• Berita Terkini

    Minggu, 02 September 2018

    Menuju Hari Tani, Mahasiswa Sudah Melakukan Apa Saja?

    Ginanjar Dwi Cahyanto
    Jadi petani itu kotor. Jadi petani itu miskin. Jadi petani itu item. Jadi petani itu pekerjaan berat.

    Jadi petani itu apa?
    Persepsi yang kebanyakan orang dengungkan ketika mendengar kata petani adalah kotor, miskin, item, dan pekerjaan berat. Seakan akan tidak ada kata indah yang menggambarkan seorang petani. Penuh cacian dan ogah ogahan ketika mendengar profesi petani. Dilirik? Dipandang saja tidak. Sedikit miris mendengar pernyataan yang menggambarkan keadaan saat ini. Ya mungkin inilah gambaran dari masyarakat Indonesia di abad ini. Memandang sebelah mata orang yang berprofesi sebagai petani.

    Mayoritas masyarakat saat ini mengenal pertanian sebatas impor beras lalu harga bahan sembako di pasar naik. Seperti pernyataan Presiden RI Bapak Jokowi dalam bbc.com bahwa lulusan sarjana pertanian pun beralih profesi menjadi pegawai bank. Jumlah petani setiap tahunnya semakin berkurang karena beralih profesi ke sektor lain. Padahal Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bertani atau bercocok tanam. Petani dapat dikatakan merupakan sektor yang hanya dirasakan oleh generasi tua, karena sebagian besar petani berusia 45 tahun ke atas.

    Jika pembahasan masalah pertanian dan petani tidak akan pernah ada habisnya. Keluasan sektor ini memang membutuhkan banyak tangan untuk aktif berpartisipasi bersama dalam membangkitkan pertanian di Indonesia. Proses demi proses harus dilalui. Beberapa tokoh di bidang pertanian sebenarnya ada, namun terkadang kita tidak mengetahui hal itu. Kisahnya pun luar biasa, tidak tanggung tanggung dalam mengupayakan aksi nyata menjadi petani. Dan jika ditelusuri lebih dalam, para pemuda lah yang menjadi titik balik pencapaian sektor pertanian.

    Menjadi seorang petani muda tidak harus lulusan pertanian. Nur Agis Aulia contohnya. Pemuda asal banten ini mengabdikan dirinya untuk kembali ke kampung halaman setelah menamatkan gelar sarjana di Universitas Gadjah Mada. Salah satu alumni PM Beasiswa Rumah Kepemimpinan ini memilih menjadi petani karena kunci kesejahteraan masyarakat ada di sektor pertanian. Agis panggilan sapaannya membidangi pertanian sekaligus peternakan yang dia dirikan dengan nama Jawarafarm. Kisah seperti ini seharusnya menjadi inspirasi khususnya generasi muda dalam bergerak di sektor pertanian.

    Kekayaan alam yang sangat banyak dan jika itu dioptimalkan Indonesia akan menjadi negara yang makmur dan sejahtera. Menuju hari tani sudah sepantasnya kita berbenah untuk mempersiapkan rencana kepedulian terhadap sektor pertanian. Dari setiap sentuhan yang diberikan membuat tanaman menjadi tumbuh subur. Keringat yang mengucur dan tetesan air mata menjadi saksi panen padi selanjutnya diproses sampai menjadi nasi lalu dimakan oleh banyak orang. Begitu mulianya petani sampai diberikan harga yang rendah oleh permainan pasar pun mau. Demi hanya untuk sesuap makan keluarga dan saudara.

    Tugas seorang mahasiswa menjadi penyambung lidah masyarakat khususnya para petani. Petani membutuhkan banyak pendampingan dengan meningkatnya teknologi, adanya masalah masalah permainan harga, dan terciptanya inovasi baru. Kegiatan efektif yang dapat dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat petani. KKN saja tidak cukup rasanya, perlu adanya tambahan waktu dan tenaga untuk terjun langsung ke petani dan mengabdikan diri untuk Indonesia. Upaya mencapai kesejahteraan masyarakat akan terlaksana melalui upaya pemberdayaan yang sinergis tidak hanya mahasiswa namun pemerintah.

    Ajakan kepada elemen masyarakat untuk ikut andil peduli terhadap sektor pertanian dapat dilakukan melalui penyuluhan pertanian, program rumah pangan lestari, program pertanian organik dan program lain yang sudah direncanakan oleh kementrian pertanian. Pendampingan masyarakat secara kontinyu sebagai wujud menjaga kelangsungan hidup masyarakat. Pertanian tumbuh dengan pesat, masyarakat akan mencapai kemakmuran. Jika hal itu dilakukan dengan sebagaimana mestinya penyambutan hari tani nanti akan melegakan banyak orang.Jadi sudahkah kau bergerak?

    Penulis
    Ginanjar Dwi Cahyanto
     Mahasiswa Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
    Tinggal di Gombong, Kebumen Jawa Tengah

    087837303422

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top