• Berita Terkini

    Jumat, 06 April 2018

    Warga Tionghoa Gelar Sembahyang Cengbeng

    sudarno ahmad/ekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Warga keturunan Tionghoa di Kebumen melakukan sembahyang kubur, yang lebih dikenal dengan sebutan Sembahyang Ceng Beng. Ritual ini digelar oleh warga Tionghoa Kebumen, sejak 22 Maret lalu hingga 5 April 2018.

    Ketua Yayasan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kong Hwie Kiong Kebumen, Sugeng Budiawan, menjelaskan sembahyang Ceng Beng merupakan sembayang untuk memberikan penghormatan kepada keluarga yang sudah meninggal dunia, bagi warga keturunan Tionghoa.

    "Ceng Beng memiliki arti sembahyang kubur, atau dalam bahasa mandarinnya, Qing Ming. Sedangkan bahasa Hokkiannya Ceng Beng. Ceng berarti bersih dan Beng berarti terang," terang Sugeng Budiawan.

    Sembahyang dilakukan oleh sanak saudara juga keluarga dari jauh yang datang untuk melakukan sembayang bersama di makam. Dalam prosesi sembahyang kubur tersebut, ada beberapa warga selain suku tionghoa yang sibuk bekerja untuk membersihkan pekuburan warga Tionghoa tersebut.

    Mereka membawa berbagai peralatan seperti, sapu lidi, parang, sabit, bros, kuas dan cat dinding. Mereka membersihkan pekuburan tersebut dengan air dan sabun kemudian disikat agar tampak bersih bahkan mereka mengecat dinding pemakaman itu dengan berwarna-warni.

    Beberapa peralatan juga dibawa oleh Warga Tionghoa yang ingin bersembahyang kubur. Antara lain, berupa kertas sembahyang berwarna perak, kertas berwarna putih, kertas berwarna kuning, hio sembahyang, kue jajanan, ayam rebus utuh satu ekor, apel, jeruk, cangkir teh yang kemudian diisi teh, dan lilin merah.

    Semua perlengkapan sembahyang itu diletakkan di altar pemakaman. Selanjutnya dibakar beberapa hio yang diapit dengan kedua belah tangannya dan disembahnya. Setelah itu ditancapkan hio yang telah dibakar tersebut di altar. Sembahyang Ceng Beng ini sama halnya seperti warga muslim bila memasuki bulan puasa Ramadan. Mereka membersihkan area pemakaman sanak keluarganya yang sudah lama tidak dijenguk.

    Menurutnya, dalam acara Sembahyang Ceng Beng tersebut, umumnya warga Tionghoa memanjatkan doa agar orang tua yang ada di alam baka mendapatkan kedamaian dan ketentraman. Di samping itu, sebagai anak-anaknya berkewajiban memberikan keperluan kehidupan di alam yang berbeda.

    Semua anak atau menantu masing-masing wajib membawa sesajian membakar uang kertas di rumah tempat tinggal serta keperluan lainnya. Ini agar kedua orang tua mendapatkan kemudahan di kehidupan alam baka di sana. "Ini juga sebagai doa dengan harapan agar anak cucu yang ditinggalkan bisa hidup damai, bahagia murah rezeki,” ujarnya.

    Sejumlah pemakaman (bong) yang dijadikan tempat Sembahyang Ceng Beng, yaitu di Bong Pejagoan, Bong Kedawung Kecamatan Pejagoan, Bong Gubangan Kebumen, Bong Tamanwinangun Kecamatan Kebumen, Bong Bocor Kecamatan Buluspesantren. Selanjutnya, Bong Kaliputih Kecamatan Kutowinangun, Bong Kedung Tawon, Bong Bulupitu, Bong Kambalan dan Bong Sidogede Prembun.(ori)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top