• Berita Terkini

    Minggu, 06 Maret 2022

    Narasi Sejarah Era Jepang di Kebumen Sangat Minim


    KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Seperti diketahui bersama dalam sebuah sejarah, Negera Jepang pernah menjajah Indonesia selama kurang lebih 3,5 tahun. Namun demikian hingga kini minim sekali atau bisa dikatakan sangat sedikit data atau narasi keberadaan Jepang di Kebumen.


    Hal ini disampaikan oleh Peneliti Sosial dan Pegiat Wisata Sejarah di Historical Study Trips Teguh Hindarto SSos MT. Sebagai Pengiat sejarah pihaknya menyampaikan sangat minim sekali data selama 3,5 tahun Penjajahan Jepang di Kebumen.


    Ini tentu  berbeda dengan masa atau era pada Penjajahan Belanda. Dimana banyak berita, narasi atau ulasan terkait dengan hal tersebut. Selain itu di beberapa kabupaten lain, beberadaan Jepang juga terdata. Namun di Kebumen sendiri sangat minim.


    Teguh menyampaikan, pada 4 Maret 1942, angkatan laut Jepang berhasil merangsek ke Cilacap. Jepang berhasil menenggelamkan 23 kapal dan menahan 4 kapal yang hendak menerobos blokade angkatan laut Jepang. Sebanyak 100 awak kapal ditahan.


    Satu skuadron pesawat angkatan laut Jepang memporak-porandakan pelabuhan Cilacap dengan bom dan menenggelamkan lima dari tujuh kapal di pelabuhan. Bom telah mengakibatkan kebakaran hebat di galangan kapal dan gudang penyimpanan. “Dua pesawat terbang Belanda hancur di sekitar Cilacap, demikian laporan surat kabar Dordrechtsche Courant pada 9 Maret 1942,” tuturnya, Minggu (6/3)).


    Masa inilah, lanjut Teguh, merupakan detik-detik Peruntuhan pemerintahan Hindia Belanda di Banyumas dan Kedu. Ini juga menjadi awal Pemerintahan Jepang. Dalam ramalan yang dipercaya masyarakat Jawa berasal dari Prabu Jayabaya sebagai, "Kejajah Seumur Jagung Karo Wong Cebol Kepalang".


    Dalam data lain, lanjut Teguh, diceritkan jika balatentara Jepang masuk ke Jawa melalui beberapa tempat. Ini seperti Merak di Teluk Banten oleh pasukan infantri. Selain itu melalui Eretan dekat Cirebon oleh Brigade Shoji serta di Kragan Jawa Timur oleh pasukan infanytri divisi ke-48. 

    Divisi ke-48 dibagi dua yang satu menuju Surabaya hingga terus ke Malang dan divisi yang satu lagi menuju Cilacap. Gerak pasukan divisi ke-48 melalui Sampang Cilacap. 

    Sementara sejumlah pesawat terbang telah memasuki kota Cilacap untuk menjatuhkan sejumlah bom. Sejumlah tempat yang mengalami pemboman di Cilacap.

    “Sayangnya, tidak ada peristiwa penting dan genting yang tercatat selama 3,5 tahun. Ini seperti apa saja yang telah diperbuat Jepang di Kebumen meliputi kapan mereka masuk Kota Kebumen. Siapa perwira yang berkuasa di Kebumen, kebijakan ekonomi politik yang dijalankan di Kebumen. Seberapa besar perlawanan pemerintahan Hindia Belanda di Kebumen dan  bagaimana respon masyarakat serta apa yang terjadi selama Jepang berkuasa di Kebumen serta lainnya,” ungkapnya.

    Satu-satunya artefak Jepang, lanjut Teguh, hanyalah benteng pengawasan di bukit Gajah Argopeni Kecamatan Ayah. Namun sekalipun belum ditemukan sejumlah dokumen yang menggambarkan pemerintahan Jepang selama 3,5 di Kebumen, dapat dipastikan sebagaimana di wilayah lain yang dikuasainya Jepang senantiasa membentuk organisasi militer. Ini antara lain Heiho dan PETA. 


    “Demikian juga di wilayah Kebumen. Dijelaskan ketika Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 maka di sejumlah daerah termasuk Purworejo, Kutoarjo, Kebumen, Karanganyar, Gombong dilakukan rekrutmen Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian akan menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) serta Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dimana keterlibatan sejumlah eks pasukan PETA dilaporkan dalam proses rekrutmen,” ungkapnya.

    Badan Keamanan Rakyat (BKR) merupakan suatu badan yang dibentuk untuk melakukan tugas pemeliharaan keamanan bersama-sama dengan rakyat dan jawatan-jawatan negara. 


    BKR dibentuk oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dalam sidangnya pada 22 Agustus 1945 dan diumumkan oleh Presiden Soekarno pada 23 Agustus 1945. 

    Sementara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) merupakan sebuah nama angkatan perang pertama yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. TKR dibentuk pada 5 Oktober 1945. 


    Berdasarkan maklumat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. TKR dibentuk dari hasil peningkatan fungsi Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang sudah ada sebelumnya dan tentara intinya diambil dari bekas PETA.

    Kebumen sendiri masuk dalam Batalion III. Sejumlah eks pasukan PETA berpangkat Shodanco dan Budanco seperti Shodanco Eri Soeperdjan, Shodanco Goenoeng, Budancho Marsoem dan Aboe Soedjak serta eks Heiho Bawoek dan Saimin di Kutowinangun. 

    Sementara di Prembun ada eks Sersan KNIL Soedirman dan eks Heiho Soegiarto. Nama Shodanco Soedarmin, Soeprapto dan Budancho Arifin muncul dalam rekrutmen BKR di Pejagoan. Nama Shodancho Chanafie muncul saat pembentukan BKR Kebumen dan ditunjuk menjadi Perwira Logistik BKR Kebumen. Di Karanganyar ada Budancho Bambang Widjanarko. Di Gombong ada Shudanco Soedarsono Bismo, Slamaet Soebyakto, Soetjipto dan Budancho AA Djoerdani dan Bagyoto serta eks Heiho Soemarto Atmadji.

    “Kami berharap kepada siapa pun yang memiliki sejumlah kisah dan dokumen yang dapat dibagikan mengenai Kebumen Era Jepang. Sehingga melengkapi narasi yang hilang selama 3,5 tahun akan kekuasaan Jepang di Kebumen,” ucapnya. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top