
"Tentu pelanggaran lalu lintas yang bersifat berat dan menimbulkan kecelakaan yang fatal akan kami tindak," kata Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti di Mabes Polri, Jakarta kemarin (3/72015). Pasalnya jika terjadi kecelakaan yang menimbulkan banyak korban jiwa, pihak kepolisian yang bertanggung jawab untuk menindaklanjutinya.
Sementara untuk pelaku pelanggaran ringan seperti tidak menggunakan spion, membawa barang berlebihan, menggunakan handphone di jalanan, atau melanggar lampu merah hanya akan diberi peringatan. "Yang ringan ya ditegur saja," imbuhnya. Saat ini, kapolri sudah menginstruksikan kebijakan tersebut kepada semua jajarannya di seluruh Indonesia.
Lantas, apa dasarnya? Orang nomor satu ditubuh korps Bhayangkara itu menjelaskan, kebijakan tersebut didasarkan pada esensi operasi ketupat itu sendiri. Menurutnya, operasi ketupat merupakan operasi kemanusiaan yang misinya memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bukan operasi yang berorientasi pada penegakkan hukum.
Kebijakan kapolri itu mendapat apresiasi dari anggota komisioner Kompolnas (Komisi Kepolisian Nasional), Edi Hasibuan. Menurut Edi, kebijakan tersebut penting dilakukan untuk memperbaiki citra kepolisian di masyarakat. "Ini baik untuk menciptakan simpatik masyarakat kepada polisi," ungkapnya ketika dihubungi.
Dia justru mengkritik perilaku oknum polisi yang sengaja mencari-cari kesalahan pemudik di jalan. "Dari pada cari-cari kesalahan supaya ditilang, sampe pentilnya dibilang tidak ada. Lebih baik menegur kesalahan," imbuhnya.
Sementara terkait potensi disalahgunakannya kebijakan tersebut oleh masyarakat, Edi mengaku tidak khawatir. Dia meyakini, masyarakat Indonesia saat ini sudah cukup dewasa untuk. "Jadi saya kira masyarakat akan mendengarkan teguran polisi. Masa orang mau sengaja melanggar yang merugikan keselamatannya," imbuhnya.
Lebih dari itu, bahkan Edi sepakat jika kebijakan tersebut tidak hanya dilakukan saat arus mudik saja, melainkan menjadi peraturan reguler. Dia menilai, sudah saatnya polisi mengedepankan fungsi pengamanan dan pengayoman kepada masyarakat. Hal itu penting dilakukan di tengah merosotnya kepercayaan masyarakat kepada polisi.
Untuk mengangkut pemudik yang tidak kebagian angkutan, sejumlah perusahaan menyediakan bus gratis untuk pemudik. Sejauh ini sudah ada seribuan bus mudik gratis untuk mengangkut warga DKI yang hendak pulang ke kampung halamannya.
"Data sementara, sejauh ini baru ada 1.363 bus dengan kapasitas penumpang 31.800 orang. Ini baru data sementara, mungkin nanti ada tambahan," kata Wadir Lantas Polda Metro Jaya AKBP Valentino dalam Rapat Koordinasi Lintas Sektorat yang dipimpin Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian di Gedung Biro Operasi Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (3/7).
Bus tersebut disediakan oleh 11 perusahaan lewat program CSR-nya masing-masing. Untuk titik keberangkatannya ada di 8 titik di wilayah DKI dengan tujuan mudik ke Jawa.Valentino mengatakan, untuk perusahaan yang akan menyediakan bus mudik gratis untuuk berkoordinasi dengan pihak kepolisian agar disiapkan pengawalannya. "Nanti kita kawal sampai ke perbatasan Polda Metro Jaya dengan Polda Jabar dan Polda Metro Jaya dengan Polda Banten,"imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Intelkam Polda Metro Jaya Kombes Suntana mengatakan, perusahaan yang menyediakan bus mudik gratis seperti Carrefour, Alfamart, Telkomsel, Bank Mandiri dan lainnya. "Kemudian untuk angkutan laut juga disediakan beberapa kapal yang disiapkan PT Pelindo," ujar Suntana.
Sementara itu, koordinasi lintas sektoral di Jawa Tengah untuk persiapan arus mudik terus dilakukan. Nantinya khusus pemudik pengguna bus yang datang dari Jawa Barat tidak diperbolehkan melintas di Pejagan sehingga harus keluar di exit tol Kanci.
Dir Lantas Polda Jateng, Kombes Pol Benyamin mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dishubkominfo, seluruh bus akan yang menuju Jateng akan keluar di exit tol Kanci, jika ingin ke arah Purwokerto, maka akan dilewatkan ke Simpang Maya lalu Slawi. "Nanti kendaraan bus dari Jawa Barat semua keluar di tol Kanci, tidak boleh di Pejagan. Terus masuk Tegal, kalau mau ke Semarang langsung ke Timur, kalau ke Purwokerto lewat Simpang Maya terus Slawi," terang Benyamin kepada detikcom, Jumat (3/7).
Aturan itu akan diberlakukan mulai H-5 hingga H+3 bersamaan dengan larangan truk beroperasi kecuali pengangkut sembako dan BBM. Selain itu untuk kelancaran pemudik dari arah Barat, akan dibuka juga tol darurat di tol Pejagan-Pemalang sejauh 20 km yang tembus ke Brebes Timur. Benyamin meambahkan, hanya mobil-mobil kecil yang diperbolehkan melintas di tol darurat tersebut. Selain itu tol darurat hanya digunakan searah, yaitu dari Barat ke Timur saat arus mudik dan dari Timur ke Barat saat arus balik. "Saat arus mudik, dari tol Pejagan ke arah Brebes Timur, arus balik nanti sebaliknya," tegasnya.
Dari Bandung, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengungkapkan soal adanya kemungkinan perbedaan tanggal perayaan hari Idul Fitri 1436 H tahun 2015 ini. Sebab ormas-ormas Islam masih menggunakan metode yang berbeda serta belum menyerahkan otoritas sepenuhnya untuk penetapan tanggal hari raya pada pemerintah.
"Saat ini ada 3 jenis perhitungan. Kalau Muhammadiyah pakai kriteria hilal, NU pakai ketinggian 2 derajat, kemudian Persis gunakan beda tinggi 4 derajat," ujar Djamaluddin saat ditemui usai menerima penghargaan Ganesa Widya Jasa Adiutama di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganesha, Jumat (3/7).
Ia menjelaskan posisi bulan pada tanggal 16 Juli nanti itu sudah lebih dari 2 derajat tetapi masih kurang dari 4 derajat jadi menurut Muhammadiyah sudah pasti tanggal 17 Juli. "Kalau NU di kalendernya sih 17 Juli, tetapi NU akan menunggu kesaksian hilal. Padahal hilal saat itu masih rendah, sulit sekali diamati, potensi gagal ada. Sementara menurut Persis, itu belum masuk, jadi kalau kalender Persis itu (Lebaran) 18 Juli. Jadi masih terbuka kemungkinan tanggal 17 atau 18. Sidang isbat itu tidak bisa ditebak," tuturnya.
Hasil rukyat juga menurut Djamaluddin tidak bisa ditebak juga alias secara astronomi ada kemungkinan gagal sehingga memang masih ada kemungkinan Lebaran di tanggal 17 atau 18 Juli.
Manurutnya, untuk menyikapi perbedaan tersebut ada cita-cita untuk memiliki kalender Islam tunggal yang mapan. Syaratnya ada otoritas tunggal, ada kriteria yang disepakati dan ada batas wilayah. "Batas wilayah sudah disepakati, kriteria masih dalam proses penyatuan. Otoritas, belum, masing-masing ormas masih menjadikan otoritasnya adalah pimpinan ormas," kata Djamaluddin.
Untuk menjadikan sistem kalender Islam ini menjadi kalender yang mapan dan memberi kepastian ini yang paling utama untuk disepakati adalah otoritas tunggal.
"Dalam hal ini otoritas tunggal adalah pemerintah. Kalau ini disepakati maka saat sidang isbat ketika terjadi perbedaan, maka keputusan pemerintah yang akan diambil. Ada otoritas tunggal itu ingin menyelesaikan ketika ada perbedaan seperti potensi ini dan juga saat Idul Adha," terangnya.
Karena itu meski ada potensi perbedaan namun Djamaluddin berharap ormas-ormas Islam yang dapat dapat mulai menyatukan diri dalam sidang Isbat tahun ini. "Saat sidang isbat nanti akan diujikan apa mau mewujudkan kalender yang mapan atau tidak. Kalo iya maka butuh kelapangdada dari ormas. Untuk mengalah, terlepas politik dan lainnya," jelasnya.
Lapan mengaku telah melakukan pendekatan dan sosialisasi dimana ormas-ormas ini telah mempertimbangkan adanya otoritas tunggal. "Kalau NU sudah lama iya, mau menjadikan pemerintah sebagai otoritas, Persis ada kecenderungan mungkin bisa, Muhammadiyah mudah-mudahan bisa. Jadi kalau itu bisa disepakati, saya berharap mulai bisa diuji saat isbat tahun ini. Kalau nanti Persis yang di kalendernya tanggal 18 lalu memutuskan jadi 17 atas dasar menjadikan pemerintah otoritas tunggal kemudian mengalah mengikut pada pemerintah demi mewujudkan cita-cita, ini akan jadi terobosan bagi Persis," papar Djamaluddin.(far/end/dtc)
Dir Lantas Polda Jateng, Kombes Pol Benyamin mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dishubkominfo, seluruh bus akan yang menuju Jateng akan keluar di exit tol Kanci, jika ingin ke arah Purwokerto, maka akan dilewatkan ke Simpang Maya lalu Slawi. "Nanti kendaraan bus dari Jawa Barat semua keluar di tol Kanci, tidak boleh di Pejagan. Terus masuk Tegal, kalau mau ke Semarang langsung ke Timur, kalau ke Purwokerto lewat Simpang Maya terus Slawi," terang Benyamin kepada detikcom, Jumat (3/7).
Aturan itu akan diberlakukan mulai H-5 hingga H+3 bersamaan dengan larangan truk beroperasi kecuali pengangkut sembako dan BBM. Selain itu untuk kelancaran pemudik dari arah Barat, akan dibuka juga tol darurat di tol Pejagan-Pemalang sejauh 20 km yang tembus ke Brebes Timur. Benyamin meambahkan, hanya mobil-mobil kecil yang diperbolehkan melintas di tol darurat tersebut. Selain itu tol darurat hanya digunakan searah, yaitu dari Barat ke Timur saat arus mudik dan dari Timur ke Barat saat arus balik. "Saat arus mudik, dari tol Pejagan ke arah Brebes Timur, arus balik nanti sebaliknya," tegasnya.
Dari Bandung, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengungkapkan soal adanya kemungkinan perbedaan tanggal perayaan hari Idul Fitri 1436 H tahun 2015 ini. Sebab ormas-ormas Islam masih menggunakan metode yang berbeda serta belum menyerahkan otoritas sepenuhnya untuk penetapan tanggal hari raya pada pemerintah.
"Saat ini ada 3 jenis perhitungan. Kalau Muhammadiyah pakai kriteria hilal, NU pakai ketinggian 2 derajat, kemudian Persis gunakan beda tinggi 4 derajat," ujar Djamaluddin saat ditemui usai menerima penghargaan Ganesa Widya Jasa Adiutama di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganesha, Jumat (3/7).
Ia menjelaskan posisi bulan pada tanggal 16 Juli nanti itu sudah lebih dari 2 derajat tetapi masih kurang dari 4 derajat jadi menurut Muhammadiyah sudah pasti tanggal 17 Juli. "Kalau NU di kalendernya sih 17 Juli, tetapi NU akan menunggu kesaksian hilal. Padahal hilal saat itu masih rendah, sulit sekali diamati, potensi gagal ada. Sementara menurut Persis, itu belum masuk, jadi kalau kalender Persis itu (Lebaran) 18 Juli. Jadi masih terbuka kemungkinan tanggal 17 atau 18. Sidang isbat itu tidak bisa ditebak," tuturnya.
Hasil rukyat juga menurut Djamaluddin tidak bisa ditebak juga alias secara astronomi ada kemungkinan gagal sehingga memang masih ada kemungkinan Lebaran di tanggal 17 atau 18 Juli.
Manurutnya, untuk menyikapi perbedaan tersebut ada cita-cita untuk memiliki kalender Islam tunggal yang mapan. Syaratnya ada otoritas tunggal, ada kriteria yang disepakati dan ada batas wilayah. "Batas wilayah sudah disepakati, kriteria masih dalam proses penyatuan. Otoritas, belum, masing-masing ormas masih menjadikan otoritasnya adalah pimpinan ormas," kata Djamaluddin.
Untuk menjadikan sistem kalender Islam ini menjadi kalender yang mapan dan memberi kepastian ini yang paling utama untuk disepakati adalah otoritas tunggal.
"Dalam hal ini otoritas tunggal adalah pemerintah. Kalau ini disepakati maka saat sidang isbat ketika terjadi perbedaan, maka keputusan pemerintah yang akan diambil. Ada otoritas tunggal itu ingin menyelesaikan ketika ada perbedaan seperti potensi ini dan juga saat Idul Adha," terangnya.
Karena itu meski ada potensi perbedaan namun Djamaluddin berharap ormas-ormas Islam yang dapat dapat mulai menyatukan diri dalam sidang Isbat tahun ini. "Saat sidang isbat nanti akan diujikan apa mau mewujudkan kalender yang mapan atau tidak. Kalo iya maka butuh kelapangdada dari ormas. Untuk mengalah, terlepas politik dan lainnya," jelasnya.
Lapan mengaku telah melakukan pendekatan dan sosialisasi dimana ormas-ormas ini telah mempertimbangkan adanya otoritas tunggal. "Kalau NU sudah lama iya, mau menjadikan pemerintah sebagai otoritas, Persis ada kecenderungan mungkin bisa, Muhammadiyah mudah-mudahan bisa. Jadi kalau itu bisa disepakati, saya berharap mulai bisa diuji saat isbat tahun ini. Kalau nanti Persis yang di kalendernya tanggal 18 lalu memutuskan jadi 17 atas dasar menjadikan pemerintah otoritas tunggal kemudian mengalah mengikut pada pemerintah demi mewujudkan cita-cita, ini akan jadi terobosan bagi Persis," papar Djamaluddin.(far/end/dtc)
Berita Terbaru :
- Warga Tirtomoyo Gelar Sadranan, Sekaligus Peringatan Hari Jadi
- Ribuan Jamaah Hadiri Tabligh Akbar PCM Kecamatan Sadang
- Memetri Bumi, Warga Ginandong Nanggap Wayang Kulit
- Dalang Eko Suwaryo Meriahkan Memetri Bumi di Klirong
- Nelayan Jadi Korban Tabrak Lari di Jalur Logending
- Jadi Calon Tunggal, Zubair Syamsu Resmi Maju Jadi Caketum KONI
- Truk Vs Truk di Jalur Kebumen-Purworejo, Satu Meninggal Dunia