• Berita Terkini

    Selasa, 26 Juni 2018

    Jelang Pilkada, KKSB Berakasi Lagi, Tiga Warga Nduga Tewas

    JAKARTA – Tiga hari menjelang pilkada serentak tahun ini (25/6/2018), Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) beraksi di Kabupaten Nduga, Papua. Senin pagi waktu setempat, mereka menembaki pesawat Trigana Air Twin Otter bernomor register PK-YRU yang mendarat di Bandara Kenyam. Insiden itu terjadi selang empat hari setelah KKSB menembaki pesawat milik Dimonim Air di bandara yang sama.



    Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Kolonoel M. Aidi menjelaskan bahwa penembakan terjadi sekitar pukul 09.45 WIT. Saat ditembaki, pesawat yang diterbangkan oleh pilot Ahmad Abdillah Kamil dan kopilot Lenius Wonda itu tengah berputar setelah mendarat di Bandara Kenyam. ”Mengakibatkan pilot kena serpihan peluru di bagian bahu dan kepala bagian belakang,” ungkap dia kemarin.



    Berdasar informasi yang diterima Jawa Pos, bahu sebelah kanan pilot pesawat tersebut yang terluka. Besar kemungkinan serpihan peluru itu menyasar tubuh pilot setelah menembus badan pesawat. Pria yang akrab dipanggil Aidi tersebut menyampaikan bahwa pesawat yang ditembaki oleh KKSB kemarin mengangkut 15 personel Brimob. ”Yang akan bertugas melaksanakan pengamanan pilkada di Kabupaten Nduga,” jelasnya.



    Seluruh personel Brimob tersebut memang sengaja dikirim ke Nduga untuk memperkuat pengamanan pada pilkada serentak di kabupaten tersebut. Mereka semua diterbangkan dari Wamena. Tidak lama setelah menembaki pesawat yang mengangkut belasan personel Brimob itu, KKSB lantas melarikan diri ke arah ujung landasan Bandara Kenyam. ”Ke arah datangnya pesawat,” imbuh Aidi.



    Perwira menengah TNI AD itu mengakui bahwa sempat terjadi baku tembak antara KKSB dengan personel Brimob yang diangkut pesawat itu. Kontak senjata juga melibatkan pasukan pengamanan TNI dari Yonif 755/Yalet. ”Sambil melarikan diri, KKSB juga membantai tiga orang warga sipil hingga meningga dunia dan seorang anak kecil luka parah,” ucap Aidi. Memang di ujung landasan tersebut ada kampung yang dihuni masyarakat sipil.



    Berdasar pengakuan masyarakat setempat, sambung Aidi, KKSB yang kemarin beraksi berjumlah 16 orang. Mereka membawa senjata laras panjang yang diidentifikasi berjenis AK-47 sebanyak enam pucuk, dua pucuk FNC, dua pujuk pistol, serta sejumlah panah, tombak, parang, dan golok. ”Mereka memaksa masyarakat keluar rumah,” imbuhnya. Kemudian, mereka mengumpulkan delapan orang masyarakat pendatang.



    Termasuk di antaranya tiga masyarakat sipil yang ditemukan meninggal dunia. Yakni Margaretha Pali, Hendrik Sattu Kola, dan Zainal Abidin. Menurut Aidi, Margaretha Pali ditembak dibagian kepala ketika memeluk putranya Arjuna Kola. Di lengan kanannya juga terdapat luka akibat benda tajam. Sementara itu, Hendrik ditembak pada bagian perut. ”Serta kena parang di kaki kanan bagian betis,” jelas Aidi.



    Melihat aksi KKSB tersebut, lanjut Aidi, lima orang masyarakat pendatang lain yang juga dikumpulkan berusaha melarikan diri. Sayang, Zainal bernasib malang. Dia tertebak di bagian rusuk dan ditemukan meninggal dunia. Sedang Arjuna yang menyaksikan ibu dan ayahnya ditembak KKSB terluka dibagian wajah akibat sabetan parang. ”Di kepala bagian pelipis kiri nyaris sampai ke hidung,” kata dia.



    Berdasar data yang diterima Jawa Pos luka yang dialami bocah berusia enam tahun itu cukup parah. Lukanya menganga dan harus segera ditangani oleh petugas medis. Karena itu, Arjuna lebih dulu diterbangkan ke Timika. ”Dievakuasi ke Timika,” ucap Aidi. Sementara itu, tiga jenazah korban dibawa ke Timika sekitar pukul 16.14 WIT. ”Karena keluarga besar korban ada di Timika,” imbuhnya.



    Mereka dievakuasi bersama tiga kru pesawat yang kemarin ditembaki oleh KKSB. Sampai kemarin, pesawat tersebut masih dijaga ketat oleh petugas di Bandara Kenyam. Dia pun menyampaikan bahwa situasi dan kondisi di ibu kota Nduga itu masih belum kembali seperti sedia kala. ”Seluruh aktifitas berhenti. Sebagian warga khususnya masyarakat pendatang mengungsi ke Koramil Kenyam untuk mendapat perlindungan,” terang Aidi.



    Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa data dan informasi sementara yang dimiliki oleh Kodam XVII/Cendrawasih, KKSB yang beraksi di Nduga kemarin merupakan kelompok yang dipimpin oleh Egunius Kogoya. Mereka memang pernah merampas senjata milik aparat. Juga terlibat dalam penembakan almarhum Vicko Sondakh yang meninggal ketika turut terlibat dalam pembangunan jalan Trans Papua. ”Masih pengejaran,” ujarnya.



    Keterangan serupa disampaikan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian ketika ditanyai soal aksi KKSB di Nduga kemarin. Dia menyampaikan bahwa TNI dan Polri masih mengejar para pelaku. Menurut dia, KKSB yang beraksi di sana bukan kelompok baru. Sebab, hanya itu-itu saja kelompok bersenjata yang kerap beraksi di Nduga. ”Daerah Kenyam itu kecil. Jadi, kelompoknya itu-itu saja,” ucap Tito.



    Orang nomor satu di institusi Polri itu pun menyampaikan bahwa kelompok bersenjata di Nduga memang sudah lama ada. ”Kelompok ini pernah menyandera orang dalam peristiwa mapenduma,” imbuhnya. Menurut dia, kelompok tersebut kerap dimanfaatkan untuk kepentingan politik. ”Seringkali juga dimanfaatkan atau juga ikut memanfaatkan situasi pilkada,” kata Tito menjelaskan.



    Tidak heran, mereka kembali beraksi sebelum pilkada serentak dilaksanakan. Menurut Tito, sudah ada 114 personel TNI dan Polri yang bertugas di Nduga. Namun, untuk tambahan kekuatan jumlah personel Brimob ditambah. ”Ada kencederungan kelompok tertentu memanfaatkan kelompok-kelompok itu (KKSB) supaya pasukan (yang sudah dikirim) nggak maksimal,” beber mantan kepala Polda Metro Jaya tersebut.



    Tujuannya tidak lain agar mereka bisa mengintimindasi masyarakat setempat untuk memilih pasangan tertentu saat pilkada dilaksanakan. Pola tersebut sudah terbaca oleh Polri. Tito memastikan instansinya bersama TNI tidak akan mundur. ”Saya sudah sampaikan Pak Kapolda (Papua) kalau kurang (pasukan) kita tambah lagi,” kata dia tegas. ”Kita nggak boleh kalah dengan kelompok-kelompok bersenjata yang ada di situ,” tambahnya. 



    Ancaman KKSB, sambung Tito, bukan hanya muncul di Nduga. Di Kabupaten Puncak Jaya juga ada ancaman serupa. Bahkan kelompok bersenjata itu nekat menutup Bandara Ilaga. Mereka meminta pasangan yang sudah digugurkan boleh ikut dalam pilkada. Atau pilkada ditunda sampai 2020. ”Kami tahu bahwa daerah itu juga ada kelompok-kelompok KKB (KKSB), kelompok kekerasan. Kami sudah paham mereka,” beber dia.



    Tito menyebutkan, ancaman tersebut serupa dengan yang dilakukan pada 2010. Saat itu kelompok bersenjata meminta pilkada ditunda. Dia mengetahui hal itu lantaran tengah mejabat sebagai kepala Polda Papua ketika peristiwa itu terjadi. ”Sampai empat tahun ditunda. Tahun 2010 sampai 2013,” ujarnya. Kali ini, dengan tegas dia menyampaikan, petugas tidak akan kalah. ”Makin dia (KKSB) kerjain, makin tambah banyak (pasukan) kita kirim,” imbuhnya.



    Dalam kesempatan yang sama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menekankan, potensi ancaman dan kerawanan harus menjadi perhatian petugas. Mengingat masih ada beberapa wilayah yang dianggap rawan. Termasuk di antaranya Papua. Dia juga menegaskan kembali bahwa seluruh aparat harus netral. ”Polri, TNI, ASN netral. Karena netralitas kunci keberhasilan,” imbuhnya. (syn/)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top