• Berita Terkini

    Kamis, 02 Juni 2022

    Latih 51.383 Tenaga Kerja, Ganjar: Ini Cara Bumikan Pancasila Dalam Wujud Kinerja

    (kebumenekspres.com) SEMARANG - Peningkatan kapasitas dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk memenuhi kebutuhan industri di Jawa Tengah terus digenjot. Selain link and match antara sekolah menengah kejuruan dengan perusahaan, kedisiplinan dan kerajinan tenaga kerja juga menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

    Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan pengembangan SDM merupakan salah satu cerita membumikan Pancasila dalam bentuk kinerja. Bertepatan dengan peringatan Bulan Bung Karno, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan pelatihan kepada ribuan calon tenaga kerja tekstil dan alas kaki. Pelatihan tersebut digelar di Balai Industri Produk Tekstil dan Alas Kaki, Tambakaji, Kota Semarang.

    "Ini cara berikutnya bagaimana cerita kita membumikan Pancasila tapi kita wujudkan dalam bentuk kinerja. Kita punya balai latihan kerja, kalau kita bicara dari sisi ekonomi, sektor yang kita miliki dalam pengembangan SDM, (pelatihan) ini yang bisa kita lakukan," kata Ganjar usai memberikan arahan dan motivasi pada acara pelatihan SDM industri tekstil dan alas kaki, Kamis (2/6/2022).

    Ganjar menjelaskan, di Jawa Tengah cukup banyak perusahaan tekstil dan alas kaki tetapi suplai tenaga kerja tidak terlalu banyak. Perusahaan juga membutuhkan tenaga kerja yang rajin dan disiplin serta keterampilan menggunakan peralatan tercanggih. Pelatihan di Balai Latihan Kerja serta link and match Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) dengan perusahaan itu menjadi jembatan untuk memenuhi kebutuhan industri.

    Langkah yang dilakukan adalah merekrut lulusan SMA/SMK yang masih menganggur untuk dilatih kerja selama 20 hari. Selain itu juga dilakukan matching proces dengan mencarikan perusahaan untuk memasukkan peserta pelatihan bekerja di sana. 

    "Jadi anak-anak ini akan bekerja, otomatis akan bekerja. Tapi ada ekspektasi yang diharapkan dari industri. Satu, mereka musti rajin. Dua, musti mengenal mesin yang canggih," jelasnya.

    Ganjar juga secara langsung meminta kritik dari perusahaan terkait sekolah kejuruan yang ada di Jawa Tengah. Dari kritikan tersebut ternyata masih banyak sekolah menggunakan mesin kuno untuk praktik sehingga tidak sesuai dengan perusahaan. Di situlah metode magang dan teaching industry menjadi pola yang dapat dikerjasamakan.

    "Sekolahnya bisa di sini, kurikulum bisa di-order, praktiknya bisa di perusahaan. Kalau kita bisa melatih lebih banyak lagi maka pengangguran bisa kita serap dengan cepat. Maka investasi yang sudah masuk, man power atau SDM kita bisa kita penuhi dari tempat kita sendiri dengan cara melatih," katanya.

    Berdasarkan fakta itulah, Ganjar mendorong agar adanya perombakan kurikulum di sekolah. Pemerintah juga akan memfasilitasi peningkatan kapasitas itu dengan memberikan peralatan mutakhir yang sesuai dengan perusahaan. Di samping itu, setiap anak juga harus mulai menyiapkan diri akan kerja di mana dan menyesuaikan keterampilan dengan peralatan tercanggih.

    "Tapi tidak hanya skill saja, mental juga perlu. Termasuk tadi yang mereka (perusahaan) sampaikan, banyak yang libur kalau hujan, banyak yang lebih sayang membersihkan motor atau takut motornya kotor daripada disiplin masuk kerja. Ini komplain lho dari publik maka kita musti benahi itu. Kita musti disiplin, kalau perlu pinjam militer untuk melatih," tandas Ganjar.


    Kepala Disperindag Provinsi Jawa Tengah, Muhammad Arif Sambodo, mengatakan sejauh ini sudah melatih 51.838 tenaga kerja. Sebanyak 65 persen di antaranya sudah penempatan di perusahaan dan sisanya berkegiatan mandiri seperti konveksi dan sebagainya.

    "Khusus tahun ini kita merekrut 1.400 calon tenaga kerja. Hari ini yang hadir kurang lebih 275 orang untuk angkatan 6 industri tekstil dan alas kaki. Kami juga sudah kerja sama dengan bursa khusus kerja di SMK. Itu yang kita ambil," katanya.


    Terkait pelatihan juga sudah menggandeng perusahaan tekstil dan alas kaki. Tahun ini setidaknya ada 13 perusahaan yang dilibatkan langsung dalam pelatihan. Perusahaan juga berhak menyesuaikan kurikulum pelatihan selain kurikulum standar.


    "Ini sesuai dengan visi pengembangan pendidikan dan pelatihan kerja yang link and match. Dari 13 perusahaan itu ada 3 perusahaan yang sudah memploting kurikulum, sisanya dalam proses," ujarnya.(rls/wil)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top