• Berita Terkini

    Jumat, 01 Juli 2016

    Pasuruan Banjir, Jalur Pantura Lumpuh

    ilustrasi
    17.759 Rumah Terendam, Ribuan Warga Tak Bisa Sahur PASURUAN – Perasaan gembira menyambut datangnya Lebaran kini berganti menjadi waswas. Itulah yang dirasakan warga yang tinggal di sepanjang pantai utara Jawa Timur bagian timur.



    Penyebabnya, jalan utama yang menghubungkan kota-kota di daerah yang populer disebut tapal kuda itu kini bisa terancam ”lumpuh” setiap saat. Hujan yang datang sewaktu-waktu, dengan tempo tak lebih dari sejam saja, sudah membuat sungai-sungai besar meluap. Luberan airnya akan membanjiri permukiman dan jalan-jalan.



    Banjir yang ditakutkan itu sudah terjadi di Kabupaten dan Kota Pasuruan kemarin (30/6). Hujan deras sejak Rabu malam (29/6) memicu terjadinya banjir yang menggenangi belasan ribu rumah warga. Jalur pantura yang menghubungkan Pasuruan–Probolinggo pun lumpuh sekitar 12 jam. Banjir juga membuat Jalan Raya Porong di sisi tanggul lumpur Lapindo terendam air setinggi 50 cm.



    Berdasar data yang masuk ke badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) setempat, 14.259 rumah warga terendam di Kabupaten Pasuruan. Belasan ribu rumah yang terendam itu tersebar di 44 desa di 9 kecamatan. Sementara itu, di Kota Pasuruan 10 kelurahan di 4 kecamatan terendam. Dari 10 kelurahan itu, sekitar 3.500 rumah warga terendam.



    Pantauan Jawa Pos Radar Bromo, banjir mulai datang saat memasuki waktu sahur, sekitar pukul 03.00. Banjir itu disebabkan meluapnya tiga sungai besar di Pasuruan. Yakni, Sungai Welang, Gembong, dan Petung.

    Warga di sekitar Sungai Welang yang kali pertama mengetahui bakal ada banjir. Kewaspadaan warga muncul lantaran hujan mengguyur Pasuruan sejak Rabu pukul 21.00. Hujan deras itu cukup merata. Tak hanya di wilayah kota, tapi juga di wilayah dataran tinggi kabupaten seperti di Nongkojajar dan Puspo. ”Kami begadang sejak malam. Barang-barang sudah dinaikkan agar tidak terendam,” ujar Ibnu, salah seorang warga Lingkungan Karangasem, Kelurahan Karangketug, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, kemarin.


    Dugaan itu ternyata benar. Tepat pukul 03.00, air mulai masuk ke jalanan kampung. Hanya selang setengah jam, air sudah meluber ke permukiman dan rumah. Memasuki subuh atau sekitar pukul 04.10, air menggenangi Jalan Raya Kraton. Sejak itulah, jalur pantura lumpuh.


    Pantauan Jawa Pos Radar Bromo, banjir baru surut perlahan kemarin siang, sekitar pukul 13.00. Namun, jalur pantura baru bisa dilewati sekitar pukul 16.00. Itu pun, arus masih padat merayap. Dengan demikian, jalur pantura lumpuh total sekitar 12 jam.



    Menurut Kepala BPBD Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana, banjir di Pasuruan kemarin adalah yang terparah. Sebab, air di sungai meluap dengan cepat. Karena itulah, genangan air meluber ke sejumlah desa. ”Banjir kali ini, tidak hanya disebabkan air yang meluap. Tetapi, ada tanggul di Tambakrejo yang jebol. Karena itulah, surutnya air begitu lama,” ujar Bakti. Sampai tadi malam, Pemkab dan Pemkot Pasuruan belum bisa memastikan kerugian imbas banjir yang menggenangi 9 kecamatan di kabupaten dan 10 kelurahan di 4 kecamatan wilayah Kota Pasuruan itu.



    Status Darurat

    Atas kejadian banjir kemarin, bupati Pasuruan menetapkan status darurat banjir. Tiga posko langsung dibangun di Pendapa Kabupaten Pasuruan, Kelurahan Kalianyar, dan Kedawung Kulon, Grati.


    Kepada wartawan, Bupati Irsyad Yusuf mengatakan, banjir kemarin juga tidak bisa diprediksi lantaran hujan memang mengguyur sejak malam. ”Pendapa kami jadikan posko dan di sana juga dibuat dapur umum. Ini untuk memudahkan pemberian bantuan makanan ke pengungsi,” ujar Irsyad Yusuf.


    Hal yang sama dilakukan Wali Kota Pasuruan Setiyono.  Bersama jajaran forkopimda, wali kota mengunjungi Polsek Gadingrejo yang terendam air sampai sebatas dada orang dewasa. Saat berjalan di lokasi banjir, Setiyono pun disambati warga. ”Pak, kami apa tidak dikirimi nasi bungkus? Mi instan juga tidak apa. Walaupun kami warga kabupaten, saat ini kondisinya kan bencana,” teriak sejumlah warga. Setiyono pun hanya mengangguk-angguk mengiyakan.

    Permintaan warga langsung dipenuhi. Dapur umum didirikan di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Pasuruan. Sekretaris BPBD Kota Pasuruan Gangsar Sulistyarso mengatakan, bantuan logistik tetap dikirimkan kepada warga meskipun dalam suasana Ramadan. ”Sebagian warga tidak bisa sahur sehingga kami kirimkan nasi bungkus,” ujar Gangsar kemarin.


    Sementara itu, Gubernur Jatim Soekarwo mengirimkan tim untuk memantau banjir di Pasuruan. Pemprov menyediakan bantuan peralatan tanggap banjir. Juga, bantuan persediaan stok (baperstok) untuk warga yang menjadi korban. Soekarwo mengungkapkan, hujan tahun ini tidak menentu. Seharusnya, Juni-Juli sudah masuk musim kemarau. Namun, rupanya, hujan masih deras mengguyur wilayah Jatim. ”Ini hujannya tidak tepat sasaran, tapi kami berusaha agar segera teratasi,” tuturnya.


    Lumpuhnya jalur Surabaya–Probolinggo mengakibatkan arus mudik terhambat. Sebab, satu-satunya alternatif yang memungkinkan hanya lewat Purwosari. Dengan demikian, daerah itu diperkirakan akan terjadi titik kemacetan baru. ”Kondisi jalan 80 persen bagus. Kami siagakan peralatan dan tim untuk membantu kelancaran arus lalu lintas,” ujar Soekarwo.



    Ancam Lebaran

    Warga Pasuruan masih harus siaga banjir. Sebab, intensitas hujan tinggi diprediksi masih terjadi hingga Lebaran. Hal tersebut diungkapkan Bambang Setiajit, kepala seksi informasi BMKG Juanda, saat dihubungi Jawa Pos Radar Bromo kemarin (30/6).

    ”Curah hujan yang turun intensitasnya tinggi. Ini akan berlangsung hingga beberapa hari ke depan, bahkan sampai Lebaran. Namun, puncaknya adalah hari ini (kemarin, Red),” terangnya.


    Bambang mengatakan, tingginya curah hujan di Pasuruan–Probolinggo dan sejumlah daerah lain di Jatim itu dipengaruhi sejumlah faktor.

    Selain badai La Nina, ada uap air laut yang melimpah. Baik di Samudra Hindia maupun Laut Jawa. Suhunya lebih tinggi 2–3 derajat Celsius. Kemudian, pola angin konvergen. Juga, profil udara yang ada, sifatnya vertikal basah. Dengan kondisi yang masih kemarau basah ini, Bambang meminta warga di Jatim tetap siaga. Sebab, bencana banjir dan tanah longsor masih mengancam.



    Raya Porong


    Banjir yang dipicu hujan deras sejak Rabu malam juga terjadi di kawasan lumpur Lapindo. Sejak kemarin pagi, jalan protokol Porong terendam banjir. Berdasar pantauan Jawa Pos di lapangan, kedalaman air mencapai 50 cm. Itu membuat kendaraan harus melewati lajur kanan atau sisi barat jalan agar tidak terendam air.

    Genangan mulai tampak setelah exit toll Porong. Sampai di depan Tugu Siring Kuning. Di sisi timur jalan atau yang berdekatan dengan rel kereta api, tinggi genangan mencapai selutut orang dewasa. Sedangkan di sisi barat, tinggi air mencapai 10 cm.


    Kapolres Sidoarjo AKBP Muhammad Anwar Nasir menyatakan, jalan raya protokol masih bisa dilewati. Namun, dia mengimbau pengendara berhati-hati karena ada banyak aspal yang mengelupas dan menimbulkan lubang yang cukup dalam. ”Sementara masih bisa dilewati, hanya tidak bisa cepat. Sebaiknya gunakan sisi barat jalan raya karena jika ke timur makin dalam,” ujarnya.


    Dia juga menegaskan sudah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS). Mantan Kapolres Nganjuk itu berharap BPLS segera mengaktifkan pompa untuk menyedot air genangan yang ada di Raya Porong. Padahal, pihak BPLS sudah mengaktifkan pompa untuk menyedot genangan air di jalan protokol Porong. Total tiga pompa yang dioperasikan diletakkan di Desa Ketapang. Air yang menggenang di jalan protokol dialirkan ke Sungai Ketapang.

    Banjir yang melanda Kabupaten dan Kota Pasuruan mengakibatkan perjalanan lima kereta api terganggu. Lima kereta api itu adalah KA Mutiara Timur dan KA Probowangi. Keduanya melayani rute Surabaya–Banyuwangi. Lalu, KA Tawang Alun jurusan Malang–Banyuwangi. Dua kereta berikutnya adalah KA Sri Tanjung jurusan Jogjakarta–Banyuwangi dan KA Logawa jurusan Purwokerto–Banyuwangi.

    Terganggunya lima perjalanan itu mengakibatkan penumpukan penumpang di Stasiun Gubeng maupun Pasar Turi. Lebih dari seratus penumpang menunggu kereta yang tidak berangkat karena banjir tersebut. Setelah menunggu perkembangan hingga siang, PT KAI (persero) Daop 8 akhirnya memutuskan tiga kereta api, yakni KA Mutiara Timur, Probowangi, dan Tawang Alun, batal berangkat. KAI mengembalikan uang penumpang secara utuh.

    Sedangkan pembatalan separo diberlakukan kepada KA Logawa dan KA Sri Tanjung. Dua kereta itu hanya berhenti di Stasiun Gubeng. Penumpang lalu dilayani dengan bus hingga Stasiun Probolinggo. Dari stasiun tersebut, penumpang melanjutkan perjalanan menuju Banyuwangi dengan kereta yang sudah disediakan.

    Dua puluh unit bus disiapkan PT KAI untuk mengangkut penumpang dari Gubeng menuju Probolinggo. Memang tidak semua penumpang bersedia diangkut bus. Ada yang memiliih tinggal di Surabaya dan menggunakan transportasi lain. ”Untuk penumpang yang seperti itu, uangnya kami kembalikan penuh,’’ ucap Suprapto.

    Saat ini PT KAI Daop 8 masih berkoordinasi dengan PT KAI Daop 9 Jember tentang pengoperasian hari ini (1/7). Kemarin tim di lapangan sudah mengambil tindakan. Yakni, menambah batu kricak di sekitar rel yang terendam. ’’Apabila memungkinkan, hari ini KA sudah bisa diperasikan,’’ kata Suprapto. (fun/lel/mie/aji/riq/ant/c10/kim)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top