• Berita Terkini

    Kamis, 06 Juli 2017

    Warga Grobogan Gelar Demo PT KAI, Tolak Penutupan Perlintasan Tanpa Palang

    GROBOGAN – Ratusan warga Desa Katong, Toroh, melakukan aksi demo penolakan penutupan jalan rel KAI tanpa palang pintu kemarin. Mereka tidak terima adanya penutupan tersebut. Sebab, akses warga jadi sulit, karena harus memutar lebih jauh.

    Seperti diketahui, jalan rel KAI tanpa palang pintu di Desa Katong ditutup pihak PT KAI. Alasannya, selain tidak ada palang pintu, di lokasi tersebut sering meringgut korban jiwa. Penutupan dilakukan sejak sebelum Lebaran lalu.

    Dalam aksi tersebut, warga membawa spanduk berisikan: Pak Jokowi Rakyat Menangis Jalan Ditutup Ekonomi Mati; Anak Sekolah Disuruh Jalan Kaki; Rakyat Kecil Butuh Makan; Butuh Solusi Bukan Arogansi; Warga Katong Tolak Penutupan Jalan Rel KAI, dan lainnya.

    Aksi tersebut dilakukan setelah ratusan warga Katong menggelar pertemuan di balai desa setempat. Pertemuan tersebut dihadiri perwakilan PT KAI, Dinas Pehubungan, Polres Grobogan, Komisi C DPRD Grobogan dan bagian Pemdes Setda Grobogan. Hasil pertemuan tersebut, warga meminta jalan penghubung Desa Katong dengan Desa Dimoro masih tetap dibuka.

    Sutarno, perwakilan warga Katong meminta agar jalan rel KAI tanpa palang tersebut masih tetap dibuka. Warga akan siap melakukan penjagaan dan membuat palang buka tutup dengan dijaga petugas desa. ”Kami tetap meminta agar jalan rel KAI tetap dibuka. Jika ditutup, bisa mematikan ekonomi warga. Selain itu, pendidikan anak terganggu, karena jalan harus memutar jauh,” kata Sudarno.

    Jika jalan rel KAI ditutup, warga harus memutar 10 kilometer untuk menuju balai desa setempat. Sebab, mereka harus melewati Desa Dimoro dan memutar melewati Kecamatan Toroh. ”Jika ditutup maka anak-anak sekolah akan kesulitan berangkat sekolah dan harus memutar,” ujarnya.

    Dia menambahkan, akses warga Dusun Ketanggang, Pandekan, Truwili, juga akan jauh jika ingin datang ke balai desa setempat. Begitu juga dengan Desa Dimoro yang akan terisolasi karena harus memutar jauh. ”Untuk itu, warga sepakat agar PT KAI memberikan solusi. Dari kami warga siap untuk membuat palang pintu sendiri dan penjagaan oleh warga selama 24 jam,” jelasnya.

    Mendapatkan keluhan tersebut, PT KAI akan mengkajinya terlebih dahulu. Sebab, sesuai dengan peraturan itu tidak diperbolehkan dan harus ditutup. Namun, karena desakan warga dan ada solusi, maka permasalahan tersebut akan dilakukan pembahasan kembali.

    Dari hasil pertemuan tersebut, para warga juga akan iuran secara spontanitas yang dilakukan warga. Mereka berhasil mengumpulkan sekitar Rp 3 juta. Uang tersebut juga sumbangan dari anggota DPRD Grobogan, satlantas, Dishub dan perangkat desa setempat. Uang itu akan digunakan untuk membuat palang pintu.

    Kabag Pemerintahan Desa Daru Wisakti mengatakan, penggunaan dana desa untuk pembuatan palang pintu dan pembayaran untuk warga yang berjaga di perlintasan rel KAI bisa dilakukan. Namun, prosesnya harus membuat proposal pengajuan terlebih dahulu untuk kegunaannya. Proposal pengajuan itu juga ditunjukan untuk PT KAI pusat. ”Tidak masalah untuk menggunakan dana desa, karena ini juga untuk kepentingan desa,” terangnya.

    Sementara itu, dari pihak PT KAI melalui Humas Daops IV Semarang Edy Kusworo akan melakukan kajian terlebih dahulu untuk permasalahan itu. Sebab, jalan tersebut sudah sering memakan banyak korban. Terakhir perlintasan tanpa palang juga mengakibatkan kecelakaan mobil ditabrak KAI dengan korban tewas empat orang.

    Sebelumnya, PT KAI Daops IV Semarang berencana menutup jalan rel KAI tanpa palang di Desa Katong, Toroh. Penutupan akan dilakukan pada 19 Juli mendatang sesuai dengan pengumuman yang dipasang PT KAI. Pengumuman akan segera ditutup tersebut mendapatkan protes dari warga sekitar. Di mana akses jalan perlintasan tanpa palang adalah alternatif untuk menuju Kota Purwodadi dan sekitarnya. Sebab, jalan tersebut memutus akses jalan Desa Katong dan Desa Dimoro, Kecamatan Toroh. (mun/lil)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top