PURWOREJO- Kesenian tradisional kuda kepang atau lebih dikenal dengan jarang kepang telah menggeser kepopuleran Dolalak sebagai kesenian hiburan di Purworejo. Bahkan kini beberapa sekolah ada yang menjadikan jarang kepang sebagai ekstrakurikuler.
SMK Negeri 7 Purworejo adalah salah satu sekolah yang menerapkannya. Memiliki konsentrasi pendidikan di bidang busana, akuntansi dan teknik listrik, mereka memanfaatkan potensi siswa dari tempat tinggal mereka.
SMK Negeri 7 Purworejo adalah salah satu sekolah yang menerapkannya. Memiliki konsentrasi pendidikan di bidang busana, akuntansi dan teknik listrik, mereka memanfaatkan potensi siswa dari tempat tinggal mereka.
"Diantara murid kami, banyak yang mendukung jaran kepang di tempat tinggalnya. Ini menjadi modal dasar kita," kata pengampu kelompok jaran kepang SMKN 7, Yoga Kurniawan, kemarin.
Didukung 6 penari utama dan 10 pengrawit, jaran kepang dari peserta didik ini cukup menarik. Pengeampu bahkan mengkolaborasikan kesenian dolalak dalam tarian yang dimainkan.
"Sengaja kita memadukan gerak keras dari jaran kepang dengan kelembutannya Dolalak sebagai kemasan hiburan yang berbeda. Penggabungan itu menjadi fokus garapan kami. Tujuan kami, kedua bentuk kesenian itu bisa kita lestarikan secara bersama," ucapnya.
Pengalaman tampil di beberapa tempat, semakin meneguhkan SMK Negeri 7 bahwa langkah mereka menunjukkan hasil. Setidaknya melihat antusiasme masyarakat untuk menunggu pementasan hingga berakhir.
Penggarap tari, Nur Wijiyanto mengaku tidak terlalu sulit untuk menyisipkan gerakan Dolalak dalam jaran kepang. Pemahaman yang baik dari siswa akan Dolalak digabungkan dengan kemampuan siswa lain dalam jaran kepang disatukan.
"Intinya kami saling memberi masukan satu sama lain dan tidak ada kerja individu disini. Semua kita akomodir dan mencoba bersama dari gerakan yang disepakati," ujar Nur Wiji.
Kepala SMKN 7 Purworejo, Indriati Agung Rahayu mengaku adanya kelompok kesenian di sekolahnya atas inisatif siswa, pihaknya hanya memfasilitasi. "Kami hanya mendukung saja. Karena kami menilai itu baik dan bermanfaat bagi anak," kata Indriati. (ndi)
Didukung 6 penari utama dan 10 pengrawit, jaran kepang dari peserta didik ini cukup menarik. Pengeampu bahkan mengkolaborasikan kesenian dolalak dalam tarian yang dimainkan.
"Sengaja kita memadukan gerak keras dari jaran kepang dengan kelembutannya Dolalak sebagai kemasan hiburan yang berbeda. Penggabungan itu menjadi fokus garapan kami. Tujuan kami, kedua bentuk kesenian itu bisa kita lestarikan secara bersama," ucapnya.
Pengalaman tampil di beberapa tempat, semakin meneguhkan SMK Negeri 7 bahwa langkah mereka menunjukkan hasil. Setidaknya melihat antusiasme masyarakat untuk menunggu pementasan hingga berakhir.
Penggarap tari, Nur Wijiyanto mengaku tidak terlalu sulit untuk menyisipkan gerakan Dolalak dalam jaran kepang. Pemahaman yang baik dari siswa akan Dolalak digabungkan dengan kemampuan siswa lain dalam jaran kepang disatukan.
"Intinya kami saling memberi masukan satu sama lain dan tidak ada kerja individu disini. Semua kita akomodir dan mencoba bersama dari gerakan yang disepakati," ujar Nur Wiji.
Kepala SMKN 7 Purworejo, Indriati Agung Rahayu mengaku adanya kelompok kesenian di sekolahnya atas inisatif siswa, pihaknya hanya memfasilitasi. "Kami hanya mendukung saja. Karena kami menilai itu baik dan bermanfaat bagi anak," kata Indriati. (ndi)
Berita Terbaru :
- QRIS Satukan Transaksi Digital, UMKM Kebumen Semakin Mudah Jualan
- TMMD Bangun Jalan Rabat Beton di Desa Tugu
- Luncurkan Jersey Baru, Kebumen Angels Optimis Tatap Musim 2025
- Pemkab Kebumen Raih WTP dari BPK-RI Delapan Kali Berturut-Turut
- Presiden Kurban di Kebumen, Sapi 950 Kg Milik Warga Klirong
- Infrastruktur Jadi Fokus Pembangunan Kebumen di Tahun 2025
- Pemkab Kebumen Bakal Buka Kembali Pendaftaran Kios Kapal Mendoan