• Berita Terkini

    Senin, 29 Mei 2017

    Keluarga Tak Percaya Ichwan Pelaku Teror Kampung Melayu

    BANDUNG -- Polri yang memastikan bahwa salah satu pelaku bom Terminal Kampung Melayu merupakan Ichwan Nurul Salam. Namun, keluarga Ichwan mengaku belum percaya bahwa anggota keluarganya merupakan pengantin bom yang menewaskan tiga anggota polisi.


    Jawa Pos mendatangi rumah keluarga Ichwan di Cibangkong Sabtu lalu (27/5) , letaknya hanya beberapa meter di dekat rumah kontrakan Ichwan yang ditutup garis polisi. Rumah tersebut oleh tetangga Ichwan disebut milik orang tua Ichwan.


    Saat bertamu ke kediaman orang tua Ichwan, seorang ibu keluar dari rumah yang berada di gang sempit itu. "Maaf ya, kami tidak bisa ngomong apapun," ujarnya tepat di depan pintu sembari menunjukkan gerak gerik ingin masuk ke rumah kembali.


    Namun, saat ditanya soal tanggapannya bahwa Ichwan merupakan pelaku pengeboman, dia mengatakan bahwa belum tentu Ichwan yang menjadi pelaku. "Kami tidak percaya Ichwan pelakunya," tuturnya sembari menutup pintu.


    Tetangga Ichwan, Ibu Ade menuturkan bahwa keseharian Ichwan memang tertutup. Walau kelahiran Cibangkong, namun Ichwan selama ini jarang bermain dan bergaul dengan warga sekitar. "Kalau kerjanya jualan susu di dekat rel kereta api tak jauh dari sini," ujarnya.


    Dia mengatakan, sebenarnya keluarga Ichwan juga dikenal kurang bergaul. Pasalnya keluarga tersebut memiliki perbedaan dengan masyarakat sekitar. "Warga sini biasanya Nahdatul Ulama tapi keluarga Ichwan sejak kakeknya Pak Sidik itu Persatuan Islam," jelasnya.


    Pengajian dan tahlilan memang tidak pernah diikuti oleh keluarga tersebut."Kakeknya itu persis gak ikut kalau tahlilan dan semacamnya" paparnya ditemui tepat di samping rumah kontrakan Ichwan.


    Sementara Mertua AK terduga pelaku lain, Dedi Sunandi menuturkan, AK selama 13 tahun menjadi menantunya sama sekali tidak aneh-aneh. Selama ini pembicaraan selalu berkutat soal bagaimana bisa mengembangkan usaha. "Bagaimana jualan karpetnya, bagaimana bisa menambah pemasukan," ujarnya.


    Bahkan, saat kejadian bom Kampung Melayu itu, Dedi mengaku sempat mengobrol dengan AK. Menurutnya, obrolan soal kejadian bom itu sanga biasa. "Makanya saya sangat percaya, bahkan 80 persen percaya bahwa AK tidak terkait dengn bom tersebut," terangnya.


    Bagian lain, Kemarin Densus 88 Anti Teror menangkap seseorang berinisial di wilayah Cibubur. Kadivhumas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, B belum diketahui perannya. Namun, penangkapan itu dilakukan karena B diketahui berkomunikasi dengan salah satu pelaku, tepat sehari sebelum aksi keji terjadi. "Mereka saling berkomunikasi, tapi masih dipastikan," paparnya.


    Untuk mengetahui rangkaian kasus tersebut, Densus 88 Anti Teror memiliki waktu 7 x 24 jam. "Jadi tunggu dulu semua, saat ini aedang dirangkai. Pemeriksaan dilakukan pada semua yang ditangkap. Kalau memang cukup unsurnya tentu akan dinaikkan statusnya," urainya.


    Kondisi Bripda Yogi Aryo Yudistiro, korban bom di halte Trans Jakarta Kampung Melayu, masih belum benar-benar pulih. Hingga kemarin (28/5), Yogi masih belum bisa turun dari ranjang di ruang perawatan RS Premier Jatinegara, Jakarta Timur. Yang paling parah, mata sebelah kiri anggota Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya itu terancam buta.

              Yuli Hari Utomo, ayah Yogi, menuturkan berdasarkan informasi yang didapatkan dari dokter mata yang merawat, kondisi mata Yogi memang parah. Lantaran, kornea mata Yogi tertembus serpihan ledakan bom pada Rabu (24/5) malam. ”Untuk sembuh sekali sulit kata dokter matanya,” ujar Yuli yang ditemui di lobi RS Premier Jatinegara, siang kemarin.


              Sedangkan kondisi mata sebelah kanan relatif lebih bagus. Tapi, memang tidak bisa sembuh 100 persen juga. ”Kalau kanan diusahkan 75 persen,” ungkap pria yang bertugas di Kantor Imigrasi Depok itu.


              Yuli menuturkan bahwa dia mendapatkan informasi kalau ada rencana untuk membawa putranya berobat ke Singapura. Sama seperti perlakuan yang diberikan kepada penyidik KPK Novel Baswedan yang juga terluka parah pada matanya. Yuli pun sangat gembira medapatkan kabar tersebut. Dia menuturkan putranya terluka parah pada saat bertugas untuk negara.


              ”Ada informasi dari petinggi Polri ada yang menyarankan berobat ke Singapura. dan saya sangat setuju kalau ada yang membiayai ke Singapura saya siap,” kata dia dengan wajah sumringah. Dia menuturkan akan menyiapkan dokumen yang diperlukan. Misalnya paspor untuk Yogi.


    ”Makanya besok saya usahakan untuk pembuatan paspor untuk anak saya. Ya kalau sewaktu-waktu berangkat ke Singapura siap,” jelas dia.


    Sementara itu, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna H. Laoly turut memberi perhatian terhadap korban ledakan bom bunuh diri di Kampung Melayu. Lantaran, Yuli termasuk pegawai Kemenkumham. Kemarin, dia menyambangi RS Premier Jatinegera. Pria yang akrab dipanggil Yasonna itu menjenguk Bripda Yogi. ”Anggota Polri yang juga salah seorang korban dengan luka parah,” ungkap dia pasca melihat langsung kondisi anggota Polri berusia 22 tahun itu.


              Yasonna mengakui dirinya tidak kuasa melihat keadaan Bripda Yogi. Serpihan bom yang menerjang tubuh aparat kepolisian dari Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya masih menyisakan bekas. Termasuk di antaranya mata kiri yang terluka parah. ”Kalau tidak mendapat pengobatan yang sangat baik, kemungkinan mata kiri akan menjadi buta,” ucap menteri kelahiran 27 Mei 1953 itu. Dia pun menyebutkan bahwa pihak keluarga sudah menyampaikan keinginan merujuk Bripda Yogi ke Singapura.


    Berkaitan dengan hal itu, dia berjanji akan segera berkoordinasi dengan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian. ”Saya kira memang perlu (dibawa ke Singapura),” kata Yasonna. Soal biaya, dia menegaskan, negara tidak akan tinggal diam. Apalagi, Bripda Yogi menjadi korban bom bunuh diri ketika sedang bertugas. ”Melakukan tugas negara. Namun demikian, dirinya tetap harus membicarakan hal itu dengan Tito. Sebab, Bripda Yogi termasuk salah seorang anak buah Tito.




    Selain itu, kondisi fisik juga harus baik. Perkembangan kesehatan Bripda Yogi memang belum signifikan. Disamping mata kiri yang masih luka parah, tubuh polisi muda itu juga belum sepenuhnya dapat digerakan. ”Hari ini (kemarin) sudah ada perbaikan. Kaki kiri sudah bisa bergerak. Sudah bisa bicara pelan-pelan,” terang Yasonna. Berdasar keterangan yang dia terima dari dokter, Bripda Yogi harus benar-benar siap apabila hendak dibawa ke Singapura. ”Kalau boleh segera mungkin,” imbuhnya. (idr/jun/syn)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top