• Berita Terkini

    Selasa, 16 Agustus 2016

    Sembari Berpakaian Adat, Napi Lapas Pekalongan Pecahkan Rekor Muri

     Nyanyi Hari Merdeka dan Lomba Trompah Panjang
    PEKALONGAN - Ratusan warga binaan, atau narapidana (napi) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIA Pekalongan turut serta memecahkan dua rekor MURI yang diselenggarakan secara serempak di seluruh unit pelaksana teknis pemasyarakatan se-Indonesia, Senin (15/8) pagi.

    Kegiatan diselenggarakan dalam rangka memeriahkan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-71 tahun 2016. Adapun dua rekor MURI yang dipecahkan itu, yakni menyanyikan lagu Hari Merdeka, serta lomba permainan tradisional 'trompah panjang'. Kegiatan ini dikomando secara terpusat di seantero Indonesia, melalui koneksi video secara online.
    Seluruh warga binaan maupun petugas Lapas Klas IIA Pekalongan yang terlibat acara pemecahan rekor ini terlihat sangat bersemangat.

    Terlebih, para warga binaan mengikuti rangkaian kegiatan sembari mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia. "Kita lakukan kegiatan ini dalam rangka HUT RI dan pemecahan rekor MURI. Kegiatan dikomando pusat. Tadi Dirjen, Menteri, Ketua Rekor MURI, hadir di acara di pusat, menyaksikan pemecahan rekor menyanyikan lagu Hari Merdeka dan lomba trompah panjang seluruh Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan se-Indonesia," jelas Kalapas Klas IIA Pekalongan, Maulidi Hilal, di sela-sela acara, kemarin (15/8).

    Kegiatan pemecahan rekor di Lapas Pekalongan sendiri diikuti hampir seluruh warga binaan/napi. Terkecuali napi kasus terorisme, kegiatan diikuti pula seluruh  pegawai atau petugas setempat. Lapas Klas IIA Pekalongan sendiri dihuni 497 napi. Sekitar 80 persen diantaranya napi kasus narkoba.

    "Seluruh warga binaan tadi kita keluarkan untuk ikut. Untuk lomba trompah panjang diikuti perwakilan blok, masing-masinh perwakilan blok ini mengirimkan dua regu."
    Lapas Klas IIA Pekalongan, sambung Hilal, selain menyelenggarakan kegiatan pemecahan rekor MURI menyanyikan lagu Hari Merdeka dan Lomba Trompah Panjang, juga menggelar kegiatan lomba-lomba tradisional sebagaimana biasa ada pada acara 'tujuhbelasan' atau 'pitulasan' lainnya.

    Kegiatan pitulasan dimaksud, diantaranya panjat pinang, lomba balap karung, serta lomba makan kerupuk. Maksud digelarnya lomba-lomba ini, kata dia, adalah supaya warga binaan tidak merasa diasingkan dari masyarakat.

    "Supaya mereka tetap merasa ada di tengah masyarakat. Kegiatan tujuh belasan seperti ini kan biasa ada di masyarakat. Kegiatan lomba-lomba pitulasan ini, sekaligus sebagai hiburan bagi seluruh warga binaan," imbuhnya.

    Kegiatan yang sama dan pada waktu yang sama juga dilaksanakan oleh petugas dan warga binaan Rutan Klas IIA/Pekalongan.  (way)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top