• Berita Terkini

    Senin, 13 Maret 2023

    Kenang Kealiman Kakek Mertua Ganjar, PBNU Serahkan Lukisan karya Perupa Berdarah Tionghoa

    PURBALINGGA - Ada yang istimewa saat peringatan haul ke-34 KH. Muhammad Hisyam bin Abdul Kariem, kakek mertua Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, di Pondok Pesantren Sukawarah Roudlotus Sholichiin Sholichat, Desa Kalijaran Karanganyar Purbalingga, Minggu (12/3/2023). 

    Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU) memberikan kenang-kenangan berupa lukisan Mbah Hisyam, karya Djoko Susilo. Pelukis berdarah tionghoa tersebut sudah beberapa kali melukis para ulama besar di Indonesia, di antaranya KH. Maimoen Zubair, KH. Mustofa Bisri, Presiden RI ke empat KH. Abdurrahman Wahid hingga pendiri NU, KH. Hasyim Asy'ari.

    Lukisan tersebut diterima oleh K.H. Musta'id Billah Hisyam selaku Pengasuh Pondok Pesantren Sukawarah Roudlotus Sholichiin Sholichat saat ini.

    Pengajian haul tersebut dihadiri ribuan jamaah dari belahan Purbalingga, Purwokerto, Banyumas , Pemalang, Brebes, Wonosobo masyarakat sekitar dengan dikemas bersamaan dengan khataman santri digelar mulai Sabtu (11/3/2023), dan  sebagai puncaknya pengajian haul serta ziarah makam Mbah Hisyam pada Minggu (12/3/2023).

    Intelektual Islam Ulil Abshar Abdalla menyampaikan, metode pendidikan yang dicontohkan para ulama termasuk Mbah Hisyam yaitu Ilmu Oyod (akar), penting untuk ditiru dan diterapkan kepada anak didik. 

    "Kita lihat pohon, jika akarnya tidak kelihatan maka akan berbuah" kata Ulil sambil menukil kitab Hikam.

    Selain itu, Ulil menambahkan bahwa para ulama yang membangun bangsa ini adalah ulama yang memiliki ilmu akar.

    "Kiai-kiai yang membangun bangsa ini, beliau-beliau yang memiliki ilmu akar" tambahnya.

    Sebelumnya, pada awal Februari 2023, Wakil Sekretaris Jendral PBNU Isfandiari Mahbub Djunaidi bersama para kiai dan ribuan nahdliyin berziarah ke makam KH Hisyam Abdul Karim. Kegiatan tahlil dan doa bersama itu merupakan rangkaian peringatan Harlah 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Purbalingga.

    KH Hisyam Abdul Karim adalah sosok ulama kharismatik, yang berperan penting dalam syiar Islam melalui NU. Kakek dari Siti Atikoh istri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo itu mendirikan Ponpes Sukawarah Roudlotus Sholichin sejak 1929 silam. Saat ini, ponpes tersebut diasuh oleh KH Achmad Musta'id Billah, paman dari Siti Atikoh.

    Selama hidupnya, ulama yang akrab disapa Mbah Hisyam itu berkhidmat di NU dengan menjadi Ra'is Aam PCNU Purbalingga selama tiga kali periode. Bahkan, ia pernah dihadiahi kitab Al Muwattha' oleh KH Hasyim Asy'ari, sang pendiri NU.

    Isfandiari menunjukkan keakraban dengan menggandeng KH Achmad Musta'id Billah saat berjalan menuju makam Mbah Hisyam yang berlokasi di barat Masjid Al Irsyad komplek pesantren. Setibanya di makam, mereka kemudian membaca tahlil dan doa bersama.

    "Mbah Hisyam itu orang istimewa bagi  Purbalingga dan benar-benar harus diingat riwayat serta biografinya oleh anak-anak, nahdliyin terutama," ujar Isfandiari.

    Kegiatan ziarah dalam rangkaian peringatan Harlah 1 Abad NU ini merupakan upaya untuk mengenang sekaligus mengenalkan sosok pejuang NU.

    "Iya pesan saya adalah saat ziarah, terutama anak-anak muda NU kita harus benar-benar mendapatkan inspirasi dari beliau. Karena beliau di masa muda sampai akhir hayatnya mengabdi pada negara pada nusantara sehingga beliau dikenang sampai saat ini dan teman-teman masih menziarahinya untuk kepentingan banyak umat," paparnya.

    Dalam kesempatan itu, ia juga mengapresiasi antusiasme warga nahdliyin di Purbalingga dalam memeringati satu abad organisasi yang didirikan oleh KH Hasyim Asy'ari tersebut.

    "Ini adalah salah satu rangkaian peringatan 1 Abad NU yang puncaknya digelar di Sidoarjo. Ini bukan hanya peristiwa nasional tapi dunia, dan PBNU sangat apresiasi kegiatan di Purbalingga karena antusias sangat besar," ungkapnya.

    Diketahui, peringatan Harlah satu abad NU di Purbalingga berlangsung meriah. Selain ziarah ke makam Mbah Hisyam, juga diadakan karnaval budaya nusantara di GOR Goentur Darjono. 

    Di antaranya, 100 gunungan tumpeng. Selain itu, juga ada pertunjukan budaya dari masing-masing wilayah, seperti rebana, kuda lumping dan budaya lain yang menjadi ciri khas desa.


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top