• Berita Terkini

    Rabu, 07 Oktober 2015

    Nah Lho, Buaya Kali Bodo Mulai Terusik

    SUDARNO AHMAD/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Keberadaan buaya muara atau dalam bahasa latinnya crocodylus porosus di Kali Bodo Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah, mulai terusik. Karena merasa terganggu dengan banyaknya manusia, binatang yang dilindungi tersebut sudah mulai berani menyerang manusia.

    Salah seorang pemancing di Kali Bodo, Hasan (39) mengungkapkan ada satu temannya dikejar oleh buaya saat akan mengambil alat pancing yang tersangkut dibawah air, Selasa (6/10/2015) pagi. Beruntung, warga tersebut dapat menyelamatkan diri dengan kembali naik ke daratan. "Ini kejadian yang pertama kali selama dada buaya-buaya muncul di Kali Bodo sejak tiga bulanan lalu," kata pria warga Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah itu.

    Hasan mengungkapkan, buaya penghuni sungai yang bermuara di Pantai Logeng itu mulai agresif sejak ada seorang pemancing dengan sengaja melempar kail ikan ke badan buaya. Buaya tersebut berhasil ditarik beberapa meter menggunakan alat pancing oleh pemancing usil. Hingga akhirnya buaya berhasil melepaskan diri. "Ada pemancing dari Redisari yang usil, kayanya ada luka di badan buaya itu. Mungkin karena merasa terusik, setiap ada orang yang masuk ke dalam air buaya langsung mendekat. Padahal sebelumnya tidak pernah kaya gitu," beber Hasan, kepada Kebumen Ekspres, Selasa (6/10).

    Meski demikian, di tempat tersebut tetap dipadati pemancing, yang didominasi oleh warga Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas. "Ya, kita sekarang harus lebih waspada," imbuhnya.

    Pantauan kebumenekspres.com, satu ekor buaya berukuran cukup besar dengan panjang sekitar tiga meter muncul dari dalam air sekitar pukul 13.15 WIB. Selanjutnya, berjemur di tepi sungai sebelah barat dengan mulut terbuka. Buaya ini cukup lama berjemur, hingga pukul 15.30, baru masuk kembali ke dalam air.

    Pembina Kelompok Pecinta Lingkungan (KPL) Pansela, Sukamsi, meminta warga agar tidak mengusik buaya-buaya tersebut. Menurutnya, selama buaya tidak diusik, maka tidak akan menyerang manusia. "Saya kira jangan ada yang berani-berani mengusiknya. Buaya bisa hidup ditempat itu bertanda baik, yang menunjukan ada keseimbangan alam disitu," tegas Sukamsi, saat dihubungi.

    Ia meyakini, karena pihaknya bersama anggota KPL Pansela lainnya sering melewati tempat itu menggunakan perahu untuk menanam mangrove maupun mengecek tanaman lainnya. "Kalau buaya itu mau menyerang manusia, saya kira kami dulu yang diserang. Karena kami sampai turun ke dalam air sungai," tegasnya.

    Terpisah, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Kebumen, Djoenaidi Faturachman, mengungkapkan pihaknya telah melayangkan surat kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Semarang. Dalam surat tersebut Dishutbun Kebumen meminta BKSDA menerjunkan timnya untuk mengidentifikasi buaya-buaya yang mendiami Kali Bodo. "Agar bisa diidentifikasi dulu, mulai dari jenisnya, populasinya, hingga jumlah sebenarnya ada berapa. Setelah itu baru akan kita putuskan apakah akan ditangkap atau tetap dibiarkan di tempat itu," papar Djoenaidi, kepada sejumlah wartawan di kantornya, kemarin.

    Ia mengungkapkan, sebenarnya di sepanjang Kali Bodo sudah ada buaya sejak 1995. Namun, setelah itu lama tidak pernah muncul, hingga muncul kembali yang membuat heboh warga sejak sekitar tiga bulan lalu. "Kami sudah melakukan sosialisasi, yang memberikan penjelasan kepada masyarakat. Bahwa binatang ini termasuk yang dilindungi. Serta kami ingin menggali sebenarnya keinginan masyarakat seperti apa terhadap buaya-buaya ini," imbuhnya seraya mengharap, BKSDA dalam waktu tidak terlalu lama akan menerjunkan timnya melakukan investigasi terhadap buaya-buaya yang ada di Kali Jodo.(ori)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top