• Berita Terkini

    Jumat, 11 Januari 2019

    Pekerja Tambang di Purworejo Temukan Benteng Peninggalan Jepang

    ANDI/EKSPRES
    PURWOREJO- Sebuah benteng peninggalan Jepang  ditemukan di lokasi penambangan batu andesit milik PT Sekawan Bayu Perkasa (SBP) Semarang yang berada di kawasan perbukitan Lempuyangan Dusun Sudimoro, Desa Bapangsari, Kecamatan Bagelen. Beteng setinggi lebih kurang 2,5 meter tersebut pertama kali diketahui oleh para pekerja tambang yang sedang melakukan pegerukan material tanah sekitar 1 bulan lalu.

    Salah satu pekerja tambang, Nanang (26) mengatakan, awalnya benteng tertimbun gunungan tanah yang cukup tinggi. Para pekerja baru mengetahui bahwa ada bangunan peninggalan Jepang setelah material tanah dan batu andesit terambil hingga terlihat bagian atas benteng.

    “Benteng ini ditemukan belum lama, sekitar sebulanan ini. Tadinya benteng Ini tertutup tanah tinggi sekali. Sejak ditemukan bagian dalam benteng masih dipenuhi tanah. Belum ada pekerja yang berani memasukinya. Ini bangunannya masih kokoh semua,” ucap Nanang, kemarin.

    Meski tertimbun tanah cukup lama, benteng tampak utuh lengkap dengan pintu dan sejumlah lubang pengintai di sisi-sisinya. Salah satu lubang menghadap ke arah laut selatan. Di sisi yang menghadap arah laut tersebut juga terdapat tulisan dengan huruf Jepang.

    Humas PT SBP Semarang, Teguh Imam Waluyo Jati, saat dikonfirmasi membenarkan adanya penemuan benteng itu. Namun, pihaknya mengaku belum melakukan pengecekan secara detail dan melaporkan penemuan tersebut kepada pihak terkait.

    “Pekerja tidak sengaja menemukan itu. Tapi kita sudah mengarahkan para pekerja agar tidak kembali mengeruk tanah di lokasi benteng atau merusaknya,” ungkap Teguh, Jumat (11/1/2019).

    Sementara itu, pasca ditemukanya temuan benteng tersebut, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Purworejo melakukan peninjauan ke lokasi. Temuan benteng sendiri menguatkan keyakinan jika masih banyak benteng-benteng lain yang masih terpendam dalam tanah.

    Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Purworejo, Eko Riyanto menuturkan, jika seluruh bangunan benteng di desa itu termasuk benda cagar budaya (BCB). Dimana benda-benda tersebut dilindungi secara penuh oleh undang-undang.

    "Ini memang menjadi hal yang menarik. Terus terang sebenarnya berapa luas kawasan benteng dan jumlah bangunannya belum diketahui secara pasti. Orang menyebut jika keberadaan benteng dibangun oleh Jepang sebagai salah satu strateginya dalam menghalau musuh yang hendak masuk ke Purworejo dari arah laut," ucap Eko Riyanto.

    Dikatakan, meski kepemilikannya berada di tangan warga, namun pemerintah mulai dari tingkat Kabupaten hingga Pusat memiliki tanggung jawab untuk merawat dan melindungi keberadaannya. Dia mengaku tidak kaget jika ada benteng yang ditemukan di sebuah lahan yang dimiliki oleh warga.

    "Yang sudah terdata memang puluhan, tapi belum semuanya diketahui persis posisinya atau masih terpendam tanah. Kepemilikannya memang tidak ada di pemerintah, selama ini masyarakatlah yang memiliki lahan dimana ada benteng-bentengnya," imbuh Eko.

    Berada di dalam tanah, menurutnya juga hal yang wajar. Jepang, menurutnya dikenal memiliki strategi perang yang berbeda. Dia akan membangun banyak benteng yang berada di dalam tanah. Banyak fungsi yang digunakan, mulai agar tidak kelihatan musuh serta memudahkan menjinakkan lawan.

    "Bisa saja mereka membangun benteng di dalam tanah. Dan hanya tampak depan saja yang tampak dari luar. Dan seiring perjalanan waktu karena mungkin kurang terawat, jadi tampak depannya juga tidak kelihatan," katanya.

    Pernyataan ini meruntuhkan anggapan orang jika keberadaan benteng-benteng itu sempat menghilang karena adanya kejadian bencana luar biasa yang berakibat hilangnya benteng.  "Benteng yang ada di Bagelen itu belum digunakan secara maksimal oleh Jepang. Yang sudah digunakan itu yang paling atas dan cukup besar untuk mengintai," katanya.

    Kejadian bom Hirosima dan Nagasaki menjadi pemicu tidak maksimalnya benteng pendem Bagelen dimanfaatkan oleh Jepang. Karena setelah bom tersebut, Jepang lumpuh dan memilih menarik pasukannya dari berbagai negara, termasuk Indonesia. (ndi)

    Eko Riyanto juga menampik jika benteng di Bagelen itu menjadi sebuah bangunan yang istimewa bagi Jepang. Dia menyebut jika benteng di Cilacap memiliki posisi dan bentuk lebih baik. Hanya untuk bangunan benteng di atas pegunungan, Bagelen memang menjadi salah satu kekhasan.

    "Saat ini kami masih akan melakukan beberapa pengkajian terlebih dahulu sebelum dipublikasikan ke masyarakat. Kami menghimbau agar penambang ataupun masyarakat agar merawat bangunan yang ditemukan untuk penelitian. Silakan ditambang tapi kalau menemukan bangunan seperti benteng itu jangan dirusak, karena itu memiliki cerita sejarah," harap Eko. (ndi)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top