• Berita Terkini

    Senin, 29 Mei 2017

    Pulangkan Sebelas WNI dari Marawi

    JAKARTA – Sebelas WNI yang terjebak bentrok antara kelompok bersenjata dengan militer Filipina di Kota Marawi, Pulau Mindanao, Filipina dalam keadaan selamat. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sudah memastikan kondisi tersebut.


    Sebelas WNI itu terdiri atas sepuluh anggota Jamaah Tabligh (JT). Sedangkan satu lainnya terdata sudah menikah dengan warga setempat dan telah menetap cukup lama di Marawi.


    Berdasar  data dari Kemenlu, sepuluh di antara sebelas WNI tersebut berasal dari Jawa Barat. Enam dari Bandung, dua dari Tasikmalaya, serta dua lainnya dari Bogor dan Karawang. Sedangkan satu WNI atas namaWifiek Gunawan berasal dari Kendari, Sulawesi Tenggara.


    Dalam pernyataan resmi yang disampaikan Minggu (27/5), Juru Bicara Kemenlu Arramanatha Nasir menjelaskan, sepuluh anggota JT sedang melakukan tradisi yang disebut Khuruj. Yakni meninggalkan rumah untuk ibadah dan dakwah di masjid selama 40 hari.


    Dugaan keterkaitan mereka dengan Kelompok Maute yang berafiliasi ISIS juga belum sepenuhnya terbukti. ”Apa mereka terkait dengan kelompok lain kami belum mendapat informasi,” kata Arramanatha.


    Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Davao melakukan komunikasi terhadap Kepolisian Provinsi Lanao del Sur di Marawi untuk memberikan perlindungan terhadap sebelas WNI tersebut. Selain itu KJRI Davao juga telah menyiapkan rencana evakuasi bagi mereka. Itu dilakukan jika situasi sudah memungkinkan.


    Status darurat militer di Mindanao sekaligus menjadi peringatan. Bukan hanya bagi pemerintah Filipina melainkan juga pemerintah Indonesia. Tidak heran, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto segera mengambil sikap pasca kembali dari kunjungan kerja ke Rusia. Dia menegaskan komitmen pemerintah bekerja sama dengan Australia dan negara tetangga dalam membendung pergerakan ISIS di Asia Tenggara.


    Mantan panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) itu mengungkapkan bahwa, pemerintah akan memperkuat kerja sama agar upaya memerangi ISIS di Asia Tenggara semakin ampuh. ”Kami ingin mengajak negara seperti Selandia Baru, Brunei Darusalam, Malaysia, dan Filipina untuk fokus menanggulangi terorisme di Filipina Selatan,” ungkap Wiranto di Kemenko Polhukam Jumat (27/5).


    Tentu kerja sama dengan beberapa negara di Asia Tenggara turut dibarengi upaya dari dalam negeri. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna H. Laoly mengakui bahwa dirinya sudah mendapat informasi mengenai sebelas WNI yang terdeteksi berada di Marawi. Salinan paspor seluruh WNI itu pun sudah dia kantongi. ”Real atau tidak, saya sudah kasih ke Dirjen (Direktur Jenderal) Imigrasi,” kata dia di temui di Jakarta kemarin (28/5).


    Yasonna melakukan itu guna memastikan paspor sebelas WNI tersebut benar. Diterbitkan secara resmi oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Kemenkumham. ”Saya sedang tunggu laporan Dirjen Imigrasi mengenai hal itu,” ucap dia. Bukan hanya mengandalkan Ditjen Imigrasi Kemenkumhan, dia juga yakin betul Polri sudah melakukan antisipasi. Sebab, mereka juga tengah concern mengurus teroris yang berafiliasi dengan ISIS.


    Ketika dikonfimasi, Kabag Penum Divhumas Polri Kombes Martinus Sitompul memastikan bahwa instansinya tengah berupaya membawa sebelas WNI dari Marawi pulang ke Indonesia. ”Masih dikoordinasikan dengan atase kepolisian Polri di Manila,” jelasnya. Sesuai dengan data dari Kemenlu, sebelas WNI tersebut berasal dari beberapa kota. Di antaranya Bandung, Karawang, dan Tasikmalaya.


    Sempat beredar kabar sebelas WNI tersebut turut serta membantu ISIS dalam serangan di Marawi. Namun, belum ada kepastian mengenai informasi tersebut. Meski demikian, penguatan prajurit TNI di wilayah perbatasan Indonesia – Filipina tetap dilakukan. Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh memastikan hal itu. ”Sudah dilakukan oleh Pangdam XIII/Merdeka,” jelas dia.


    Kodam XIII/Merdeka merupakan komando kewilayahan pertahanan di bawah TNI AD. Sulawesi Utara yang berbatasan dengan Filipina termasuk dalam teritori wilayah kodam tersebut. Menurut Denny, aktivitas kelompok teroris terafiliasi ISIS di Marawi turut menjadi perhatian instansinya. ”Secara khusus Kodam XIII/Merdeka sudah mengantisipasi hal itu,” terang dia. ”Secara umum semua pangdam tetap melaksanakan pengawasan ketat di wilayah masing-masing,” tambahnya. (syn/tau)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top