• Berita Terkini

    Selasa, 12 Juni 2018

    Jelang Lebaran, Elpiji 3 Kg di Kebumen"Menghilang"

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Setelah sempat dikeluhkan langka sejak awal puasa, kelangkaan elpiji 3 kg alias gas melon sepertinya memuncak, kemarin (10/6/2018). Warga di sejumlah kecamatan di wilayah Kota Beriman kesulitan mendapatkannya. Kalaupun dapat diperoleh, harganya melambung tinggi.

    Pantauan koran ini, bahkan terlihat antrean khususnya di wilayah kota Kebumen. Sementara di wilayah-wilayah pedesaan, warga mengaku kesulitan mendapatkan gas bersubsidi ini. Harga pun dilaporkan melambung, seperti di Kecamatan Bonorowo yang mencapai Rp 30 pertabung. Bahkan, di kawasan perkotaan seperti Gombong yang mencapai Rp 25 ribu pertabung. Jumlah itu jauh lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET) Rp 15.500 per tabung.

    Fati (32), salah satu warga mengatakan, tak bisa mendapatkan elpiji 3 kg meski sudah disuruh mengantri. Situasi ini jelas membuat warga gundah. Mengingat, masih ada momen lebaran yang pada tahun-tahun sebelumnya nyaris bisa dipastikan akan terjadi kelangkaan. "Kami meminta agar Pemkab atau dinas terkait dapat turun tangan mengatasi kelangkaan elpiji," kata Tokoh Masyarakat Gombong, Joko Waluyo, Senin (11/6/2018).

    Kabag Perekonomian Setda Kabupaten Kebumen, Wahyu Siswanti secara terpisah, tidak menampik adanya warga yang kesulitan mendapatlan elpiji 3 kg. Begitu mendengar adanya keluhan, pihaknya langsung melakukan pantauan di lapangan, kemarin. Dia bahkan menuliskannya di sejumlah grup media sosial (medsos) di Kabupaten Kebumen.

    Dalam rangka menjawab keluhan masyarakat, Wahyu menyampaikan, kelangkaan didapati di tingkat pengecer karena di tingkat pangkalan maupun agen stok tersedia dan mencukupi. Bila kemudian elpiji sulit didapat, lanjut dia, karena adanya peningkatan konsumsi oleh masyarakat yang cukup signifikan. Karena takut tak mendapatkan elpiji, banyak diantara warga yang melakukan aksi borong sehingga barang menjadi langka.

    Terkait hal ini, Wahyu mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Pertamina dan agen di Kebumen. Kemudian, diambil langkah dengan menambah alokasi elpiji sebanyak 12 ribu tabung perhari, yakni dari 30 ribu menjadi 42 ribu tabung di bulan Juni ini. Adanya penambahan yang 8 persen ini, seharusnya mencukupi kebutuhan masyarakat akan elpiji.

    "Secara logika penambahan ini seharusnya mencukupi. Karena supply dari pertamina juga tepat waktu," ujarnya.

    Wahyu menghimbau, warga masyarakat tidak panik apalagi "serakah" dengan membeli elpiji 3 kg melebihi kebutuhan. Dia mengingatkan, alpiji 3 kg diperuntukkan bagi warga miskin, yang penghasilannya tak lebih dari Rpp 1,5 juta. Elpiji 3kg, juga haram bagi para ASN TNI dan Polri.

    Wahyu lantas menghimbau, warga masyarakat membeli elpiji di pangkalan dan tidak di pengecer. Ini untuk menghindari  tingginya harga.  "Harga eceran tertinggi di pangkalan adh 15.500 dan di tingkat pengecer 18.000," ingat pejabat asal Boyolali Jawa Tengah itu.

    Di sisi lain, Wahyu menghimbau bila ada penjual elpiji yang menjual harga melebihi ketentuan HET, warga diminta segera melapor. "Apabila beli LPG mintalah nota, sehingga dapat diketahui penjual dan alamatnya apabila ada pengaduan untuk mempermudah melacak dengan bukti nota tersebut," ujarnya.

    Pemkab, kata Wahyu, juga mewaspadai adanya kelangkaan elpiji saat lebaran nanti.  Sebagai antisipasi, pihaknya telah mengajukan lagi penambahan elpiji sebanyak 4% dengan harapan stok elpiji saat momen lebaran tak bermasalah. Penambahan sebanyak 4 persen itu sudah diperhitungkan agar stok elpiji di Kebumen bisa mencukupi kebutuhan masyarakat dalam satu tahun. "Inipun kami pantau karena angka 4% diambil dari kuota tahunan dan kami tidak ingin terjadi kuota kami tidak mencukupi untuk setahun. Karena kebijakan pertamina sudah ditentukan kuota untuk masing-masing kabupaten kota," ujarnya.

    Bila alokasi itu dihabiskan sebelum waktunya, dipastikan akan terjadi kelangkaan. Wahyu tidak ingin itu sampai terjadi. (cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top