• Berita Terkini

    Senin, 22 Februari 2016

    Mengenal Anto Boy, Atlet Angkat Berat NPC Andalan Indonesia

    Add caption
    Bekas Tukang Ojek Bentor Yang Mendunia

    Tekad Anto Boy membanggakan keluarga dan bangsa berbanding lurus dengan otot lengannya yang keras. Dari bukan siapa-siapa, sekarang dia memiliki prestasi luar biasa.

    NIKKO AUGLANDY, Solo

    SEORANG pria berbadan gempal fokus dengan smartphone di genggamannya ketika Jawa Pos Radar Solo melongok ruangan angkat berat pelatihan nasional (pelatnas) National Paralympic Committee (NPC) di kawasan Jebres, pekan lalu.

    Sesekali dia menyentuh layar smartphone menggunakan telunjuknya seperti sedang browsing sesuatu yang penting. Konsentrasinya terpecah ketika wartawan koran ini melangkah mendekat. Pria yang tak lain adalah Anto Boy itu segera melempar senyum dan menyapa ramah.  

    Bagi mereka yang belum mengenalnya, bisa jadi menilai Anto sebagai sosok “angker” mengingat fisiknya kekar, ramput cepak kemerahan dan sorot mata tajam. Tapi setelah mengobrol empat mata, anggapan itu sirna.

    Anto adalah pria penyayang keluarga. Itu ditunjukkan dengan membantu sang istri berjualan perabotan rumah tangga ketika dirinya tidak ada agenda latihan atau pertandingan.

    Menumpuknya prestasi cabang olahraga angkat berat yang dikoleksi pria kelahiran Kabupaten Serdang Bedage, Provinsi Sumatera Utara itu bukan karena faktor kebetulan atau koneksi tertentu. Tapi benar-benar dirintis dari bawah.

    Sebelum menjadi atlet angkat berat, Anto berprofesi sebagai tukang ojek becak motor (bentor) yang biasa melayani rute Deliserdang-Medan. Keinginannya mengubah nasib, mengantarkan Anto bertemu seorang rekan yang mengajak berlatih angkat berat dan berlanjut menjadi atlet.

    “Saya masuk NPC sejak 2003. Kala itu baru ikut-ikut Peparnas (Pekan Paralimpik Nasional, Red),” ungkapnya.

    Di Peparnas, Anto mampu berprestasi. Namanya mulai dikenal pusat dan dipercaya turun di ASEAN Paragames (APG) Myanmar 2003, berlanjut di Filipina 2005, Thailand 2008, Solo 2011, Myanmar 2014, serta APG Singapura 2015.

    “Saya selalu dapat perak dan perunggu sebelum (APG, red) digelar di Solo 2011. Setelah 2011, saya selalu dapat emas,” tutur dia.

    Tahun ini, Anto, bersama atlet lainnya yaitu Siti Maemunah, Rani Puji Astuti dan Ni Nengah Widiasih bersiap tanding di ajang Para-Powerlifting Malaysia Open 26-29 Februari di Kuala Lumpur Malaysia.

    “Persiapannya pasti latihan rutin ditingkatkan. Target jelas ingin masuk peringkat sepuluh besar. Sekarang saya masih di posisi delapan kelas 88 kilogram,” kata pria 41 tahun tersebut.

    Upaya Anto mengejar peringkat terbaik itu harus berhadap dengan tantangan berat. Salah satunya porsi latihan yang sempat vakum selama 1,5 bulan. Latihan ketat baru dilakukan sebulan terakhir.

    “Di rumah, saya tidak punya peralatan (fitness, Red) yang komplet seperti di sini (pelatnas NPC, Red). Kalau mau ke fitnesan harus ke kota, jaraknya hampir 2 jam perjalanan. Kesulitan seperti ini jadi tantangan,” bebernya.

    Soal prestasi, Anto Boy punya nama mentereng. Diantaranya momen di gedung Wanita Solo 19 desember 2011. Dia berhasil memecahkan rekor nomor 75 kilogram (kg) APG VI/2011 memperbaiki angkatan atas nama Moh Musbi (Malaysia) dari semula 162,5 kg menjadi 177 kg. Sekaligus merebut medali emas bagi kontingen Indonesia.
    Rekor lainnya adalah pada kelas 82,5 kg putra pada event Peparnas XIV 2012 di Pekanbaru, Riau, yakni dengan angkatan seberat 181 kg menjadi 185 kg. Kala itu, Anto mengalahkan dua lawan beratnya Boby S dari Kalimantan Tengah dengan hasil angkatan 170 kg dan Parinduangan asal Papua serta Baharuddin atlet Kalimantan Timur dengan hasil angkatan 110 kg.

    Provinsi tempat kelahiran Anto Boy patut diacungi dua jempol. Sebab, sebanyak 16 atlet NPC dari Sumatera Utara sukses menyumbangkan 37 medali dalam ASEAN Paragames 2015 di Singapura.

    Indonesia berhasil menduduki peringkat kedua dengan torehan sebanyak 81 emas, 74 perak, dan 63 perunggu. Dari jumlah tersebut, Sumatera Utara menyumbangkan sebanyak 19 emas, 12 perak, dan 6 perunggu.
    “Menjadi atlet jadi kebanggan buat saya. Walau dengan kondisi seperti ini, saya bisa membuktikan mampu mengharumkan nama Indoensia di kejuaraan internasional,” pungkas Anto. (nik/wa)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top