• Berita Terkini

    Selasa, 26 Juni 2018

    Anak Gunung Krakatau Erupsi

    JAKARTA -  Anak Gunung  Krakatau yang terletak di Selat Sunda Provinsi Lampung untuk kesekian kalinya mengalami erupsi.


    Berdasarkan laporan dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Anak Krakatau menyemburkan material dengan tinggi kolom abu 1.000 meter di atas puncak kawah atau pada ketinggian 1.305 meter di atas permukaan laut pada Senin pagi (25/6/2018) pukul 07.14 WIB.


    Kapusdatin dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)  Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, erupsi melontarkan material berupa abu vulkanik dan pasir. Sejauh ini, erupsi tidak membahayakan penerbangan pesawat terbang.


    ”Status VONA (Volcano Observatory Notice For Aviation) masih berwarna orange. Erupsi juga tidak berbahaya selama berada di luar radius 1 kilometer dari puncak kawah. Selain itu erupsi juga tidak membahayakan pelayaran di Selat Sunda,” kata Sutopo kemarin.


    Sutopo mengatakan, paska erupsi, status Gunung Anak Krakatau tetap Waspada (Level 2). Status Waspada ditetapkan sejak 26 Januari 2012 lalu dan tidak berubah hingga saat ini . Tidak ada perubahan status Gunung Anak Krakatau.


    ”Status Waspada artinya aktivitas vulkanik di atas normal sehingga terjadinya erupsi dapat terjadi kapan saja. Tidak membahayakan selama masyarakat tidak melakukan aktivitasnya di dalam radius 1 km,” jelas Sutopo.


    Sutopo menambahkan, Erupsi Gunung Anak Krakatau adalah hal yang biasa. Gunung tersebut masih aktif dan terus mengalami tumbuh besar dan tinggi dengan melakukan erupsi. Gunung Anak Krakatau baru muncul dari permukaan laut tahun 1927. Pertumbuhan tinggi Rata-rata 4 hingga 6 meter per tahun.


    Energi erupsi yang dikeluarkan kata Sutopo  juga tidak besar. Sehingga sangat kecil sekali peluang terjadinya letusan besar seperti letusan Gunung Krakatau pada 1883. ”Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan,” Katanya.


    Berdasarkan pantauan BNPB, Anak Gunung Krakatau Memang telah aktif sejak tanggal 18 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan aktivitas vulkanik disertai pergerakan magma ke luar permukaan sehingga terjadi erupsi.


    Menurut PVMBG, pada 18 Juni lalu, selain gempa vulkanik dan tektonik, mulai terekam juga gempa Tremor menerus dengan amplitudo 1  hingga 21 mm (dominan 6 mm). Esok harinya tanggal 19 Juni 2018, gempa hembusan mengalami peningkatan jumlah dari rata-rata 1 kejadian per hari menjadi 69 kejadian per hari.


    Selain itu mulai terekam juga gempa frekuensi rendah sebanyak 12 kejadian per hari. Gempa Tremor menerus dengan amplitude 1 – 14 mm (dominan 4 mm). Pada  20 Juni, jumlah gempa terekam 88 kali gempa hembusan, 11 kali gempa frekuensi rendah dan 36 kali gempa vulkanik dangkal.


    Pada tanggal 21 Juni, terekam 49 kali gempa hembusan, 8 kali gempa frekuensi rendah, 50 kali gempa vulkanik dangkal dan 4 kali gempa vulkanik dalam. Secara visual, erupsi terlihat mengeluarkan abu dan pasir. ”Tipe letusannya strombolian yang terjadi erupsi secara berkala pada saat itu,” Jelas Sutopo.


    Sutopo menghimbau masyarakat tetap tenang. BPBD Provinsi Banten, BPBD Provinsi Lampung, PVMBG dan BKSDA telah melakukan langkah antisipasi. Penting  bagi masyarakat mematuhi rekomendasi tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 kilometer dari puncak kawah. ”Di luar itu aman. Justru dapat menikmati fenomena erupsi Gunung Anak Krakatau dari tempat aman,” pungkas Sutopo.(tau)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top