• Berita Terkini

    Sabtu, 22 April 2017

    Jelang Jumenengan Keraton, Penari Bedaya Kethawang Senior Undur Diri

    SOLO – Soal keamanan pelaksanaan upacara adat Tingalan Dalem Jumenengan di Keraton Kasunanan Surakarta, bisa dipastikan terkendali karena anggota TNI dan Polri telah bersiaga. Tapi, di sisi lain, masih ada yang membuat waswas.

    Ketua Satgas Panca Narendra KGPH Benowo memastikan, kakaknya, PB XIII Hangabehi bakal hadir di upacara sakral tersebut. Sekaligus bersilaturahmi dengan adik-adiknya yang lain.

    "Kerabat-kerabat kita yang ada di luar kota dipastikan hadir. Semua bisa kumpul jadi satu setelah sekian lama," jelas Benowo dalam jumpa pers di bangsal Semarakata kemarin (21/4).

    "Untuk undangan pejabat, menteri, dan lainnya sudah diserahkan kepada pemkot. Kita tahu jadi saja. Maka kami sangat berterima kasih atas kerja sama dan bantuan dari pemkot maupun pemerintah pusat," imbuhnya.

    Menurut Benowo, Jumenengan kali ini bisa menjadi titik awal kebangkitan Keraton Kasunanan. Mengingat raja bisa langsung hadir menyaksikan tari Bedhaya Ketawang. Ditambah hadirnya 150 raja-raja dan pemimpin adat di nusantara.

    "Ini bentuk jalinan silaturahmi dengan raja-raja nusantara. Diharapkan nama Keraton Kasunanan bisa kembali diakui dan menjadi pusat budaya seperti sedia kala," bebernya.

    Kabar baik lainnya, KGPH Puger yang sebelumnya berseberangan dengan kubu PB XIII Hangabehi memastikan dirinya akan hadir dalam Tingalan Dalam Jumenengan. "Ya, saya akan datang. Sudah kencanan dengan Gusti Tedjowulan. Rencananya jadi among tamu atau apa kurang tahu besok. Itu nanti (Jumenengan, Red) mulai pukul 10.00," urai Puger.
    Apakah Gusti Moeng Cs akan hadir? Puger belum bisa memastikan. "Sebenarnya itu tidak ada larangan. Apakah Gusti Moeng, Gusti Isbandiyah atau Gusti Indriyah mau datang atau tidak saat Jumenengan. Terserah dari masing-masing saja dan tidak menjadi persoalan. Ini juga berlaku bagi kerabat maupun abdi dalem lainya,” ungkapnya.

    Humas Kepanitiaan Jumenengan KP Bambang Pradotonagoro menyatakan, putra putri dalem dan abdi dalem bisa hadir saat Jumenengan tanpa undangan. Namun, itu harus ada dawuh (perintah,Red) dari PB XIII Hangabehi.

    Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo yang hadir dalam jumpa pers berharap Jumenengan bisa berjalan lancar. "Kebetulan sekali ini temanya habis gelap terbitlah terang. Saya harap selepas Jumenengan segala masalah bisa dirampungkan secara kekeluargaan dengan baik. Dicari solusi terbaiknya. Intinya Tingalan Dalem Jumenegan bisa berjalan seperti semestinya dulu," tegas Rudy.

    Sementara itu, yang buat ketir-ketir adalah penari Bedhaya Ketewang senior tidak ikut menari. Alasannya, mereka takut “kualat” karena latihan tari sakral itu tak genap tujuh hari berturut-turut.

    "Bukannya kami tidak mau. Tapi, sesuai tatanan yang sudah kami jalani belasan tahun, latihan Bedhaya Ketawang harus tujuh hari berturut-turut, dilanjutkan puasa sehari, dan hari selanjutnya dipentaskan saat Tingalan Dalem Jumenengan," jelas salah seorang penari senior Bedhaya Ketawang Ika Prastyaningrum, 33.


    "Latihan terakhir itu Rabu (12/4,Red) dan Jumat (14/4,Red). Jadi baru dua kali, terus diminta lagi untuk menarikan di Selasa (18/4). Karena tahu adat, makanya kami ragu untuk bisa membawakan tarian ini," lanjut dia.

    Berprofesi sebagai abdi dalem Bedhaya sejak 2001, membuat Ika katam aturan sebelum maupun sesudah mementaskan tari Bedhayo Ketawang. “16 tahun saya jadi penari Bedhaya Ketawang. 16 kali juga mementaskan saat Jumenengan. Karena itu, saya merasa tidak nyaman jika dipaksakan untuk tidak sesuai aturan yang dulu-dulu," tegas penari di posisi batak itu.

    Mewakili rekan-rekan sesama penari Bedhaya Ketawang, Ika menyangkal tentang adanya ancaman dari pihak tertentu agar tak ikut menari.

    Lantas siapa yang akan menarikan Bedhaya Ketawang tersebut? Ika mengaku tidak mengetahuinya. “Yang jelas data penari itu keraton punya. Kalau penari baru, saya tidak tahu apakah mereka abdi dalem atau hanya penari pengganti yang asal dipilih," terangnya.

    Kendati demikian, sebagai abdi dalem keraton, Ika bersama segenap penari lainnya tetap akan hadir dalam Tingalan Dalem Jumenengan sebagai wujud pengabdian kepada keraton.

    Menanggapi hal tersebut Benowo mengatakan, Bedhaya Ketawan akan ditarikan penari baru. Sebelumnya, pihaknya telah menghubungi penari senior dan mereka menyanggupi untuk memulai latihan lagi. “Tapi entah mengapa, tiba-tiba tiga sampai empat orang penari itu meninggalkan tempat dengan alasan yang tidak kami ketahui," papar Benowo.
    Sebab itu, Benowo mencari penari baru. Hal tersebut tidak dilarang mengingat kondisi darurat. Begitu juga dengan latihan Bedhaya Ketawang yang dipangkas dari tujuh hari latihan menjadi hanya beberapa hari.

    "Jadi tidak harus latihan tujuh kali. Namanya darurat, jangankan dua sampai tiga hari, semalam pun tidak masalah," katanya.

    Apakah penari baru tersebut akan pentas selama dua jam penuh? Benowo menuturkan tergantung kondisi. “Yang penting ada tari Bedhaya Ketawang dan dihadiri oleh seorang raja. Poin utamanya untuk perubahan yang lebih baik dari sisi internal Keraton Kasunanan," tegas dia. (ves/wa)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top