• Berita Terkini

    Rabu, 19 Mei 2021

    Untung Puluhan Juta, Petani Porang Tanggeran Sruweng Panen 2,4 Ton


    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Petani porang atau iles-iles (Amorphophallus Muelleri Blume) di Dukuh Karangsambung RT 2 RW 4 Desa Tanggeran, Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, berhasil memanen buah porang sebanyak 2.473 Kg gram atau hampir 2,5 ton. Umbi Porang komoditas ekspor yang ditanam selama 8 bulan di wilayah desa setempat digarap sekitar 5 orang petani. Budi daya tanaman ini di atas lahan seluas 80 ubin.


    Latif As Salaf (27) petani porang Desa Tanggeran Kecamatan Sruweng mengatakan, awal menanam porang usai melihat market dan trend budidaya tanaman porang meningkat di media sosial. Petani Jenitri asal Sruweng ini banting stir karena biji jenitri yang dulu laku hingga miliaran rupiah kini hanya di angka puluhan ribu timbangan perkilo.


    "Dulu saya menanam jenitri, namun karena Pandemi Covid19, biji jenitri kurang laku karena tidak ada bayer asing datang untuk membeli, akhirnya saya mencoba nanam porang yang lagi hits," katanya.


    Latif mengaku, ia berhasil membudidayakan tanaman porang selama 8 bulan tumpang sari antara pohon jenitri dan palawija. Bibit porang atau dikenal dengan 'Biji Katak' dibelinya dengan harga Rp 300 ribu rupiah per kilo dari wilayah Kabupaten Wonosobo. Hasil panen yang mencapai 2.473 kilogram ini dihargai sekitar Rp 7000 per kilo sedangkan harga jual porang basah di tahun sebelumnya mendapat Rp 10 ribu per kg.


    "Awalnya saya modal untuk beli pupuk, bibit mulsa dan buka lahan itu hampir habis Rp 6 juta, hasil panen porang perdanya ini keseluruhan kisaran mendapat uang bersih sekitar Rp 17 juta, sekarang harga porang basah turun sekitar Rp 7 ribu sekilonya kalau dulu harga jual sampai Rp 10 ribu," katanya didampingi Rahmanto (37) dan Woto petani porang lainnya.


    Untuk menjaga hasil panen porang aman dari pembusukan, Latif menyarankan umbi porang pasca panen disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab.


    Rahmanto (37) mengatakan, saat ini, porang menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena permintaan pasar luar negeri terhadap umbi tanaman ini cukup tinggi. Ia mengatakan, setiap satu batang tanaman dapat menghasilkan rata-rata 2 sampai 2,5 kilogram umbi porang bahkan dari hasil yang ia panen umbi porang bisa rata-rata 4-7 kg. Karena itu, ia bersama petani lainnya berupaya mengembangkan lahan untuk budidaya porang, dalam satu tahun terakhir, baik melalui cara tumpangsari maupun menanam langsung di lahan-lahan tidak produktif yang ada di lingkungan desa mereka.


    “Sebelumnya, masyarakat mengenal tanaman porang ini hanya sebagai tanaman tumbuh liar dan nyaris tidak termanfaatkan. Namun ternyata nilai ekonomi tanaman tersebut cukup menjanjikan dan ini buktinya panen perdana bisa tembus 2 ton itu belum kita panen semua hanya memilih umbinya sudah besar,” ujarnya.


    Sementara itu Woto mengatakan melihat potensi mengembangkan budidaya tanaman porang ini bisa didesain sebagai program pemulihan perekonomian masyarakat petani yang terdampak pandemi Covid-19 berbasis pertanian. Namun disayangkan petani porang kebumen masih terkendala keahlian dalam pengolahan porang. Hal itu karena terbasnya peralatan dan pelatihan pengolahan porang.


    "Sebenarnya bisa dijual dengan keuntunganya lebih besar, yakni dengan porang yang sudah berbentuk chip, namun petani masih terkendala alat dan cara pengolahannya," katanya.


    Mengetahui keterbatasan itu, Woto dan beberapa petani porang Kecamatan Sruweng lainnya hanya bisa pasrah menjual porang basah yang masih berbentuk umbi. Bahkan, tak langsung dijual di pasar kebumen, ia harus mengirimkan hasil panen perdanaya itu ke wilayah Madiun Jawa Timur.


    "Ini kami kirim ke Maidun, karena di kebumen belum ada pasar yang menampungnya," ungkap Woto yang juga berprofesi sebagai ASN di Disdukcapil Kebumen.


    Woto mengungkapkan pengembangan budidaya tanaman porang di kebumen saat ini belum ada dukungan dari pemerintah, baik dalam mendukung memberikan bantuan berupa pembibitan dan penyediaan pupuk kebutuhan petani. Ia berharap potensi porang di kebumen yang dapat tumbuh subur bisa dilihat petani sebagai peluang emas meraup rupiah dan semakin banyak yang ikut membudidayakannya.


    "Kami berharap semakin banyak petani yang ikut menanam porang, dengan banyaknya minat petani kami juga mengharapkan Pemerintah Kabupaten Kebumen bisa membuatkan pabrik pengolahan porang yang tentunya itu bisa meningkatkan ekonomi masyarakat serta menyerap tenaga kerja lokal," katanya. (Fur)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top