• Berita Terkini

    Kamis, 04 Februari 2021

    Kebijakan "Jateng di Rumah" Bikin Pusing Pengusaha Wedding


    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mencanangkan Gerakan Jateng di Rumah. Ini akan berlangsung Sabtu dan Minggu (6-7/2) mendatang. Adanya kebijakan tersebut secara tidak langsung membuat Pengusaha Dekorasi (wedding/pernikahan) merugi. Pasalnya penyewa membatalkan pesanannya.


    Adanya gerakan Jateng di rumah, membuat pembatasan hajatan dan pernikahan untuk tidak mengundang tamu. Hal ini pula yang membuat pihak penyelenggara hajatan membatalkan pesanannya. Padahal semua persiapan telah dilaksanakan. Bahkan perangkat dekorasi sudah terpasang semua.


    Hal ini pula yang dialami oleh Pengusaha Dekorasi Pernikahan Balakosa Kauman Kutosari Kebumen Rozaaq Abdillah. Bagaimana tidak pihaknya menerima sewa dekorasi pernikahan lengkap. Dimana sejatinya acara hajatan tersebut akan dilaksanakan pada Sabtu (6/2) besok. Namun adanya gerakan Jateng di rumah membuat kegiatan hajatan itu urung dilaksanakan. “Semua sudah disiapkan. Perlengkapan sudah dipasang dan bunga asli sudah dibeli dari vendor Yogyakarta,”tuturnya, Kamis (4/2).


    Namun adanya pemberitaan terkait Gerakan Jateng  di Rumah membuat pihak menyewa tidak berani melaksanakan hajatan. Alhasil acara resepsi pun akan dijadwalkan ulang di lain waktu. Lantas dari semua yang sudah disiapkan tersebut tentunya pengusaha dekorasilah yang harus menanggung kerugian terbesarnya. “Dalam hal ini kami mengalami kerugian setidaknya Rp 40 juta,” katanya.


    Gerakan Jateng di Rumah, lanjutnya, memang bertujuan untuk memutus penyebaran Covid-19. Kendati demikian tidak semua usaha dihentikan dalam program tersebut. Dimana pasar tradisioal tetap buka dan SPBU juga demikian. “Jika hendak menghentikan kegiatan masyarakat, tentunya SPBU harus ditutup juga. Dengan demikian kegiatan masyarakat dan transportasi akan berhenti,” ungkapnya.


    Sebuah kebijakan, lanjut, Rozaaq tentunya mempunyai tujuan tertentu. Kendati demikian pihaknya berharap adanya sosialisasi sebelum penerapan kebijakan tersebut. Sehingga masyarakat dapat menyiapkan langkah-langkah untuk mengikuti kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. “Kali ini terkesan sangat mendadak, padahal terkiat dengan hal tersebut sudah dipersiapkan semuanya,” ungkapnya.


    Bukan hanya pengusaha dekorasi saja, beberapa pengusahan catering juga tentunya dirugikan. Bagaimana tidak, umumnya untuk catering biasanya telah disiapkan bahan-bahannya setidaknya 50 persen menjelang pelaksanaanya. “Bahan makanan untuk catering telah dibeli dan acara tidak jadi dilaksanakan. Kami semua menanggung kerugian,” ucapnya. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top