• Berita Terkini

    Selasa, 09 Agustus 2016

    Tinggal di Rumah Mewah, Hasanudin Dikenal sebagai Pribadi Tertutup

    IMAM/ESKPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Hasanudin atau disebut juga dengan Kyai Syawal, dikenal sebagai pimpinan sebuah pondokan di rumahnya, RT 2 RW 2 Desa Tepakyang Kecamatan Adimulyo. Namun menurut, warga Hasanudin dikenal sebagai pribadi tertutup.

    Hasanudin tak lain adalah guru Abdul Ghofur (34) warga RT 2 RW 1 Desa Logandu Kecamatan Karanggayam yang meninggal lantaran belajar ilmu makrifat kepadanya. Seperti pernah diberitakan,  Abdul Ghofur meninggal setelah melakukan ritual 40 hari 40 malam. Tragisnya, jenasahnya baru bisa diambil pihak keluarga pada Kamis (4/8/) atau selang 7 bulan setelah dia meninggal pada Desember 2015 lalu.

    Menurut warga, Hasanudin atau Syawal yang merupakan warga asli Desa Tepaknyang itu tertutup dan jarang mengikuti kegiatan masyarakat.Bahkan, bila ada warga yang punya hajat, Hasanudin  jarang datang. Bahkan meskipun ada warga yang terkena musibah kematianpun Kyai Syawal tidak pernah kelihatan melayat.

    “Jarang sekali kelihatan, selain memang sering keluar kota, Syawal jarang mengikuti acara-acara di desa. Bahkan Jumatan juga tidak kelihatan, entah kalau memang tidak dirumah” tutur Kepala Desa Tepakyang, Tachrir.

    Menurutnya, warga Tepakyang jarang menyebut Syawal dengan sebutan Kyai. Hanya memang warga orang luar desa, atau bahkan luar kabupaten kerap memanggilnya dengan sebutan Kyai Hasan. “Kalau warga sini biasa aja pak Hasan,” paparnya.

    Syawal tinggal di rumah besar bersama lima istrinya dan 12 anaknya. Jumlah anaknya semua ada 15 dari tiga istri namun yang tiga sudah meninggal. Saat ini dua istri Syawal yang lainya masing-masing sedang mengandung anak pertamanya.

    Syawal tinggal di tinggal di sebuah rumah besar yang dikelilingi asrama (kamar-kamar) yang digunakan untuk para santrinya tinggal. Secara otomasis rumah Syawal dengan sendirinya terpagar oleh bangunan-bangunan kamar santri. Sementara itu bagian depan rumah Syawal merupakan halaman yang luas, yang berbatasan langsung dengan jalan. Namun bagian halaman yang berbatasan dengan jalan tersebut, terpagar dengan tembok yang tingginya sekitar 1-1,25 meter. Bagian tengah pagar terdapat sebuah pintu besar yang digunakan untuk pintu keluar masuk.

    Hidayat yang tidak lain adalah kaur umum Desa Tepakyang mengatakan, Hasanudin memang mumpuni dalam ilmu agama, sebab dia merupakan lulusan pasantren Lirap Kebumen, setelah itu dia juga pernah nyantri di Kaliwungu Kendal. Bahkan menurut ceritanya beberapa pesantren di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah dijajakinya. “Kami juga tidak tahu pesisnya. Namun Syawal pernah bilang Nek merguru karo aku "kepengin banda tak beruki kepangin suwarga tak jujugna". (Kalau berguru kepada saya pingin harta akan melipah, kalau menginginkan surga saya antar),” paparnya.

    Saat disinggung apakah beberapa orang gila pernah berobat di padepokan Syawal, Hidayat mengatakan, kalau dulu memang ada orang gila yang berobat di tempat itu. Namun saat ini dia tidak tau secara pasti. “Jarang yang tau kegiatannya disitu ngapain aja mas, setahu saya santri-santrinya sering terlihat sedang kerja membuat bangunan di rumah Syawal itu,” paparnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top