![]() |
ISTIMEWA |
Keberadaan tempat Watu Tepak Bima hingga kini masih dianggap sakral oleh masyarakat. Keberadaan Watu Tepak Bima yang berada di bawah Gunung Paras membuat warga berharap kawasan tersebut menjadi tempat objek wisata. Pasalnya di Gunung Paras juga terdapat makam Ki Hajar Wlaran yang dipercaya merupakan Arumbinang V.
Sudaryanto (65) salah satu warga menyebutkan, Watu Tepak Bima memang telah lama ditemukan. Fenomena tersebut tergolong unik, sebab terdapat tapak berukuran sangat besar jika dibandingkan dengan tapak kali manusia masa kini. “Kalai dilihat bentuknya mirip tapak kali kiri, dan hanya ada satu,” jelasnya, kemarin (2/10/2017).
Entah buatan manusia atau karena fenomena alam yang jelas adanya tapak kali berukuran besar menjadi tanda tanya tersendiri bagi warga. Saking keramatnya, hingga kini masih terdapat warga yang mengambil air yang berada di tapak tersebut. Bahkan di Dukuh Karangsambung, banyak warga yang melarang anak-anak untuk bermain di lokasi tersebut. Mitosnya kawasan Watu Tepak Bima dijaga oleh sosok ular yang sangat besar.
Terlepas dari banyaknya pandangan, Budayawan Ravie Ananda menyampaikan, di bawah Watu Tepak Bima terdapat sungai kecil yang bernama Sungai Wuluh. Warga menyebut Watu Tepak Bima karena menyerupai telapak kaki yang besar.
“Kalau pendapat saya mengatakan hal itu sengaja dibuat oleh orang-orang zaman dulu,” paparnya.
Watu Tepak Bima berada di batuan jenis Andesit. Lubang batu sengaja dibuat untuk menampung air hujan dari langit. Air tersebut merupakan air suci dari langit yang dapat digunakan untuk kegiatan upacara, ritual kepercayaan (mitologi). “Masyarakat saat itu sangat erat kaitannya spiritual dan alam,” tegasnya.
Ravi menegaskan, adanya kepercayaan turun-temurun membuat hingga kini masih ada sebagian masyarakat yang masih mengambil air dalam lubang tersebut. Selain itu, air yang suci dan menyucikan memang ada tujuh yakni Air laut, sungai, sumur, embun, hujan, salju dan mata air. “Air hujan merupakan air yang suci terlebih jika berada pada tempat yang tidak terhalang apapun,” ucapnya. (mam)
Entah buatan manusia atau karena fenomena alam yang jelas adanya tapak kali berukuran besar menjadi tanda tanya tersendiri bagi warga. Saking keramatnya, hingga kini masih terdapat warga yang mengambil air yang berada di tapak tersebut. Bahkan di Dukuh Karangsambung, banyak warga yang melarang anak-anak untuk bermain di lokasi tersebut. Mitosnya kawasan Watu Tepak Bima dijaga oleh sosok ular yang sangat besar.
Terlepas dari banyaknya pandangan, Budayawan Ravie Ananda menyampaikan, di bawah Watu Tepak Bima terdapat sungai kecil yang bernama Sungai Wuluh. Warga menyebut Watu Tepak Bima karena menyerupai telapak kaki yang besar.
“Kalau pendapat saya mengatakan hal itu sengaja dibuat oleh orang-orang zaman dulu,” paparnya.
Watu Tepak Bima berada di batuan jenis Andesit. Lubang batu sengaja dibuat untuk menampung air hujan dari langit. Air tersebut merupakan air suci dari langit yang dapat digunakan untuk kegiatan upacara, ritual kepercayaan (mitologi). “Masyarakat saat itu sangat erat kaitannya spiritual dan alam,” tegasnya.
Ravi menegaskan, adanya kepercayaan turun-temurun membuat hingga kini masih ada sebagian masyarakat yang masih mengambil air dalam lubang tersebut. Selain itu, air yang suci dan menyucikan memang ada tujuh yakni Air laut, sungai, sumur, embun, hujan, salju dan mata air. “Air hujan merupakan air yang suci terlebih jika berada pada tempat yang tidak terhalang apapun,” ucapnya. (mam)
Berita Terbaru :
- TMMD Bangun Jalan Rabat Beton di Desa Tugu
- Luncurkan Jersey Baru, Kebumen Angels Optimis Tatap Musim 2025
- Pemkab Kebumen Raih WTP dari BPK-RI Delapan Kali Berturut-Turut
- Presiden Kurban di Kebumen, Sapi 950 Kg Milik Warga Klirong
- Infrastruktur Jadi Fokus Pembangunan Kebumen di Tahun 2025
- Pemkab Kebumen Bakal Buka Kembali Pendaftaran Kios Kapal Mendoan
- Projek Tol Semarang-Demak Seksi 1 Senilai Rp 10,9 Triliun Selesai 2027, Mampu Kendalikan Rob dan Banjir