• Berita Terkini

    Senin, 16 Oktober 2017

    Miris, Bahasa Jawa Kian Terabaikan

    IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Meski sebagai masyarakat Jawa, namun saat ini telah banyak penduduk yang mengabaikan Bahasa Jawa. Pada umumnya masyarakat kini lebih kerap menggunakan Bahasa Indonesia dari pada menggunakan Bahasa Jawa. Bahkan di sekolah pun kini Bahasa Jawa hanya masuk pada pelajaran muatan lokal (Mulok).

    Jika diamati, kini umumnya para ibu rumah tangga justru mengajari anak-anaknya dengan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Sementara Bahasa Jawa yang mempunyai nilai luhur kerap terabaikan. Jika sudah demikian bukan tidak mungkin suatu saat Bahasa Jawa akan punah dari Pulau Jawa.

    Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Dewan Pengurus Daerah Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (DPD Permadani) Kebumen Drs Wuryanto MMPd saat sambutan pada pembukaan Pawiyatan Pranatacara dan Pawedarsabda XIV, beberapa waktu lalu. Pawiyatan yang diikuti olej 31 peserta tersebut dilaksanakan di LKP Ngesti Utomo.

    Dalam kesempatan tersebut Wuryanto mengungkapkan keprihatinannya. Di satu sisi perkembangan zaman berdampak pada majunya ilmu dan teknologi. Hal tersebut berdampak positif untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kendati demikian perkembangan zaman juga berdampak turunnya menurunnya karakter masyarakat. Artinya secara profesionalitas masyarakat memang meningkat, namun belum dibarengi dengan peningkatan moralitas.

    “Bahasa Jawa merupakan bahasa yang luhur yang mengandung nilai karakter dan moralitas yang tinggi. Untuk itu sudah sepatutnya saat ini kita selalu menjaganya,” tegasnya.

    Untuk itu lanjut, Wuryanto mengatakan, DPD Permadani Kebumen mengadakan Pawiyatan Pranatacara dan Pawedarsabda XIV atau kursus pembawa acara dan kursus pembawa acara dan pidato Bahasa Jawa ke 14. “Selain untuk nguri-uri Bahasa Jawa, dengan mempunyai skill Pranatacara dan Pawedarsabda juga dapat menjadi peluang ekonomi.

    "Tujuan utama jelas bukan ekonomi, namun saat ini orang yang mumpuni dalam bidang Pranatacara dan Pawedarsabda telah mulai berkurang. Hal itu tentunya akan menjadi peluang tersendiri,” terangnya.

    Pawiyatan dilaksanakan selama 22 minggu atau 43 kali pertemuan. Kegiatan dilaksanakan dengan dua kali pertemuan dalam satu minggunya. Selama pelatihan peserta akan mendapatkan 12 materi yakni materi 12 materi. Adapun beberapa materi tersebut yakni, Kepermadanian, Budi Pekerti, Bahasa Jawa Tuwin Sastra, Kepanatacaran, Renggeping Wicara, Adat Tata Cara Jawi, Sekar lan Gendhing, Ngedi Busana lan Ngedi Sarira, Padhuwungan, Sekar Setaman, Momotan Lokal dan Gleden. “Pelatihan akan ditutup pada 18 Maret 2018 mendatang,” ucapnya.(mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top