• Berita Terkini

    Senin, 21 Agustus 2023

    Wisatawan Diajak Melacak Jejak Pendekar Tan Peng Nio di Kebumen


    KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Ada yang berbeda dengan kegiatan Study Trip sesi ke-10  bersama "Historical Study Trips" kali ini. Para peserta diajak menelusuri dari makam ke makam. Mulai dari makam Trah Kolopaking di Desa Kalijirek Kebumen hingga kompleks Bongpay Pejagoan dan Mulat Ningrum di Sokarini, Minggu (13/8/2023).


    Historical Study Trips kali ini dilaksanakan dengan mengusung tema  "Menyingkap Kabut Melacak Jejak Pendekar Tan Peng Nio". Adapun berlaku sebagai pemandu Historical Study Trips yakni Teguh Hindarto. Pihaknya yang konsen dengan sejarah menerangkan banyak hal kepada para peserta.


    Dalam kesempatan tersebut, Teguh Hindarto mengajak para wisatawan  sejarah untuk menelusuri makam ke makam. Ini dimulai dari Makam Trah Kolopaking di Desa Kalijirek, makam Tran Peng Nio di Desa Jatimulyo Alian, makam putra dan Putri RA Tan Pen Nio dengan Kolopaking III yaitu Tan Eng Kiat di Kompleks Bongpay Pejagoan dan Mulat Ningrum di Sokarini.


    Dijelaskannya, beberapa streesing point dari kegiatan tersebut yakni mengajak peserta memahami latar belakang historis kemunculan Tan Peng Nio dalam Historiografi Lokal Kebumen. Kedua, memberikan pemahaman kepada peserta mengenai Struktur Sosial penyangga kota salah satunya etnis Tionghoa selain etnis Eropa dan pribumi Jawa.


    “Kegiatan di awali dengan menjelaskan latar belakang historis keberadaan Pecinan di kawasan sekitar Tugu Lawet. Peserta lantas diajak menyusuri Jalan Sukarno Hatta untuk melihat Jejak arsitektural Pecinan yang masih tersisa. kemudian dilanjutkan menyusuri makam-makam dan mendapatkan penjelasan,” tuturnya.

    Kondisi makam Mulat Ningrum putri Tan Peng Nio di Sokarini Pejagoan nampak rusak dan tidak terawat. Kiranya pemangku kepentingan terkait mengambil bagian dan terlibat dalam memelihara makam kuno yang menjadi bagian dari kehidupan sosial budaya di Kebumen.


    RA Tan Pen Nio merupakan anak dari Jenderal Tan Wan Swee. Jenderal Tan Wan Swee lalu menitipkan putrinya kepada sahabatnya, Lia Beeng Goe yang merupakan  seorang ahli pembuat peti mati dan ahli bela diri.

    Pada tahun 1740, terjadi huru-hara yang terkenal dengan nama Geger Pecinan. Dimana terjadi pembantaian terhadap etnis Tionghoa oleh tentara VOC Belanda Tang Peng Nio mengungsi ke arah Timur, hingga tiba di Kutowinangun dan  bertemu dengan Kiai Honggoyudho yang mahir membuat senjata. 

    Pihaknya kemudian menikah dengan KRT Kolopaking III.  Saat perang berakhir, ia dan suaminya menetap di Kutowinangun. Dari pernikahannya, mereka dikaruniai dua orang anak, yaitu KRT Endang Kertawangsa dan RA Mulat Ningrum. RA Tan Peng Nio dikebumikan di Desa Jatimulyo Alian. Makamnya dibangun dengan gaya makam, berbentuk Bangunan Tionghoa.

    “Dengan mempelajari sejarah kita  bisa mengerti masa kini tidak serta merta ada. Ada peristiwa yang mendahului dan turut membentuk masa kini. Itulah sebabnya saya selalu berkata, masa lalu kunci memahami masa kini,” ucapnya. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top