• Berita Terkini

    Rabu, 13 Juli 2016

    Wachidun Ubah Limbah Jadi Pakan Ikan

    IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Pakan memang menjadi biaya terbesar dalam usaha perternakan dan perikanan. Menghemat biaya pakan berarti akan semakin memperbesar keuntungan. Tak heran jika banyak sekali para peternak mencoba mencari pakan alternatif demi untuk menghemat biaya.

    Hal itu juga dilakukan oleh Ketua Podakan Mina Mulya Wachidun Kusnoyanto (44) Desa Jatimulyo Kecamatan Alian. Dia setelah melakukan berbagai macam percobaan akhirnya berhasil membuat pakan buatan yang kualitasnya hampir setara dengan pakan buatan pabrik. “Selain ikan lahap makan, pertumbuhan ikan juga terpacu dengan baik,” tuturnya kepada Ekspres, Selasa (12/7/2016).

    Menurutnya, hal terpenting dalam membuat pakan ikan adalah mengetahui zat-zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan. Untuk tumbuh ikan memerlukan protein, vitamin, karbohidrat dan gizi agar dapat berkembang baik. Dengan mengetahui kebutuhan tersebut, maka apapun bahannya asal komposisinya sesuai, dapat digunakan untuk membuat pakan. “Semua bahan harus ditakar sesuai dengan kebutuhan ikan,” tuturnya yang juga menjabat sebagai penyuluh perikanan swadaya.

    Dijelaskannya, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pakan ikan lele  dipilihnya menggunakan limbah seperti ampas tahu, roti kadaluarsa, ikan rucah, tulang ayam, bekatul, daun-daunan dan lain sebagainya. Adapun untuk membuat satu kwintal pakan diperlukan, ikan rucah dan tulang ayam sebanyak 50 kilogram, ampas tahu 12,5 kilogram, bekatul 15 kilogram dan roti kadaluarsa 22,5 kilogram. “Dengan perbandingan itu, gizi dan vitamin ikan terpenuhi dengan baik dan ikan pun dapat tumbuh dengan bagus,” terangnya, disela-sela membuat pakan.

    Wachidun menjelaskan, untuk kebutuhan protein hewani, selama ini dia masih menggunakan tulang ayam dan ikan rucah. Sebenarnya bahan tersebut dapat diganti dengan bahan lain yang lebih murah. Adapun beberapa bahan itu diantaranya, kepiting, undur-undur (yutuk), keong, bekicot, gasing dan lain-lain. Proses pembuatan pakan pun sangat sederhana, tulang dan ikan terlebih dahulu dihancurkan dengan cara digiling. Setelah itu semua bahan dicampur jadi satu, hingga menjadi adonan pasta.

    Langkah selanjutnya jelas Wachidun, adonan kemudian dimasukan kedalam mesin penggilingan daging yang sekaligus digunakan sebagai mesin pencetak voer. Setelah keluar dari mesin, pakan buatan dijemur selama tiga hari. Pakan buatan pun dapat langsung diaplikasikan dan diberikan kepada ikan lele. “Selain untuk kebutuhan sendiri, pakan buatan ini, juga saya jual dengan harga Rp 5000 perkilogramnya. Saat ini sudah ada pelanggan dari Banjarnegara yang selalu memesan pakan buatan saya,” paparnya.

    Saat disinggung mengenai Food Convertion Ratio (FCR) yakni perbandingan (rasio) antara berat pakan yang telah diberikan dalam satu siklus periode budidaya, dengan hasil berat ikan, Wachidun menjelaskan, FCR pakan buatan yang diproduksinya mencapai 1 : 1,5, yaitu 1,5 pakan akan menghasilkan 1 kilogram ikan. “Kalau pakan buatan pabrik perbandinganya mampu 1 : 1, namun kita masih 1 : 1,5,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top