bersama-sama. Suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan pun sangat terasa.
Camat Karangsambung, Siti Nuriatun Fauziyah SAg MSi menjelaskan "barit" merupakan ungkapan syukur warga Kaligending atas rejeki yang diberikan Tuhan dalam bentuk panen atau diistilahkan warga setempat dengan bubar ngarit (barit).
Camat Nuriatun Fauziyah pun mengaku bangga dan memberikan apresiasinya kepada komitmen warga yang masih "nguri-uri" budaya luhur yang berusia ratusan tahun tersebut. Tumpeng sendiri, lanjut Nuriatun memiliki filosofi yang luhur.
"Tumpeng yang berarti tumapake sing lempeng (berjalan dengan lurus atau memegang teguh nilai-nilai kebenaran dalam hidup) ini menunjukkan pandangan kepada kita agar setelah selesai diberi rizki kepada Allah kita selalu berdoa agar ke depan bisa lebih sejahtera lebih maju dan bisa lebih tumapake sing lempeng," papar pejabat yang punya sapaan akrab Inung tersebut
Tak hanya itu, Nuriatun Fauziyah mengungkap, budaya lokal seperti Barit Kalikudu merupakan bagian penting dari identitas Karangsambung sebagai kawasan geologi unggulan. Bahkan ini sejalan dengan pengembangan Geopark Kebumen.
"Budaya ini juga ada kaitannya dengan tiga pilar dalam geopark yaitu geoculture (budaya) dimana budaya tumpengan ini adalah berasal dari bumi dari geo kan, dan akan ke bumi kembalinya," kata dia
Nuriatun Fauziyah pun mendorong agar budaya ini dilestarikan. "Memang benar-benar bisa dilestarikan . Kalau bisa dikemas lebih bagus,akan bisa menarik wisatawan yang luar biasa. Karena tumpengannya bener-bener banyak. Itu kemarin baru dua dusun. Belum satu desa," ujarnya. (cah)
Berita Terbaru :
- Wakil Gubernur Jateng Hadiri Peresmian Renovasi Masjid Baitul Khasan
- "Zahir Mania" dan "Anza Mania" Padati Lapangan Jatimulyo
- Kasus Stunting Kebumen Tertinggi di Gemeksekti
- Sejumlah ASN Struktural Emban Tugas Baru di Jabatan Fungsional
- DBD Merebak di Adimulyo, Warga Diminta Waspada
- Awali Tugas, Dandim Kebumen Bertemu Ulama
- HD Sriyanto Buka Suara Terkait Alasan Mundur dari Jabatan Ketum KONI Kebumen